Part 3

16.1K 811 6
                                    

Sepulang dari toko, ketiga wanita itu mampir ke supermarket seperti kesepakatan singkat mereka tadi.

"Ra, biarkan Lia yang dorong trolinya aku pegang kamu yah," pinta Sasa yang terkesan memerintah Lia dan sekaligus terkesan lebay bagi Sera.

"Astaga Sa, jangan lebay deh! Aku tuh nggak selemah itu yang harus kamu tuntun," balas Sera terkekeh. Sahabatnya ini terlalu berlebihan.

"Iya Ra, biar aku dorong trolinya, Sasa yang tuntun kamu yah." Ini lagi, Sera memutar bola matanya.

"Kalian berdua benar- benar yah! Nggak mau yah, nanti dikira orang- orang aku tuh sakit berat," bantah Sera berjalan mendahului kedua makluk lebay itu menuju susunan troli.

"Yaudah kita yang dorong trolinya, ibu yang pilih belanjaannya." tidak ada bantahan yang keluar dari mulut Sera kalau sudah begini.

Selesai memilih ketiganya berjalan menuju kasir untuk membayar. "Berapa semuanya mbak?" tanya Sera mengeluarkan dompetnya.

"280 ribu mbak," jawab sang kasir yang langsung dibayar dengan uang seratusan tiga lembar oleh Sera. "Kembaliannya didonasikan saja ya mbak. Makasih," ucap Sera yang langsung melangkah keluar karena kantong belanjaannya telah dibawa oleh dua makluk lebay itu.

Sementera di antrian belakang seorang lelaki merasa pernah bertemu dengan wanita yang baru saja keluar. Samar- samar dia mengingat kejadian dan kelakuan bejatnya kepada seorang gadis, ah tidak dia bukan gadis lagi semenjak perbuatan bejatnya yang merenggut mahkota berharga dari wanita itu.

Kejadian satu bulan lalu itu kembali berperang dalam pikirannya, bagaimana kurang ajarnya seorang Jerikco Samuel Hayden dengan teganya memperkosa wanita yang dia dapati di hotel karena rasa tidak terima kepada kekasihnya yang telah berani menghianatinya dengan cara tidur bersama pria lain.

Saat itu dia mendapati kekasihnya sedang berduaan dengan lelaki lain dikamar hotel, Jerikco tidak bisa menerima hal itu. Kemudian dia mendapati seorang gadis tengah berjalan menuju ke arahnya maka selanjutnya yang dilakukan adalah tanpa pikir panjang Jerikco menarik gadis itu masuk kedalam kamar yang dia gunakan sebelumnya, dan selanjutnya adalah membuat gadis  itu tidak berdaya dibawahnya. Jerikco melakukannya dalam keadaan sangat sadar.

Setelah membayar pria ini bergegas keluar untuk memastikan apakah benar yang dilihatnya tadi adalah wanita itu atau bukan, namun terlambat karena sebuat taksi telah membawa pergi wanita itu dan menghilang di ujung sana. Sembari menghela napas kasar, dia melangkah menuju mobil untuk pulang. Hari ini dia tidak akan kemana-mana setelah mendapat ancaman mutilasi dari adik kurang ajarnya itu.

Sambil mendengar lagu kesukaannya dari Shane Filan. Samuel atau yang lebil dikenal banyak orang dengan nama Jericko melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sembari ikut bernyanyi.

"Pa, Mama mana?" Tanya Jericko menaruh jas dan tasnya dengan sembarang di atas sofa, pria itu lantas ikut membuang tubuh tegapnya disofa samping ayahnya, perhatiannya beralih ke arah pandangan pria paruh baya itu dan mendapati apa yang sedang ditonton. Upin-ipin.

"Mama dikamar, kamu jangan ganggu Papa! Lagi serius ini," balas ayahnya acuh karena anaknya tak lebih menarik dari upin-ipin.

Sambil mencibir Jericko berkata" iya ayahnya upin-ipin. El cuma basa-basi kok." Ia lantas memejamkan matanya. Akhir-akhir ini dia lagi banyak pikiran.

"Emangnya upin- ipin punya ayah?tanya ayahnya menanggapi.

"Ayah mereka kan Papa," gumam Jerikco.

"Heh, kam---

"Udah pulang sayang?" Ini suara wanita tercinta sepanjang masa. Magdalena Hayden, Ibunya.

Ia membuka mata kala mendengar suara ibunya, pria itu lantas tersenyum. "Barusan mah, El tanya Papa katanya Mama dikamar." sambil melirik orang tua itu yang masih asik dengan film anak- anak dari negeri Jiran tersebut.

SERAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang