Sera Pov
Kenyataan didepan mataku menerbangkan segala pikiranku menuju kepada kejadian kira-kira satu bulan lalu. Aku tidak akan mengingat tanggal ataupun hari apa tepatnya karena itu akan membuat seluruh rongga dalam hatiku terlilit sakit!cukup sudah.
Pria brengsek itu berjalan dengan tatapan tajam menuju kami berdua ah tidak lebih tepatnya kepadaku. Aku yang ditatap seperti itu rasanya mau menangis tapi tidak bisa! Apa kalian tau apa yang aku rasakan?
Rasa sesak dan takut tiba-tiba melandaku.
Aku tidak mampu berkata-kata bahkan berdiri sajapun rasanya tidak bisa.
Oh Tuhan cukup sudah aku sudah tidak ingin bertemu dengan manusia brengsek satu ini, dia dengan bejatnya mengambil apa yang sudah aku jaga setengah mati dan dengan tidak tau dirinya setelah melakukan itu dia dengan angkuhnya melemparkan cek senilai ratusan juta rupiah tepat diwajahku yang masih syok. Aku bersumpah waktu itu dan berdoa kepada Tuhan agar tidak lagi bertemu dengan pria brengsek ini yang sudah berdiri tepat di hadapan kami.
"Handphone kamu ketinggalan dimobil tadi, kamu sengajakan biar aku kembali untuk menemani kamu membeli cemilan-cemilan kamu itu"
Kata pria itu mengalihkan pikiranku yang sedang berkelana. Aku menatap tepat dimata pria itu yang sedang memandang tajam kearahku! Dia berkata kepada siapa? Handphone apa? Aku jadi bingung sendiri."Heheee trik dong kak, siapa suruh tidak mau menemaniku" balas Naomi tanpa dosa
Kak? Jadi lelaki bejat ini adalah kakak dari gadis manis didepanku ini? Oh Tuhan aku mungkin akan gila. Berarti kue ulang tahun yang kubuat kemarin bersama Sasa adalah untuk pria bejat ini? Tau begitu aku tambahin racun biar mati sekalian!
Lupakan! aku tidak akan sejahat itu untuk mendahului Tuhan memberi pelajaran atas dosa lelaki ini.
"Na---na-omi aku pamit kebelakang sebentar yah" aku sudah tidak kuat. Sangat sangat muak melihat wajah tanpa dosanya dihadapanku. Hei bukan aku yang bersalah disini, kenapa aku yang harus ditatap seperti itu?
Sebelum mendapat balasan dari Naomi aku bergegas pergi dari sana. Muak dan entah kenapa perutku ingin mengeluarkan sesuatu saat ini juga. Keringat dingin mulai merambat diseluruh tubuhku.
Aku berbalik melangkah namun tiba-tiba tanganku sudah dicekal oleh tangan besar milik pria kurang ajar satu ini, perutku makin bergejolak.
Ya Tuhan apa ini? Jangan sekarang nak? Ibu nggak mau sampai ketahuan.
"Ada apa pak? Bapak mau memesan bisa langsung ke kasir, soalnya saya buru-buru mau kebelakang" Kataku berusaha menahan emosi yang sudah memuncak dan jangan lupakan perutku yang tidak bisa diajak kompromi dengan situasi ini.
Hormon ibu hamil ditambah sakit hatiku maka genaplah sudah.
Setelah berkata seperti itu kepadanya aku berbalik kepada Sasa dan Lia yang saat ini juga tengah memandang kami dengan wajah entah apa itu.
"Lia Sa, ada pelanggan ini" aku berusaha membuat suaraku sebiasa mungkin.
Meskipun aku tau pria ini tidak ada mau membeli kue tapi aku menggunakan itu sebagai alibi untuk segera pergi dari hadapan situasi ini.
Mendapat anggukan dari Lia dan Sasa aku langsung buru-buru berjalan setelah melepas pelas cekalan tangan itu.
Baru beberapa langkah jalanku sudah dihalangi oleh makluk kurang ajar satu ini. Apa sih maunya? Sudah membuat hidupku hancur sekarang malah dengan tidak tau dirinya muncul dihadapanku. Belum puaskah dia?.
"Jangan sampai kau membuka mulut kecil tidak bergunamu kepada adik saya. Jika itu terjadi maka saya tidak akan segan-segan menghabisimu" kalimat bisikan tidak tau malunya meluncur seketika dan masuk kegendang telingaku terngiang-ngiang membuat kepalaku hendak meledak saat ini juga.
Aku juga baru tau itu adikmu beberapa menit yang lalu, lagi pula siapa juga yang mau membuka aib pada orang yang baru kita kenal?
"Dan jikapun kau hamil maka lebih baik gugurkan saat ini juga karena saya tidak sudi bertanggung jawab pada bayi sialan itu" cukup sudah! Kesabaranku sudah terbang entah kemana dan rasa mualku tiba-tiba juga ikut menghilang tersisa emosi yang membara mencapai ubun-ubunku.
Tanpa membalas perkataannya, aku melayangkan dua tamparan keras penuh emosi dikedua pipi lelaki berengsek dihadapanku ini.
Lega sudah hatiku setelah menampar makluk kurang ajar satu ini.
Hening
"Memangnya kau siapa?" Napasku sudah memburu."siapa HAH? Aku bertetiak sekencang mungkin. Aku tidak peduli dengan sekitar.
"Kau" aku menunjuk tepat dimatanya "punya hak apa atas DIRIKUUUU" aku berteriak sekencang mungkin sampai tenggorokanku ikut sakit "kau datang dan memberikan kehancuran yang tidak akan aku lupakan seumur hidupku. Merenggut kebebasanku! Punya hak apa kau atas diriku? Aku merasa tidak mengenalmu, AKU TIDAK PERNAH MENGENALMUUUU!!!" kalimat terakhir aku mengatakannya dengan berteriak lagi. Aku sudah tidak peduli lagi dengan yang lain atau mungkin ada pelanggan baru masuk.
Laki-laki kurang ajar ini benar-benar, rasanya kata-kataku barusan itu belum seberapa untuk bisa menyadarkannya.
Enak saja mau mengancamku, hidupku sudah sulit ditambah perbuatan bejatnya sehingga meninggalkan bayi mungil yang sialnya sudah aku sayangi dan cintai setulus hatiku dan dengan seenak jidatnya dia menyuruhku untuk menghilangkan bayiku.
Tidak akan kubiarkan!
Satu kesimpulan yang ku ambil dari perkataannya barusan adalah
Dia tidak menginginkan bayiku!Jangan salah! aku juga tidak berniat meminta pertanggung jawaban dari pria brengsek itu. Aku bisa memberikan kasih sayangku kepada buah hatiku.
Dengan napas yang masih memburu aku melangkah pergi dari hadapan laki-laki kurang ajar itu. Semoga aku tidak melihat makluk itu lagi dikemudian hari, rasanya semua sudah jelas dan dia bukan laki-laki yang baik untuk dimintai pertanggung jawaban atas dosa yang dia lakukan terhadap kehidupanku.
Waktu mendengar perkataan dokter bahwa aku sedang mengandung saat dimana aku pingsan tidak sadarkan diri di toko lalu diantar oleh Sasa dan kedua temanku kerumah sakit.
Perkataan itu aku dengar setelah aku sadar dari pingsanku, saat itu aku lemah dan tak percaya bahwa aku harus mengalami ini. Lelaki itu yang berbuat kurang ajar kepadaku mungkin sedang bersenang- senang diluar tanpa beban kenapa aku yang harus menanggungnya. Ini bukan kemauanku! Tetapi balik lagi aku tidak mau menambah dosaku maka aku memilih untuk menerimanya, biarkan saat ini dan seterusnya kami berdua bahagia.
Aku sudah mendoktrin itu!
Sesampainya di belakang aku menuju toilet dan membasuh wajahku dengan air berharap ini bisa menurunkan seidikit emosiku.
"Ra, kamu baik-baik aja?" Ah pertanyaan seperti inilah yang membuat ku lemah. Tiba- tiba Sasa sudah berada disampingku dan runtuh sudah pertahananku untuk tidak menangis sejadi-jadinya, aku memeluk erat tubuh sahabatku ini dan melepaskan rasa sesak yang kutahan sejak tadi.
Sasa mengelus lembut belakangku berusaha menenangkanku dari tangis. Beruntungnya aku mempunyai sahabat yang tidak pernah meninggalkanku disaat aku terpuruk seperti ini.
"Memangnya dia siapa? Sehingga beraninya mau merusak kebahagiaanku" sambil terisak aku mengeluarkan unek-unekku di hadapan sahabatku ini.
"Udah yah! Kasian baby kalo bundanya nangis kayak gini" melepas pelukan kami Sasa mencoba menghiburku meskipun aku tau dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi barusan.
Masih dalam keadaan menangis aku mengelus lembut perutku berusaha memberikan kontak batin antara ibu dan anak. bunda baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir. Bunda terlalu sayang kamu dan tidak ada yang boleh menyakiti kamu!
"Kamu istirahat aja dulu. Nanti udah mendingan kamu boleh kedepan deh! Aku antar kamu ke ruang istirahat yah" kata Sasa membujukku dan aku cuma mengganggukan kepalaku.
Yah! Aku perlu memejamkan mataku sebentar untuk mengembalikan mood ku ini.
Kembali ke menu baru lanjut ya guys ❤
Saya tidak menjamin ini bahwa kalian akan menyukainya! tapi tidak masalah karena apa yang saya tulis adalah murni apa yang keluar dari pikiran saya ketika jari-jari saya sudah mulai bekerja diatas tools
Thanks
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERAYA
DiversosFollow dulu guys ❤ Biar kita makin dekat hehee. Mengandung hasil dari perbuatan bejat orang yang tidak dikenalinya sungguh membuat Sera tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dan menerima janin itu. Jika bukan aku yang menjaganya, siapa lagi? _Ser...