Hubungan Jevano dan Jesse masih jalan ditempat. Kendati selalu dimanjakan dengan berbagai hadiah mahal namun orang tua Jevano selalu mengingatkan mereka untuk tidak menunda memiliki momongan. Padahal 3 bulan berlalu mereka masih belum bisa melakukan hubungan intim. Berbagai rangsangan lewat cumbuan tak jua menorehkan hasil. Rasa bersalah dalam diri Jevano membuatnya masih tak sanggup untuk menyentuh Jesse.
"Mas beliin aku mobil baru?" Tanya Jesse heran melihat mobil sport mewah keluaran terbaru berwarna merah yang sudah berdiam cantik di dalam garasi berhias pita berwarna putih.
"Iya kamu suka kan hadiahnya?" Ucap Jevano.
"Makasih sayang. Tapi kemaren kamu baru beliin aku gelang berlian dari cartier. Ini udah ngasih hadiah lagi." Jesse memeluk Vano dari belakang.
Jevano hanya tersenyum membalik tubuhnya dan mengecup puncak kepala Jesse.
"Mas.."
"Hmmmm..?"
"Kalo aku bujuk Rachel lagi buat tinggal sama kita disini boleh ga? Aku kesepian."
"NO!" Jesse sedikit shock saat Jevano meninggikan volume suaranya.
"Ehm. Maksud Mas. Dia kan sudah memutuskan buat mandiri, lagian kamu bilang dia ga nyaman sama laki-laki. Kalo kamu kesepian Mas bisa panggil salah satu pelayan dirumah Mas buat nemenin kamu." Bujuk Jevano lagi.
"Bukan pelayan Mas. Aku sering kangen sama Rachel, kalo siang dia sibuk di cafe. Tapi kalau Mas gak ngizinin ya udah apa boleh buat, lagian belum tentu juga dia mau tinggal disini." Ucap Jesse yag sedikit kecewa karena mengira Jevano belum bisa menerima dengan baik satu-satunya keluarga Jesse yaitu Rachel.
Tak sanggup melihat raut sedih sedih Jesse akhirnya Jevano sedikit mengalah.
"Kalo Mas lagi ada kerjaan di luar kota beberapa hari, kamu boleh ajak dia nginep disini. Biar kalian bisa lebih bebas ngobrol berdua." Ucap Jevano lagi.
"Beneran boleh Mas?" Tanya Jesse senang. Jevano memang sering bolak-balik menginap di luar kota urusan pekerjaan.
"Iya boleh sayang." Tutup Jevano.
Benar, Jevano tidak akan pernah membiarkan Rachel berkeliaran atau berada di dekat dirinya saat dia masih belum bisa menguasai dirinya. Iblis dalam dirinya akan selalu bertindak kurang ajar setiap kali Gadis itu berada disekitarnya. Dan Jevano tidak mau sesuatu yang buruk terjadi lagi. Jevano tidak mau Jesse sedih, tidak mau Rachel semakin membencinya dan tidak mau pernikahannya rusak.
Meski untuk itu dia rela menghabiskan waktu bersama Junio untuk menyembuhkan diri. Menyembuhkan traumanya, menyembuhkan pikirannya yang kerap kali terdorong hawa nafsu ingin memiliki Rachel juga.
"Tapi kenapa kamu gak mirip sama Rachel?" Tanya Jevano lagi.
"Sebenernya dia bukan adik kandung aku." Ucap Rachel.
"Rachel tahu?" Jujur saat ini Jevano sedikit shock atas penuturan Jesse.
"Iya Rachel tau, Dia anak sahabat Papa. Seluruh keluarganya meninggal dalam kecelakaan, jadi orang tuaku mengadopsinya sejak dia bayi dan merawatnya seperti anak kandung sendiri. Dia mengetahui fakta ini saat baru masuk sekolah menengah pertama."
"Dia bahkan merawat orang tuaku melebihi aku yang puteri kandung mereka sendiri. Aku betul-betul berharap Rachel bisa bahagia. Bahkan dari bayi kisah hidupnya sudah begitu tragis."
Kepala Jevano mendadak pening, satu fakta pahit kembali ia terima. Bahwa ia sudah merusak kehidupan dan masa depan seorang anak yatim piatu. Sungguh harus dengan cara apa Jevano menebus semuanya.
••••
"Habisi mereka semua jangan tersisa satupun."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA
FanfictionGoresan trauma di masa silam. Tentang dia yang terluka, tentang dia yang jadi penyebab luka, tentang dia yang berusaha menyembuhkan luka dan tentang dia yang tak mengetahui ada luka. Warning 🔞⚠️ Harsh Words Mature Content