Sera masuk rumah dengan masih menggerutu. Wanita itu tidak peduli jika Jericko masih berdiri diluar sana sambil memperhatikan dirinya yang berjalan masuk.
Mematikan kontak lampu depan kemudian beranjak masuk kamar demi mengistrahatkan tubuhnya.
Jericko yang melihat lampu rumah sudah dimatikan. Lelaki itu bergegas masuk kedalam mobil untuk segera pergi dari sana.
Perjuangannya baru dimulai.
Membutuhkan sekitar 30 menitan untuk ia bisa sampai ke kediamannya.
Jericko bukan seperti ketiga sahabatnya itu yang memilih tinggal sendiri di apartemen mereka.
Dia berpikir selagi masih ada waktu untuk tinggal bersama orangtua kenapa disia- siakan.
Pulang kerja lalu melihat kedua orangtuanya yang duduk di ruang keluarga sambil tertawa mesrah membuat seluruh rasa lelahnya hilang seketika. Pemandangan seperti itu tidak akan dia dapati setiap hari setelah dia menikah nanti bukan?
Seperti saat ini.
"El pulang." berjalan menghampiri kedua orang tuanya. Menyalimi tangan mereka penuh rasa hormat.
"Gimana perjuangan kamu?" Tanya papanya setelah Jericko mengambil duduk di sofa sebrang.
Laki-laki itu cuma tersenyum cerah penuh arti.
"Doakan saja." jawaban penuh arti.
Kedua suami istri itu saling pandang saat mendengar jawaban putra mereka.
"Pasti sayang." jawab Lena yang diangguki oleh Leon.
"Kamu udah makan sayang? Mama siapin makan yah."
"Udah, tadi sama Sera." memang Jericko masih merasa kenyang. Tadi makan dirumah Sera ditambah direstoran meskipun hanya separuh karena kejadian Sera yang muntah-muntah. Memikirkan itu Jericko jadi senyum-senyum sendiri.
"Memangnya Sera mau kasih kamu makan?" Pertanyaan setengah tidak percaya dari ibunya. Membuat senyum Jericko luntur seketika.
"Buktinya tadi." jawab Jericko percaya diri. Papanya cuma geleng-geleng kepala.
"Pasti kamu yang paksa supaya Sera mau kasih kamu makan, orang kamu kan tukang paksa." jawab ibunya menekan kata paksa.
Jericko yang mendengar hanya mendengus dan bangun dari duduknya berniat pergi dari hadapan orangtuanya. Dilihat dari manapun mamanya akan menjadikan hal itu menjadi suatu ejekan berkepanjangan.
"Mau kemana?"
"Ke kamar Ma, masa mau ketaman belakang!" jawab Jericko yang sudah melangkah pergi.
"Putra siapa sih itu?"
"Putra kita sayang."
****
Pagi menjelang. Suara penjual sayur berjalan melewati kontrakan wanita 24 tahun itu.
"Bu, bawa sayur apa aja?"
Sera tengah bersantai didepan dengan segelas coklat panas yang masih mengepulkan asapnya.
"Ada bayam, sawi putih, kol, aduh banyak neng Sera. Langsung lihat aja kesini. Mulut ibu capek kalau harus sebut ini satu-satu." Sera cuma tertawa kecil menanggapi ibu penjual sayur lalu berjalan menuju gerobaknya.
"Iya bu. Saya kepengen makan kuah-kuah soalnya."
"Maunya adek kecil kali neng." kelakar ibu tukang sayur sambil tersenyum memandang sayang kearah perut Sera. Bu Wati sudah mengetahui mengenai kehamilan Sera pada saat usia kandungannya mencapai 4 minggu. Pada saat itu Sera yang meminta mangga muda padanya dan berakhirlah dengan sesi curhat-curhatan. Sera juga tidak menyesal telah menceritakan masalah ini karena ia sudah mengenal baik dengan ibu penjual sayur itu dan anak- anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAYA
AlteleFollow dulu guys ❤ Biar kita makin dekat hehee. Mengandung hasil dari perbuatan bejat orang yang tidak dikenalinya sungguh membuat Sera tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dan menerima janin itu. Jika bukan aku yang menjaganya, siapa lagi? _Ser...