Part 17

11.2K 666 4
                                    

Karena saya tidak punya pengalaman dalam suatu hubungan yang rumit seperti cerita ini. Jadi kata, dan kalimat lebih-lebih menyangkut perasaan seseorang, saya masih buta. Tapi saya akan berusaha memberikan yang terbaik buat kalian.

Selamat membaca.

Saat ini Jericko dan Sera tengah dalam perjalan pulang. Laki-laki itu masih memandang khawatir ke arah Sera yang berbaring menyamping kearah pintu mobil.

Makan kerang dan cumi yang dipesan mereka berdua berakhir dengan Sera yang memuntahkan semuanya.

Dengan panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Laki-laki itu berteriak histeris memanggil pegawai restoran disitu dan berakhir heboh tadi. Sera cuma memuntahkan makanan itu dan Jericko begitu panik sampai mukanya memerah menahan takut, padahal sebelum-sebelumnya dia juga mengalami hal itu.

Semua pegawai yang melihat itu sedikit khawatir tetapi saat melihat Jericko yang takut berlebihan seperti itu membuat mereka tersenyum geli sendiri. Ditambah salah satu pegawai yang mengantar mereka tadi keruangan itu.

"Minta air putihnya, tolong." Dengan nada panik setelah mengantar Sera keluar dari toilet ruang vip itu.

Jericko dengan telaten memberi minum untuk Sera dan lagi laki-laki itu mengambil selembar tisu lalu mengelap mulut Sera dengan lembut.

Entah kenapa melihat wanita ini yang biasanya marah-marah dan terlihat lemah seperti tadi membuat Jericko merutuki kebodohannya. Kenapa tidak dari awal saja dia mencari wanita ini dan bertanggung jawab.

Entah sudah berapa fase yag dilewati wanita ini sendiri bersama calon bayi mereka Jericko juga tidak tahu.

Dia masih mengingat perkataan salah satu pegawai tadi.

"Istri bapak pasti lagi hamil muda. Biasa seperti itu untuk wanita yang masih hamil muda apalagi ini pasti anak pertama kalian. Ada saat dimana makanan yang enak terasa tidak enak jadi akan berakhir seperti ini. Itu salah satu fase kehamilan yang harus kami para wanita lewati."

"Ah maaf saya jadi menceramahi bapak seperti ini."

"Tidak apa-apa, terima kasih," balas Jericko tersenyum tipis.

Hatinya berbunga- bunga saat pegawai itu menganggap dia adalah suami dari wanita disampingnya ini.

"Ay, sandar yang benar," ucap Jericko melihat Sera yang terduduk tidak nyaman disampingnya. Ia menekan tombol untuk menurunkan tempat duduk disampingnya menjadi sedikit miring kebelakang.

"Bapak mau ngapain?" Sera bertanya karena dirasa kursi yang di dudukinya bergerak.

Jericko tidak menanggapi ucapan wanita itu.

"Kamu baring yang benar. Nanti sudah sampai saya bangunin kamu."

"Awas bapak macam-macam sama saya." Sera mengancam tapi kemudiam mengikuti apa yang pria itu katakan. Sekarang berbaring adalah hal yang harus dilakukannya karena kepalanya masih sedikit pusing.

"Saya kalau mau macam-macam, sudah dari tadi dirumah kamu."

"Ck diam!"

Ok. Jericko, wanita ini jiwanya sudah kembali kehabitatnya jadi kamu jangan memperkeruh. Bisa-bisa perjalanan awal kamu menjadi gagal.

"Btw, kenapa bapak memanggil saya dengan Sebutan "Ay"." Dengan mengangkat sedikit kedua tangannya membentuk tanda petik dalam menyebut "ay". Kemudian memposisikan dirinya untuk terduduk nyaman dengan setengah berbaring Sera berniat menuntaskan apa yang dipikirannya.

Jericko melirik sedikit kearah wanita itu lalu kembali melihat kedepan.

"Nama kamu Seraya kan?"

SERAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang