Part 7

12.3K 673 6
                                    

Jerikco Pov

Adik kurang ajarku itu memang benar-benar minta dikurangi jatah jajannya. Bagaimana tidak? Dia sengaja meninggalkan ponsel nya biar aku bisa kembali dan menemaninya!huh

Aku memutar kembali mobilku menuju toko kue langganannya mungkin. Tidak sampai sepuluh menit mobilku sudah terparkir di halaman tokoh itu. Mudah mudahan anak itu belum berangkat ke kampus dan masih setia memilih kue-kue.

Aku melangkahkan kakiku menuju pintu masuk toko, dengan sedikit dorongan pintu itu terbuka lebar aku masuk dengan pandangan tertuju kedepan.

Seketika aku terpaku ditempat, banyak pemikiran yang sedang bekeliaran didalam otak ku saat ini. Apa yang terlihat didepanku seketika mengingatkanku pada kejadian dimana aku merenggut paksa mahkota wanita itu.

Apa yang dilakukan Naomi dengan perempuan itu? Oh tidak jangan sampai dia membocorkan aksi bejat ku pada Naomi dan Naomi meneruskan itu kepada Papa dan Mama dan habis sudah kepercayaan mereka. Tidak akan ku biarkan!

Dengan tatapan tajam menusuk aku melangkah menuju mereka bahkan saat ini aku sudah melupakan kekesalan ku kepada adikku itu dan fokus kepada wanita satu ini.

"Handphone kamu ketinggalan dimobil tadi, kamu sengajakan biar aku kembali untuk menemani kamu membeli cemilan-cemilan kamu itu"
Kataku memarahi adikku itu tetapi mataku masih menatap tajam wanita disamping adikku itu.

"Heheee trik dong kak, siapa suruh tidak mau menemaniku" balas Naomi tanpa dosa. Tuh kan aku bilang juga apa, adikku yang satu itu memang kurang ajar tapi aku tidak menanggapinya lagi dan masih fokus pada wanita satu ini.

"Na---na-omi aku pamit kebelakang sebentar yah" rupanya mereka sudah saling mengenal bahkan dia sudah mengetahui nama adikku.

Bagus! Tamat riwayatku kalau begini dan tidak akan ku biarkan.

Pada saat wanita itu hendak beranjak aku mencekal tangannya, aku harus bicara padanya supaya dia bisa menutup mulutnya dan tidak berbicara yang tidak-tidak kepada Naomi.

"Ada apa pak? Bapak mau memesan kue? nanti bisa kekasir, soalnya saya buru-buru mau kebelakang" heh? Siapa yang mau membeli kuemu itu. Jelas-jelas dia tahu bahwa aku tidak ada mau membeli kue apa itu yang jelas pasti dia lagi berusaha menghindar.

Setelah berkata seperti itu dia berbalik dan mengatakan kepada temannya itu untuk melayaniku membeli kue. Enak saja, memangnya siapa yang mau membeli kue.

Dia melepas pelan cekalan tanganku dan berjalan menghidariku hendak pergi kebelakang, tapi beberapa langkah kemudian aku mengikutinya dan menahannya untuk berhenti.

Aku melihat kewajahnya dia lagi menahan sesuatu entah emosi atau apalah aku kurang paham yang aku pikirkan saat ini adalah mengancamnya untuk tidak membuka mulutnya itu, bahkan panggilan dari Naomi tidak aku hiraukan.

"Jangan sampai kau membuka mulut kecil tidak bergunamu kepada adik saya, jika itu terjadi maka saya tidak akan segan-segan mengabisimu" aku berbisik kepadanya dengan menekankan suaruku tetap tajam agar dia merasa takut.

"Dan jikapun kau hamil maka lebih baik gugurkan saat ini juga karena saya tidak sudi bertanggung jawab pada bayi sialan itu" Perkataan sialan apa ini? Kalimatku yang baru kuucapkan, dan aku bisa melihat langsung ada keterkejutan diwajah wanita ini dan emosinya siap meledak.

Seketika kedua pipiku terasa panas namun itu bukan apa-apa karena saat ini yang aku pikirkan adalah perkataan dari kalimat terakhirku itu setelah dua tamparan hebat melayang dipipiku.

Ada rasa sesak tersendiri mengingat aku mengatakan bayi sialan.

Sungguh mulutku yang biasa berbicara tidak pernah disaring dan saat ini salah satunya.

SERAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang