28. Langkah William

2.6K 266 6
                                    

William membawa Rachel ke penthouse baru miliknya yang memang ia beli khusus untuk Rachel.

"Kamu tinggal disini dulu untuk sementara. Masalah Cafe, kamu tutup dulu ya. Dan jangan kasih tahu tempat ini sama siapapun." Ucap William.

"Tinggal disini? Memangnya tempat ini punya siapa? Aku ga bawa baju satupun." Rachel tampak bingung.

"Tadinya Penthouse ini aku beli buat rumah masa depan kita. Tapi sekarang sudah tidak mungkin."

"Untuk pakaian dan kebutuhan lain beli semua besok. Termasuk untuk kita berangkat nanti." Ucap William sambil memberikan kartu kredit berwarna hitam miliknya.

"Aku ga mau mama papa curiga. Aku bakal tetep tinggal dirumah dan pergi ke kantor kayak biasa. Tapi setiap jam makan siang dan pulang kantor, aku pasti mampir kesini."

William menggenggam tangan Rachel dan menciuminya. Ia melihat dress Rachel yang robek karena perbuatannya. Rachel tak bisa pergi keluar dan berbelanja dengan pakaian seperti itu. William mengambil beberapa paper bag dari lemari dan membukanya. Itu adalah hadiah yang dipilihkan mamanya untuk Tania.

Seharusnya William memberikannya begitu gadis itu tiba di Indonesia. Tapi William enggan.

"Pake baju ini buat belanja besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pake baju ini buat belanja besok. Kamu juga boleh beres-beres apartemen lama kamu. Aku pulang dulu ya. Kita hanya harus sabar dan nunggu selama satu minggu."

"Ingat jangan kasih tau siapapun. Termasuk Kak Jesse. Kita tetep bakal minta restu dia buat menikah. Tapi setelah kita tiba dengan aman di Jerman."

Benar. William harus mengambil langkah nekat ini. Ia memutuskan pergi ke Jerman bersama Rachel. Menikah, memulai hidup baru dan menua bersama. William akan melepaskan segalanya demi bisa bersama Rachel.
••••

Jevano bangun dalam keadaan pengar akibat minum terlalu banyak. Pusing, haus dan linglung menderanya. Dia melihat sekitar dan menyadari ia terbangun di kamar Rachel. Rachel sering menginap di kamar ini saat Jevano pergi keluar kota. Bau kamar ini dipenuhi aroma Rachel.

Jevano melirik pakaiannya yang masih berserakan di lantai. Tubuh telanjangnya dan selangkangannya yang terasa lengket akibat sisa sperma sudah menjelaskan bahwa ia sehabis menggauli isterinya Jesse. Samar-samar ia ingat tapi lupa sebagian besar yang terjadi semalam setelah ia mabuk. Ia hanya ingat Jesse menemuinya dan mungkin mereka berakhir bercinta di tempat tidur atas ajakannya.

Jesse masuk keruangan membawa nampan berisi roti, segelas air putih dan secangkir teh jahe. Ia meminta pembantu menyiapkan semua itu agar Vano merasa baikan setelah mabuk berat.

"Ini harus dihabisin buat ngilangin pengar." Ucap Jesse.

"Terima kasih sayang. Sini aku belum dapet morning kiss pagi ini." Ucap Jevano. menarik Jesse duduk di sebelahnya dan menciumi kening dan bibir Jesse sekilas.

Melihat Jesse yang diam saja, Vano mengernyit heran.
"Semalem pas aku mabuk, aku ga ngomong yang aneh-aneh kan?" Tanya Jevano hati-hati. Dirinya sedikit lega saat Jesse menggelangkan kepala.

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang