Part 35

7.3K 356 5
                                    

Jericko membaringkan Sera dengan penuh kehati-hatian lalu menyelimutinya sebatas dada kemudian beralih memandangi wajah wanita yang masih terlelap nyaman. Jericko tidak menyadari sejak kapan dirinya jatuh cinta kepada wanita sederhana ini, memikirkan itu ia lantas mengulurkan tangannya mengusap rambut Sera dengan lembut.

Setelah beberapa detik dirinya memandang wajah calon istrinya, Jericko baru ingat jika dia belum mengabari Altar. Pria itu pasti langsung ke rumah sakit sehabis pertemuan dengan clien sesuai perkataannya.

Jericko mengambil keputusan untuk mengirim pesan singkat saja, dirinya masih kaku untuk sekedar berbicara dengan Altar lewat telpon. Setelah mengirim pesan singkat yang ditujukan kepada calon iparnya, pria itu lantas keluar dari kamar Sera membiarkan wanita itu untuk beristirahat.

"Kalian berdua masih lama kan?" Tanya Jericko saat pria itu keluar dan mendapati kedua sahabat dari calon istrinya tengah bersantai di ruang tamu.

Sasa dan Lia lantas melihat ke asal suara dan menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan Jericko.
"Kenapa?" Tanya Lia mencomot satu potongan cake dan dimasukan kedalam mulutnya. Tadi keduanya sempat singgah di Self bakery.

"Nanti kalau Sera bangun tolong bilangin kalau saya ada pulang sebentar. Bisa kan?"

Sasa yang lagi serius mengunyah cake pun menelan dengan cepat lalu angkat bicara "Lo nggak lagi buru-buru pulang untuk mau ketemuan sama anak istri lo kan? Ingat ya, jangan macam-macamin perasaan sahabat gue. Sekali lagi lo buat dia down maka gue yang di depannya dia. Nggak peduli siapapun lo." Sasa berucap dengan menatap tepat kearah Jericko. Meskipun dia sudah mendengar fakta dari Sera bahwa pria itu tidak ada perempuan lain tapi berjaga-jaga itu perlu. Siapa yang akan tau kedepannya kan? Apalagi Jericko adalah tipe pria plin-plan.

Jericko mengerutkan keningnya bingung, kenapa dia hanya pamit pulang sebentar dan akan kembali tapi gadis bar-bar ini malah mengomelinya panjang lebar?
"Saya nggak punya anak istri. Kenapa kalian suka sekali mengambil kesimpulan disaat tidak mengetahui fakta sesungguhnya!" ucap Jericko tajam. Dia baru ingat kalau gadis bar-bar ini yang menamparnya waktu di mall.

Mendengar perkataan Jericko, Lia lantas menyengggol bahu Sasa agar sahabatnya bisa diam karena ini bukan saat yang tepat untuk mengomentari kelakuan pria didepan mereka ini. Sasa yang masih dengan mode sewot pun melirik sebentar kearah Lia dan kembali membuka suaranya.
"Ya udah biasa aja kali pak. Jangan ngegas dong kalau nggak salah. Saya juga cuma mengingatkan," ucapnya lalu kembali bersantai sambil menyalakan tv.

Jericko juga tidak ingin menanggapinya lagi. Pria itu lantas berjalan keluar dari rumah itu.

30 menit perjalanan, mobil Jericko tiba di depan kediaman Hayden.

Tin tin.

"Pedro, bukain pagarnya!" Ucap Jericko dengan nada sedikit keras setelah membunyikan klakson mobilnya. "Masih sore kamu sudah ngorok. Kalau ada maling gimana?" omel Jericko kepada satpam rumahnya saat melihat laki-laki itu seperti baru sadar dari kantuknya.

"Maaf pak, saya ketiduran."

"Jangan diulangi lagi. Cepat bukain! Saya lagi buru-buru soalnya."

"Siap pak."

Jericko tidak menanggapinya lagi, ia lantas melanjutkan menyetir mobilnya memasuki halaman luas keluarga Hayden.

"Sayang, Sera mana?" Tanya Lena heboh, wanita paruh baya itu lagi asik menyiapkan makanan untuk penyambutan calon menantunya.

"Sera nggak ikut, Ma," ucap Jericko menyalimi tangan Lena.

"Kenapa? Pasti kamu buat ulah lagi kan?" Tanya Lena sedikit curiga kepada putranya.

SERAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang