Suasana pagi yang berbeda dalam sejarah hidup Sera. Wanita itu terbangun disamping seorang pria, dia.... suaminya.
Sera mengatur letak tubuhnya menyandar pada kepala ranjang, kemudian menoleh kesamping demi memandang wajah orang yang telah menyandang status sebagai suaminya yang kini masih terlelap.
Suasana canggung menyelimuti kala kelopak mata Jericko bergerak dan hitungan detik kemudian manik cokelat itu terlihat secara perlahan.
"Morning, Sayang," ucap Jericko serak khas suara pria baru bangun tidur. Matanya menatap Sera hangat.
Sera tersenyum, wanita itu masih tidak percaya bahwa pria ini, pria yang dulu merebut mahkota berharganya, kini menjadi suaminya. Pria yang dulu menyandang status sebagai pemerkosa kini menjadi suami Seraya. Sang pencipta hati telah merubah semua menjadi indah seperti pagi ini.
Jericko bangkit perlahan, menyugar surai coklatnya yang sudah dipangkas menjadi lebih tipis kemudian turun dari ranjang dan melangkah memasuki kamar mandi meninggalkan Sera yang masih terbaring menyandar. Sera masih setia memandang suaminya.
Jericko, pria itu berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyentuh istrinya dipagi ini, sekecil sentuhan saja maka jangan salahkan dia untuk mereka tunda sarapan. Istrinya terlihat seksi meski baru bangun tidur apalagi otak Jericko sempat kembali mengingat momen semalam saat dirinya membantu sang istri membuka gaun indah yang melekat di tubuh indah sang pujaan hati. Jericko mengumpat beberapa kali namun didalam hati.
Setelah Jericko masuk kamar mandi. Sera bingung, apa yang harus ia lakukan.
Ok, pertama adalah Sera bangkit dan membereskan tempat tidur kemudian berjalan memutari tempat tidur lalu mengambil karet rambut yang di letakkan semalam diatas nakas lalu mengikat rambutnya asal.
Sembari menunggu antrian kamar mandi dengan suaminya, wanita itu menyempatkan diri mengecek ponsel. Ada banyak notifikasi yang masuk keponselnya, semuanya adalah ucapan selamat dari teman-temannya yang tidak sempat hadir.
Tak lama Jericko muncul dengan handuk kecil di tangannya sembari menggosok rambut pria itu yang kelihatan basah. "Kok cepat?" Tanya Sera bingung. Pasalnya Jericko masuk kamar mandi tak sampai sepuluh menit.
Jericko tersenyum. "Aku gak mandi kalau gak ngantor, sayang." jelasnya masih disertai senyuman.
Sera hanya mengangguk, meletakkan ponsel keatas nakas lalu berjalan menuju koper miliknya yang di letakkan disudut kamar demi mengambil pakaian ganti. Jika Jericko tidak suka mandi sepagi ini maka beda dengan Sera, wanita itu tidak akan bebas jika belum mandi.
Jericko diam- diam menikmati setiap gerak- gerik istrinya.
"Sayang..." panggilan Jericko menghentikan Sera yang ingin melangkah ke kamar mandi.
Sera menoleh. "Ya?"
"Kita sarapan di resto bawah atau aku suruh bawa kesini?"
Sera berpikir sejenak. "Mm... aku terserah kamu," jawabnya, lantas meneruskan langkahnya memasuki kamar mandi. Tadinya Sera ingin memasak sendiri sarapan mereka namun suaminya lebih dulu memberinya pilihan.
"Ya sudah, aku suruh bawa kesini aja." Sayup- sayup, Sera bisa mendengar suara Jericko.
Lima belas menit kemudian Sera keluar kamar mandi dengan atasan kaos putih dan bawahan celana jeans panjang. Jericko tidak terlihat di kamar.
****
"Sayang, kita langsung pulang atau nginap semalam lagi?" Tanya Jericko lalu membersihkan bibirnya dengan tisu.
Saat ini mereka sedang sarapan.
"Ngapain nginap. Pulang aja," jawab Sera. Wanita itu tidak enak jika harus menginap lagi, semalam dirinya pergi begitu saja tanpa pamit terlebih dahulu ke mertuanya. Sera baru ingat setelah ia bangun tidur tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERAYA
De TodoFollow dulu guys ❤ Biar kita makin dekat hehee. Mengandung hasil dari perbuatan bejat orang yang tidak dikenalinya sungguh membuat Sera tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dan menerima janin itu. Jika bukan aku yang menjaganya, siapa lagi? _Ser...