Rachel langsung menutup pintu ketika melihat siapa sosok yang bertamu tanpa diundang. Tapi Vano menahan pintu tersebut dengan tangan dan tubuhnya. Tentu saja kekuatan Vano lebih besar dibandingkan dengan Rachel yang tubuhnya terbilang kurus dan mungil.
"Rachel Please. We need to talk.. Aku janji ga akan macem-macem." Ucap Vano yang kini berhasil masuk ke dalam rumah secara paksa.
"Aku udah ganti semua aroma yang kamu benci." Vano perlahan mendekati Rachel yang terus mundur menjauhinya.
Punggung Rachel membentur dinding. Dirinya merasa begitu terpojok sekarang, rasa cemas mulai menggelayut di dalam dadanya. Rachel hampir berhenti bernafas saat sosok lelaki tinggi besar itu semakin mendekat hampir tak menyisakan secuil jarak diantara mereka berdua.
"Aku mencarimu kemana-mana sungguh. Bertahun-tahun aku mencarimu dan hidup dengan rasa bersalah menghantuiku. Maafkan aku Rachel Maafkan aku.. Meskipun Aku tahu aku tak pantas untuk dimaafkan."
"Aku dan perbuatan bejatku di masa lalu tidak pantas untuk dimaafkan, Rachel. Tapi. Sumpah demi Tuhan. Bisa bertemu denganmu lagi dan melihatmu masih hidup. Aku sangat bersyukur Rachel. Kamu hidup, kamu pastilah merasa sakit, pastilah begitu menderita selama ini. Tapi kamu hidup Rachel, kamu ada disini dan kamu masih hidup.." Jevano teramat jarang menangis seumur hidupnya. Tapi kini bulir-bulir bening tak berhenti turun dari mata ke pipinya.
Tidak ada perasaan lain yang bisa dirasakan Rachel selain sesak. Sama seperti Jevano Air mata Rachel turun tak terkendali.
Bedanya, Air Mata Jevano timbul karena haru, kelegaan luar biasa dan rasa syukur dibalik segudang rasa bersalah yang menjadi beban selama ini di pundak, di hati dan di hidupnya. Sementara air mata Rachel turun atas perasaan benci dan sakit hati. Rachel selalu merasa dunia ini tidak adil. Laki-laki ini tidak pantas memiliki kehidupan yang baik tapi lihatlah dia sekarang. Rachel begitu membencinya sampai ke tulang-tulang.
"Aku bukan pelacur!!!"
"Aku tahu."
"Sekarang kamu tahu?? Kemana akalmu dulu saat aku bilang i'm still virgin?!!"
"......"
"Kamu mencekokiku obat yang aku ga tahu itu apa!!! KAMU MENGHINAKU!!! UNTUK APA KAMU KESINI?? PERMINTAAN MAAFMU SUDAH TIDAK BERGUNA LAGI!!! JADI PERGIII SEKARANG JUGA!!
"Aku ga akan pergi.. Bicaralah, silahkan maki aku sepuasmu. Aku akan mendengarkan."
"Aku menjaga mahkotaku bukan untuk dirampas orang sepertimu." Isak Rachel.
"Karena punya uang, pikirmu kamu pantas memperlakukan semua perempuan seperti pelacur Hah??!! Kamu bahkan lahir dari rahim seorang perempuan!!! DIMANA LETAK HATIMU!! DIMANA AKALMU!!"
"Dengan setumpuk uang.. kamu pikir bisa membeli kehormatanku??! KAMU GAK BISA BELI HARGA DIRIKU BRENGSEK!!!
"MESKI AKU PELACUR SEKALIPUN KAMU TIDAK PUNYA HAK MEMAKSAKU!!"
"Kamu bukan pelacur Rachel." Jevano tak tahan untuk memeluk Rachel, berharap bisa menghilangkan tantrumnya sekarang.
Demi Tuhan kenapa Vano memeluknya. Rachel tidak bisa begerak, tubuhnya seolah bingung dan mati rasa.
"Le.. lepas" Ucap Rachel terbata-bata tapi tubuhnya masih tetap tidak bisa bergerak.
"LEPASKAN AKU BAJINGAN."
"Aku lepasin. Tapi Please tenang dulu. Take a deep breath." Vano mengendurkan pelukannya tapi masih menjaganya agar tak lepas kendali.
Setelah dirasa Rachel sedikit tenang Jevano melepaskan pelukan ditubuh Rachel perlahan. Jevano menarik kursi makan dan membimbing Rachel duduk. Ia memberikan segelas air mineral, Rachel menerima gelas itu tanpa menatap wajah Vano. Ia melengos penuh benci. Tapi Vano mencoba mengerti dan tak kecil hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/293608957-288-k558879.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA
FanfictionGoresan trauma di masa silam. Tentang dia yang terluka, tentang dia yang jadi penyebab luka, tentang dia yang berusaha menyembuhkan luka dan tentang dia yang tak mengetahui ada luka. Warning 🔞⚠️ Harsh Words Mature Content