Part 28

7.9K 390 6
                                    

Waktu berlalu hingga usia kandungan Sera memasuki hampir 5 bulan atau 18 minggu. Wanita itu menjalani hari- harinya seperti biasa. Yang dipikirkan sekarang adalah kandungannya harus tetap sehat, jangan sampai pikirannya yang akhir-akhir ini mengenai pria itu membuatnya drop lagi seperti minggu lalu, Sera akan mencoba menepis pikirannya tentang pria itu.

Pikirannya dibuyarkan oleh Sasa.
"Ra, ada yang cari kamu di depan," kata Sasa lalu berlari buru-buru menuju kamar mandi. Mungkin kebelet.

"Lia mana, suruh temui dulu. Aku masih lihat ini nih," balas Sera sambil mengamati kedalam oven melihat cake hasil olahan dia dan Sasa.

"Masih molor," Teriak Sasa dari dalam kamar mandi dan Sera cuma geleng-geleng kepala. Gadis kebo itu!

Saat ini mereka sedang bersantai dirumah Sera karena akhir-akhir ini wanita itu suka drop jadi jika ada waktu luang maka kedua sahabatnya akan berkunjung dan kadang menginap. Mereka tidak akan tega membiarkan wanita hamil itu melewati masa sulitnya sendiri.

"Tamunya cewek apa cowok?"Tanya Sera

"Seorang pria tampan pake banget!" jawab Sasa dengan masih setengah teriak dari dalam kamar mandi. Sera mengerutkan keningnya. Jika Jericko maka Sera bertaruh laki-laki itu tidak akan selamat ditangan Sasa dan tidak mungkin dipuji seperti itu oleh sahabatnya meskipun aslinya tampan. Sera buru-buru menggelengkan kepalanya, kenapa jadi membahas Jericko?

Dari pada memikirkan hal lain, lebih baik memastikan siapa yang datang. Berjalan keluar dengan perutnya yang sedikit membuncit dibalik celemeknya.

Sesampainya didepan. Sera melihat dari belakang, wanita itu mengerutkan keningnya seperti mengenal orang yang lagi menerima panggilan diponselnya.

"Terima kasih atas bantuannya, saya sudah bertemu dengan adik sa----" perkataannya terpotong oleh panggilan Sera.

"Bang Al?" panggil Sera dengan suara bergetar haru penuh kerinduan.

Kakaknya, Altar Gemilang Moole sedang berbalik dan tersenyum cerah kearahnya. Kakaknya yang sudah menghilang bertahun- tahun kini berdiri tepat dihadapannya. Penampilan pria itu jadi lebih dewasa dari terakhir mereka bertemu, kakaknya terlihat sangat berkharisma dilihat dari segi manapun. Ah, Sera jadi rindu.

Perasaan rindu dan haru bercampur menjadi satu. Wanita itu lantas terduduk dan terisak sejadi-jadinya, menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Abangnya, sandarannya, keluarga satu-satunya kini berdiri dihadapannya. Kenapa abangnya harus pergi, kenapa baru balik, kenapa disaat Sera butuh sandaran abangnya tidak ada, kenapa disaat pria brengsek itu mengambil kehormatannya pun abangnya tidak ada, segala pikiran tentang mengapa abangnya begitu jahat hingga pergi meninggalkan dia luntang lantang menghidupi dirinya sendiri melintas didalam tangisan harunya hingga airmatanya tidak mau berhenti.

"Dek.. , Bulan, hei, kok nangis?" Kata Altar ikut berjongkok dan membantu adiknya berdiri.

"Huuaaaaa, Abang jahat....hiks...bang Al tega tinggalin Bulan...hiks sendirian..hiks..." tangis Sera pecah dalam pelukan kakaknya. Rasanya nyaman tapi wanita itu masih belum percaya jika yang memeluknya adalah abangnya. Kalian bisa rasakan bagaimana perpisahan tanpa saling pamit dan orang itu sekarang ada didepan kita, apalagi orang itu adalah yang menjadi satu-satunya sandaran wanita itu. Sera masih terisak dalam pelukan abang satu-satunya, segala perasaan ditumpahkan beriringan dengan air matanya yang masih mengalir deras.

Altar cuma bisa terdiam, ia membiarkan adiknya mengeluarkan unek-uneknya, nanti sudah tenang baru dia akan menjelaskan semuanya.

Sasa dan Lia, dua gadis itu sudah berdiri ternganga di depan pintu.

SERAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang