Part 20

11.9K 596 4
                                    

Malam menjelang. Mobil Lia sudah terparkir rapi di depan kontrakan Sera.

"Eh Ra...., itu pintu rumah kamu kok kebuka." ucap Lia heran menatap pintu Rumah Sera yang tengah terbuka ditambah lagi dengan lampu rumah juga dinyalakan.

"Ya Tuhan Ra, jangan-jangan ada maling." heboh Sasa.

"Tapi maling kok nyalain lampu?" Tanya Sera yang terlihat sama bingungnya.

"Maling bersih kayaknya. Biar orang- orang pada nggak curiga." benar kan? Mana ada maling yang mau rampok terus nyalain lampu begitu. Ya ada sih tapi yang ada didepan ini!

"Wah, cari mati dia. Ra kamu pegang ini, dan ini Sasa, aku yang ini." Entah dari mana Lia mendapatkan 3 potong kayu bulat berukuran sebesar ibu jari kaki, panjangnya setengah meter dan dibagikan kepada kedua sahabatnya.
"Kita hajar dia sampai babak belur." ucap Lia menggebu-gebu dan Sasa sudah mengangguki dengan tatapan tajam menuju ke arah kontrakan Sera.

Sera bingung. Rumahnya tidak memiliki barang berharga lainnya kecuali itu maling ingin memikul kulkas dan Tvnya. Maling komplotan dong! Dia tidak memiliki barang berharga yang mudah dibawa seperti perhiasan dan sebagainya.

Berjalan mengendap- endap. Lia didepan diikuti Sasa dan yang terakhir Sera.

Didalam rumah.

"Bos kayaknya tuan rumahnya udah pulang deh. Gue cek kedepan sebentar, ada bunyi mobil soalnya." kata asistennya.

"Ya udah sana." Balas bosnya.

Seorang pemuda berjalan menuju arah depan dan melihat ada sebuah mobil terparkir tapi tidak ada pergerakan. Terus berjalan sampai depan pintu.

Buk buk buk

"Maling nggak tahu diri!" teriak Lia menghantam kayu kebadan pemuda itu.

"Dasar kurang ajar, maling kok dirumah ibu hamil. Rasakan ini!" Teriak Sasa tidak mau kalah lalu mengayunkan kayu tanpa ampun. Saat Sera akan memulai gilirannya.

"Oh my God, Tom. Are you okay? Stop!" Jericko tidak habis pikir sama yang dilihat barusan. Ia meringis mendapati Tomo yang sudah babak belur. Ia yang lagi berada dimeja makan mendengar ada keributan didepan lantas menghentikan kegiatan makannya dan melangkah keluar untuk melihat apa yang terjadi dan saat didepan dia melihat sahabat sekaligus asistennya yang sudah digebukin dua gadis bar-bar itu. Dan apa itu, ibu dari anaknya juga mau ikut- ikutan?

Tidak tahu dari mana sehingga dua pria itu bisa masuk kerumah Sera nanti dijelaskan. Sekarang Tomo yang harus ditangani, pria itu sudah hampir teler kalau saja Jericko tidak muncul. Sambil meringis kesakitan, Tomo mengambil tempat duduk di salah satu kursi depan teras.

Kalau begini ceritanya bisa mati gue lama-lama. Gerutu Tomo dalam hati.

"Loh pak?" Bukan hanya Sera yang kaget, kedua sahabatnya juga terlihat kaget dengan mulut menganga.

"Kamu kenapa jadi ikut- ikutan bar-bar seperti kedua sahabatmu ini?" Tanya Jericko tajam menatap Sera kemudian beralih ke arah dua gadis bar-bar yang seperti siap menyemprotnya.

"Enak aja lo om eh pak! Lagian ngapain masuk rumah orang sembarangan!" Sasa tidak bisa tahan untuk tidak menyemprot.

"Iya, Lo ngap---"

"Saya calon suaminya jadi suka-suka saya. Kenapa kalian berdua yang marah-marah?" Tanya Jericko santai. "Ay, masuk!" Jericko beralih menyuruh Sera dengan nada tegas.

"Heh Lo---"

"Kalian berdua tanggung jawab karena sudah membuat sahabat saya jadi babak belur!" Jericko menatap tajam Sasa dan Lia dengan menunjuk Tomo yang masih meringis kesakitan disana. Laki-laki itu yang biasanya cerewet, saat ini jadi pendiam karena digebukin habis- habisan. Tidak ambil pusing Jericko lantas menarik Sera masuk kedalam.

SERAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang