5. Flashback

4.1K 439 3
                                    

Pikiran Vano melayang ke 5 tahun silam. 01 Agustus 2016 (flashback)

PLAKKK!! Tamparan kasar diterima wajah tampannya. Ia baru saja ditampar oleh ayahnya sendiri.

"Apa maksudmu membujuk Mami kamu sendiri untuk menceraikan Papi!!"

"Kenapa Sampah sepertimu harus menjadi ayahku. Kudengar simpananmu sekarang bahkan umurnya lebih muda dariku. Dan dia sedang mengandung?? Benarkah?? Aku tidak sudi dan aku tidak pernah mau jadi anak Papi!!!"

Dan kali ini ayahnya menamparnya bukan hanya sekali, ayahnya menampar Vano berkali-kali.

"Pukul saja aku, ini tidak seberapa dibanding sakit yang diterima Isterimu!! Mami orang yang bodoh karena masih memilih bertahan bersamamu bertahun-tahun!! Papi membuang berlian demi memungut sampah dijalanan. Aku tahu wanita itu ayam kampus dan pekerja karaoke kelas atas. Sebelumnya juga kau meniduri wanita yag bekerja di Bar. Aku benci membayangkan Papi dengan mudahnya menanam benihnya di tubuh pelacur!! Semua pelacur di dunia ini hina, mereka semua sampah yang tidak layak diperlakukan dengan baik di dunia ini!! Dan sekarang salah satunya mengandung anakmu!! Aku tak bisa tahan lagi. Silahkan pergi bersamanya. Aku akan membawa Mami pergi untuk hidup jauh darimu Bangsat!!! "

Tuan Christandito mengambil tongkat golf miliknya melayangkan pukulan keras kepada Vano. Ayunan stick mendarat dengan keras pada punggungnya kenudian betisnya. Membuat Vano terpaksa jatuh berlutut. Masih belum puas ayahnya kembali melayangkan pukulan kembali pada tubuh bagian belakangnya. Namun tak berlangsung lama Mami Irina, ibunda vano yang menerobos masuk menjerit histeris.

"Pak Pancaaaa!! tolong bawa Vano pergi dari sini cepat!!" Ucap Mami Irina  yang menahan tubuh suaminya sendiri.

Pak Panca asisten dan orang kepercayaan keluarga Christandito segera masuk dan membawa Vano keluar dari ruangan itu. Bahkan terpaksa harus menyeret Vano.

"Tunggu sebentar." Ucap Vano.

Dia bergegas masuk kekamarnya dan membuka brankas. Hanya ada uang tunai sejumlah kurang lebih 300 juta disana. Tapi tak masalah dia masih punya beberapa kartu di dompetnya. Dia mengambil semua uang itu dan memasukkannya didalam tas berukuran besar.

"Villa disana sudah kusewa atas namaku selama satu minggu. Anda bisa menenangkan diri disana." Ucap Pak Panca, lelaki yang hanya beberapa tahun lebih tua dari ayahnya itu, dia  sungguh disayangi oleh Vano layaknya keluarga.

"Aku pergi." Pamit Vano sambil melajukan Lamborghini Adventador  berwarna hitam miliknya.

Pikiran Vano kalut. Bukan satu atau dua wanita yang ditiduri oleh ayahnya. Namun kali ini sudah keterlaluan. Ibunya memergoki ayahnya bercinta di apartemen yang dibelikan oleh ayahnya dan sampai mengiris pergelangan tangannya sendiri. Vano mencari wanita sialan itu dan melabraknya. Tapi dengan angkuhnya dia mengatakan bahwa dia mengandung anak ayahnya. Dia juga berkata anaknya kelak berhak mewarisi sebagian harta J&J Group. Persetan dengan harta. Vano hanya ingin pergi jauh bersama Mami Irina. Amerika. Ya Vano sudah bertekad akan membawa Ibunya ke Amerika. Tapi  dengan bodohnya Mami Irina kembali memaafkan perselingkuhan ayahnya yang sudah berulang kali. Ayahnya bahkan dengan kurang ajarnya meminta ibunya menerima anak yang dikandung wanita jalang itu jika kelak lahir nanti dan membawanya ke rumah keluarga Christandito! Vano tak akan pernah sudi menerima anak haram itu. Tidak akan!!

Hah.. Vano melirik jam tangannya. Pukul 11 malam dan ada seorang gadis muda memberhentikan kendaraannya. Vano tidak peduli.
Daerah sini memang sepi makanya sering dipakai wanita tuna susila alias pelacur untuk mencari pelanggan. Dasar Pelacur!

Huh Pelacur?? Vano memberhentikan kendaraannya. Matanya mengawasi dibalik kaca spion mobilnya. Gadis itu benar-benar memberhentikan semua kendaraan yg lewat. Benar-benar tidak tahu malu.

Dia melihat ke bawah jok kursi penumpang sebelahnya. Ia menemukan satu tas berukuran sedang masih tersimpan rapi dibawah sana. Satu tas  hadiah ulang tahun yang diberikan oleh Michael kepadanya. Satu dari sekian banyaknya hadiah yang diberikan oleh teman-temannya. Dia teringat percakapannya dengan Michael beberapa bulan yang lalu.

"Ini namanya starter pack untuk bersenang-senang. " Ucap Michael waktu itu. Kala itu Vano tak terlalu serius menganggapnya, karena sedikit tahu kehidupan seks Michael yang sedikit ekstrem bersama partner seksnya.

"Sekali-kali cobalah sensasi BDSM." Ucap Michael dengan cengiran gila khasnya.

"Semuanya lengkap ada didalam tas ini. Obat tidur, pil kontrasepsi, after pill, obat perangsang dan lengkap dengan sex toysnya." Ucap Michael.

"Sinting" Ucap Vano kala itu tertawa.

"Ini apa?" Ucap Vano kala memeriksa benda ajaib itu satu persatu sekedar penasaran.

"Nipple Clamp ini rantai besi yang lumayan berat, jepit puting wanitamu dengan ini, dia akan kesakitan. Semakin berat rantainya semakin sakit dan dia akan menjerit."

"lalu ini?" Tanya Vano kepada Michael yang dengan antusias menjelaskan bermacam-macam funngsi sex toys mulai dari butt plug, cambuk mini, dildo sampai vibrator.

Ide gila terlintas di otak Vano sekarang. Menyiksa seorang pelacur cukup pantas untuk melampiaskan kemarahannya. Lagipula wanita jalang tak pantas untuk dihargai. Vano memutar balik mobilnya, menghampiri gadis itu dan membuka kaca mobilnya.

"Apa kamu mau menolongku? Aku baru saja dirampok. Mereka menodongkan pisau dan mengambil tasku. Dompet dan ponselku semuanya ada disana. Bolehkan aku meminjam ponselmu untuk menghubungi kakakku??"

"Masuklah, handphone ku masih di charge di mobil." Ucap Vano yang mengira bahwa gadis ini berlagak sok polos.

Segera setelah gadis itu masuk Vano mengaktifkan Child Safety Lock mobilnya. Sehingga gadis itu tak bisa membuka pintu mobilnya. Vano membawa gadis malang itu pergi jauh tak mempedulikan teriakan dan rasa paniknya. Sampai peristiwa naas itu terjadi.

Vano tahu harusnya dia berhenti saat menyadari bahwa gadis itu tidak berbohong. She is virgin. Itu benar, Vano menyaksikan dan merasakannya sendiri. Tidak ada lagi niat untuk menyiksanya, Sex toys yang dibawa untuk mengerjainya hanya terlonggok sia-sia.

Namun hasrat Vano menyetubuhinya tidak bisa hilang.

Gadis itu begitu menggairahkan dalam percintaan malam ini, meskipun Vano tahu itu hanya efek obat perangsang. Tapi Vano bisa gila. Vano tidak mau berhenti.

Kegilaan Vano tak cukup sampai situ, saat gadis itu kehilangan kesadarannya dia melakukannya lagi dan lagi. Harusnya Vano menghentikan perbuatan bejatnya. Meskipun ia memberikan lubricant gel yang banyak untuk mencegahnya tak kesakitan, tetap saja itu kali pertamanya. Dia pasti terluka.

Saat gadis itu kehilangan kesadaran untuk kedua kalinya. Ia menyadari perbuatannya. Dipandanginya sekujur tubuhnya yang memar, terutama  bagian pahanya karena dia masih mencoba melindungi dirinya sendiri sampai akhir. Goresan ditubuhnya yang dibuat vano tanpa sadar, telah melukainya permukaan kulitnya.

Tapi Vano memilih pergi. Vano memilih menjadi seorang pengecut dan meninggalkan gadis malang itu sendirian disana.

tbc...

Makasih buat yang setia nunggu dan rajin kasih comment serta vote.

Sekali lagi cerita ini fiksi belaka harap bijak dalam membaca.

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang