Part 34

7.4K 392 12
                                    

Tiga hari yang ditafsirkan untuk Sera keluar dari rumah sakit menjadi dua hari karena wanita itu yang memintanya. Tidur di satu tempat berjam-jam membuatnya merasa bosan.

"Ra, kamu benaran udah kuat ini?" Tanya Sasa merasa khawatir melihat sahabatnya.

"Iya Ra, benaran deh. Apa nggak nambah sehari dulu. Kamu masih pucat lho ini," tambah Lia.

Kedua sahabatnya itu ikut menangis saat mengetahui calon keponakan mereka telah tiada, apalagi saat mendengat Sera yang bercerita sambil sesegukan, siapa yang tidak bersedih coba. Mereka juga sempat emosi saat melihat Jericko tapi setelah mendengar penjelasan dari Sera bahwa wanita waktu di mall itu adalah sepupunya. Lalu apa alasan pria itu tidak menemui sahabat mereka, itu juga belum diketahui karena kata Sera, Jericko juga belum menceritakan alasannya.

"Bosan disini terus. Lagi pula aku mau ikut bang Altar ke Bandung setelah keluar dari sini." ucapan Sera membuat Sasa dan Lia melotot.

"Ra...., kamu ke Bandung terus kita gimana? Kamu pindahan?"

"Nggak pindah kok, cuma istirahat aja disana," ucap Sera.

"Yahh..., Ra. Kita kesepian dong," ucap Sasa cemberut dan diangguki oleh Lia. "Tapi gak papa, weekend kita kesana deh."

Jericko, pria itu lagi mengurus biaya pembayaran, dari pada menunggu Altar sesuai omongan pria itu lebih baik dia yang handle lagi pula ini adalah tanggung jawabnya, bukan Altar.

"Eh, terus si Dono tau nggak kalau kamu berencana ke Bandung?" Tanya Lia sambil menuntun Sera turun dari ranjang.

"Dia sempat dengar waktu bang Altar bilang tapi aku nggak tau tanggapannya apa."

"Ya, dia juga nggak bisa menahan kamu lah, ini juga demi kebaikan kamu kan?" Ucap Sasa sambil mengangkat tas didepannya. "Si om Tomo mana deh? Berat begini masa aku yang ngangkat," gerutu Sasa saat mengangkat tas yang dirasanya sangat berat.

"Tinggalin aja Ra, itu juga isinya barang kantor si Dono, ngapain kamu yang ngangkat? Heran deh!" Omel Lia, Sasa suka berlebihan, orang itu tas berkas-berkas tebal bin berat begitu mau sok-sokan dia yang angkat.

"Nah, si Om datang," ucap Sasa heboh saat melihat Tomo membuka pintu. Tomo yang mendengar dirinya terus-terusan dipangil Om oleh dua cewek bar-bar itu rasanya ingin menyeret mereka ke dokter mata mumpung lagi di rumah sakit.

"Iya tante, om datang!" Ucap Tomo sewot. Sasa yang mendengar sindiran Tomo pun merasa tidak terima.
"Maksud lo, gue yang tante gitu?" Tanya Sasa dengan penuh kejengkelan.

"Siapa suruh lo---"

"Ay, kamu pake kursi roda, atau aku gendong?" Jericko masuk tiba-tiba sambil medorong kursi roda. Otomatis perdebatan tidak jelas dalam ruangan itu dihentikan.

"Kursi roda aja," jawab Sera cepat, bisa malu kalau dirinya digendong dari ruangan ini sampai parkiran. Jericko mengangguk dan membantu wanita itu duduk dikursi roda.
"Tom, bawa itu." Tunjuk Jericko ke arah tas yang tadi sempat dipegang oleh Sasa.

"Tanpa lo kasih tahu juga gue mau bawa kali," jawab Tomo agak sewot.

Jericko cuma diam dan mendorong Sera menggunakan kursi roda.
"Ay, kamu sementara di rumah mama sama papa ya. Ini mama yang minta," ucap Jericko saat mereka keluar dari ruangan itu. Memang dirinya tidak berbohong soal Sera yang diminta oleh Lena untuk sementara tinggal di kediaman Hayden.

Sera berbalik melihat Jericko yang lagi menundukkan kepalanya tepat disampingnya.
"Maksudnya dirumah kamu?"

"Itu rumah papa mama, Ay. Rumah aku beda lagi," jawab Jericko tersenyum.

SERAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang