Minggu sore adalah hari yang bisa dipakai Sera untuk bersantai sejenak dari segala kesibukannya. Wanita itu tengah bersantai diatas sofa sambil menonton tv yang berada diruang depan. Jangan kalian pikir sofa yang berada dikontrakannya adalah sofa-sofa seperti punyanya orang kaya. Sofa yang dipakai Sera adalah Sofa yang sudah sangat usang untuk masih layak untuk dipakai. Wanita itu tidak terlalu mikirkan kemewahan untuk saat ini karena yang ia pikirkan adalah mengumpulkan uang untuk biaya ia dan anaknya kedepan. Berbanding terbalik dengan cita-citanya sebelum mengalami kecelakaan itu.
Dulu dia sempat berpikir untuk mengumpulkan uang yang banyak dan membangun usaha toko roti sendiri, memiliki pegawai dan menggaji mereka. Selain itu jika mendapatkan income yang banyak maka dia bisa berlibur kemanapun yang dia mau, namun semua hanyalah khayalan semata karena Tuhan berkehendak lain untuk hidupnya saat ini. Kini wanita itu hanya mensyukuri berkat yang didapatkan saat ini dan dia juga memiliki banyak orang yang sayang padanya terutama calon bayinya.
Sambil menikmati roti bolu buatannya tadi pagi yang masih tersisa, Sera sekali- sekali mengecek ponselnya. Barangkali ada pesanan dari penjualan onlinenya. Wanita itu sempat berpikir untuk resign dari self bakery tapi ditundanya karena ia berpikir lagi bahwa pengalamannya tentang tataboga didunia kerja masih minim. Dia akan keluar jika pada saat ia sudah yakin untuk memulai semuanya sendiri.
Tok tok tok.
Bunyi ketukan pintu didepannya membuat wanita itu menoleh keasal suara.
"Siapa ya?" Tanyanya setengah teriak. Jangan-jangan orang jahat lagi. Sera yakin tidak mungkin yang datang adalah bu Malih pemilik kontrakan, karena baru kemarin Sera membayar biaya sewa kontrakan ini.
Sasa dan Lia. Itu lebih bukan lagi.
Tok tok tok
"Iya sebentar." Awas saja sampai pintu rumahku bolong.
Sera bangkit dan berjalan ogah-ogahan menuju pintu. Wanita itu memakai daster kain berbahan lembut diatas lutut bermotif kepala panda. Imut sekali, ditambah perutnya yang kelihatan sedikit menonjol.
Ceklek
"Sia--"
"Hai kak."
Mimpi apa Sera semalam. Saat ini yang berdiri didepannya adalah sekeluarga Hayden. Lengkap!
"Hai," balas Sera sedikit kaget dan terkesan kaku. Meskipun dia sudah dekat dengan anak perempuan dari keluarga Hayden tapi saat ini dia tidak bisa bersantai seperti biasanya waktu mereka hanya berdua.
"Nak, boleh kami masuk?" Nyonya Hayden bertanya sambil tersenyum manis. Apakah Sera bisa menolak? Tentu tidak. Bisa-bisa dia dikira tidak sopan karena membiarkan tamu berdiri lama diluar seperti ini.
"Boleh bu, mari masuk." Ia membuka pintunya agak lebar untuk membiarkan tamunya masuk. "Mari pak."Sera menegur pria paruh baya yang sedang menatapnya saat ini, yang dibalas dengan anggukkan singkat. Sera tidak berniat menegur pria yang satunya lagi, biarkan dia mau masuk atau tidak, memangnya ia pikirin. Pria itu tanpa disuruh pun pasti akan masuk dan terbukti saat ini.
"Kak Sera gimana kabarnya?" Tanya Naomi yang masuk belakangan. "Baik, kamu gimana?" Jawab Sera berjalan menyusul keempat tamunya.
"Maaf berantakan." Wanita itu baru sadar kalau saat ini ruang tamunya sangat berantakan. Buru- buru dibersihkannya dan mempersilahkan tamunya untuk duduk. Beruntung tempat duduknya cukup jadi dia bisa bernapas lega.
"Nggak papa nak, kamu juga pasti capek. Tinggal sendiri memang begitu. Dulu ibu juga seperti kamu." Lena tau bahwa saat ini Sera sedang kebingungan karena kedatangan mereka yang tiba-tiba jadi dia mencoba membuat wanita itu untuk lebih nyaman. Dan terbukti wanita itu langsung tersenyum mengangguk meski masih canggung dengan suasana saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERAYA
AcakFollow dulu guys ❤ Biar kita makin dekat hehee. Mengandung hasil dari perbuatan bejat orang yang tidak dikenalinya sungguh membuat Sera tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dan menerima janin itu. Jika bukan aku yang menjaganya, siapa lagi? _Ser...