Terhitung sudah 2 minggu Sera tidak pernah melihat Jericko.
Kita nikah bulan depan kata-kata pria itu sepertinya hanya bualan. Bulan depan apanya, ini sudah lebih dua minggu dan belum ada persiapan apapun ditambah pria itu seperti ditelan bumi. Jika dia betul-betul berkomitmen untuk menikah, maka Sera juga sudah menerimanya. Tapi jika seperti ini maka wanita manapun akan ragu.
Sejak malam dirumah sakit pria itu pamit pulang, lebih tepatnya Sera yang memaksanya pulang untuk mandi. Namun sampai pagi menjelang laki-laki itu belum juga datang malah yang datang adalah ibunya, beliau membawa bubur untuk Sera sarapan dan menceritakan kalau semalam memang Jericko pulang dan balik lagi setelah mandi dan tidak sempat makan.
MLena tidak mengetahui jika anak laki-lakinya kembali masuk kekamarnya malam itu.
Dari pada memikirkan pria plin-plan itu lebih baik ia bersiap untuk pergi kerumah sakit. Hari ini adalah jadwal Sera control. Sebenarnya jadwal awalnya adalah tiga hari yang lalu, tapi Sera sempat drop jadi ditunda menjadi hari ini. Pria itu yang berjanji akan menemaninya tetapi sampai saat ini ia tidak terlihat batang hidungnya.
Menghela napas pasrah. Satu pelajaran yang bisa diambil adalah jangan bergantung kepada hal yang belum tentu pasti.
Wanita itu memesan taksi untuk pergi ke rumah sakit. Didalam taksi ia berpikir, Jericko adalah orang baru yang singgah sementara dihidupnya, memberi perhatian kepadanya. Terkesan memang tapi semuanya semu, karena buktinya pria itu menghilang disaat Sera lagi membutuhkan sandaran. Sore itu dia pulang dari rumah sakit bersama kedua sahabatnya, Sera berpikir pada akhirnya mereka berdua yang tetap peduli. Rasanya wanita itu ingin menangis mengingat kedua sahabatnya yang begitu peduli padanya. Lia sampai marah-marah karena Jericko tidak ada saat Sera hendak keluar dari rumah sakit, beruntung Sera yang memberi pengertian. Mungkin pria itu tengah sibuk dengan urusannya.
Tak terasa setengah jam kemudian taksi yang ditumpanginya telah terparkir dirumah sakit tempat Sera akan control kandungan. Berjalan masuk menuju ruangan dokter spesialis kandungan yang ternyata adalah kenalannya.
"Hai Ra, apa kabar? Dedek bayi sehatkan?" Sapa Lila, dia adalah dokter yang menggantikan dokter Sera sebelumnya. Kebetulan Lila adalah temannya waktu SMP. Mereka cukup dekat sampai Lila yang harus pindah sekolah karena terus-terusan dibuli.
Bulan lalu Sera datang dan dia kaget ternyata teman SMP nya yang dulu selalu di buli orang-orang sekarang menjadi seorang dokter yang tentu saja sangat cantik, Sera sempat pangling melihat perubahan temannya ini.
"Puji Tuhan, aku sama dedek sehat-sehat kok," Jawab Sera tersenyum manis.
"Alhamdulilah kalau gitu deh. Jangan banyak pikiran ya Ra, kamu tuh harus tetap kuat. Jangan pikir yang berat-berat, ingat!" balas Lila menasihati Sera, wanita hamil ini dulu adalah orang yang sering membantunya disaat dia di buli orang-orang. Sekarang saatnya dia membalas kebaikan temannya ini.
"Iya ibu dokter," jawab Sera lagi-lagi tersenyum. Mereka berdua tertawa.
Begini saja sudah membuat perasaan Sera jadi tenang.
"Ayo Ra, aku udah gemas pengen lihat dedek juga."Sera mengangguk dan berjalan menuju brankar diruangan itu. Dokter Lila mengambil gel dan menggosoknya kepermukaan perut Sera. Lalu, ditempelkan transduser dan diputar di permukaan perut wanita berusia 24 itu, hal ini untuk mendapatkan visualisasi janin yang baik.
Selang beberapa menit..
"Wah, wooww, Ra, dedeknya lincah banget," ucap dokter Lila antusias.
Sera ikut memandang kelayar monitor dan tersenyum mengangguk. "Iya, lincah banget," ucapnya dengan mata berkaca- kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAYA
RandomFollow dulu guys ❤ Biar kita makin dekat hehee. Mengandung hasil dari perbuatan bejat orang yang tidak dikenalinya sungguh membuat Sera tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dan menerima janin itu. Jika bukan aku yang menjaganya, siapa lagi? _Ser...