22. Mencintai dalam diam

3.3K 339 75
                                    

"Dugaan sementara Rachel mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma. PTSD adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan.
PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis. Ada beberapa Peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD, dalam hal ini kita berdua tentunya tahu apa alasannya yaitu pelecehan dan perkosaan yang menimpanya." Ucap Junio serius. Membuat Jevano mendadak pening dan jantungnya berdegup kencang.

"Gue menyimpulkan sekilas berdasarkan keterangan dari Lo setelah dia dibawa ke RS tempo hari dan setelah pertemuan singkat dengannya kemarin. I should say dia dalam kondisi yang tidak baik. Secara fisik tidak terlihat tapi mentalnya masih sangat terguncang padahal 5 tahun lebih telah berlalu." Junio menghela nafasnya.

"Dia tidak baik-baik saja Jevano." Ulang Junio.

"Padahal Gue udah berusaha sebaik mungkin menghindari dia. Tapi di luar kuasa Gue, Dia terus diingatkan oleh malapetaka malam itu." Jevano mengusap kasar mukanya.

"Tadinya Gue udah berniat mengakui semuanya dihadapan Jesse tapi kehamilan Jesse bikin Gue jadi ga tega mengungkap semuanya sekarang. Gue akui Gue egois-"

"Dan brengsek." Sambung Junio.

"I know." Ucap Jevano lirih.

"Itu tandanya Lo mulai mencintai Jesse. Gue udah bilang kehadiran seorang anak akan menumbuhkan ikatan alami diatara kalian. Hanya pria abnormal yang tidak mencintai Ibu dari anaknya." Perkataan Junio tidak akan dibantah oleh Vano karena ia tidak bisa menyangkalnya. Ia sungguh-sungguh menyayangi Jesse dan anak mereka.

"Tapi.. mencintai Jesse bukan berarti kamu melupakan Rachel. Benar kan?"
Tebak Junio lagi.

"Kalau Lo gak care, Lo ga bakal maksa gue buat ngecek kondisinya. Tapi Lo langsung kesini setelah nerima kabar kalo gue dateng buat ketemu dia."

"Gue ga akan ninggalin Jesse apalagi menelantarkan dia. Gue juga ga berharap lebih untuk Rachel bales perasaan Gue. Gue cuma mau memastikan Rachel ga menderita lagi meski dari jauh. Gue mau dia bahagia, mau dia sembuh. Jadi Apa tetep salah meski Gue mencintai Rachel dalam diam?"

"Lo egois Jevano. Berhenti mencintai dua wanita sekaligus. Keserakahaan hanya akan mengakibatkan kehancuran." Ucap Junio serius.

"Gue udah ikhlasin Rachel karena ga mungkin bisa dimiliki, Tapi buat langsung lupa sama dia itu sulit Jun. Yang bisa Gue lakukan sekarang cuma jaga jarak sejauh mungkin. Self Control."
••••

Beberapa minggu ini Rachel rutin melakukan Yoga sesuai keinginannya. Tentu saja sebisa mungkin William berusaha untuk mengantar dan menjemputnya di sela-sela kesibukannya dan semuanya berjalan lancar. Namun malam ini secangkir teh hangat yang disajikan Rachel di apartemen studio sederhana miliknya tak juga membuat William tenang.

Bermula dari kejadian saat ia menjemput Rachel pulang dari Yoga.
Lokasi studio Yoga yang agak jauh dari tempat parkir mengharuskan mereka berlari menembus hujan. Mereka memasuki mobil dalam keadaan basah kuyup dan membuat pakaian yang dikenakan Rachel tembus pandang. Sialnya pakaian Rachel berwarna putih dan tipis, sehingga bra hitam yang membalut payudaranya tercetak dengan jelas. Wangi shampoonya tercium jelas dan leher jenjangnya begitu menggoda.

Atas alasan dingin dan hujan, William meminta untuk dibuatkan teh agar bisa berada berduaan dengan gadis pujaannya ini. William bahkan menumpang mandi karena seluruh pakaiannya basah, untung ia selalu membawa cadangan pakaian di dalam mobil pribadinya.

Beberapa bulan berpacaran William selalu mampu mengendalikan diri. Bahkan untuk berciuman bibir saja terbilang jarang, karena William takut kebablasan. Tapi kali ini pikirannya mendadak kacau. Beberapa kali ia mencoba meredam hasratnya namun bibir merah Rachel dalam bayangannya terlalu menggoda. Ia bisa saja memakai pakaian ganti di kamar mandi namun ia memilih keluar hanya dengan handuk yang melilit pinggangnya, mempertontokan tubuh atletisnya yang ideal.

Pandangan Rachel langsung ia alihkan ke tempat lain dan rona mukanya tampak memerah saat melihat William keluar dari kamar mandi.

Tapi William justru mendekatinya, Pemuda itu menariknya dan merengkuh tubuh mungil itu kedalam dekapannya. William memandangi wajah gadis itu dengan seksama. Ibu jarinya mengusap bibir bagian bawah Rachel yang merah alami meski tanpa polesan lipstick. She is so Beautiful.

William menempelkan hidungnya dan hidung Rachel, hembusan nafas beratnya bisa dirasakan Rachel karena mereka hampir tak berjarak.

"Willy?" Panggil Rachel bingung. Dengan kepolosan dan suara semerdu itu, Rachel tidak tahu bahwa ia sedang mengacaukan kewarasan kekasihnya.

Tanpa menjawab Pria itu dengan cepat menempelkan bibir mereka lalu tidak berlangsung lama William mulai memperdalam ciumannya dengan memiringkan kepalanya.

Rachel begitu kewalahan, meski terasa sekali William begitu hati-hati dengan ciumannya, namun perasaan nafsu William yang meluap-luap menjadi hal utama yang dirasakannya sekarang.

"Nghh ... Willy..."

"Apa sayang?" Bibir jahilnya kembali bergerak.

Kali ini sasarannya adalah telinganya, berharap itu adalah tempat sensitif Rachel.

Hangat hasil hembusan nafas William membuat Rachel merinding ditambah bagaimana benda basah itu mengemut area cupingnya lalu memainkannya dengan piawai, membuat tubuhnya tak sadar menggelinjang gelisah.

"William ahn ... jangan.." ia berusaha keras keluar dari pelukan kekasihnya. Namun tenaganya sudah pasti kalah.

"Jangan lepasin..." suara besar William begitu serak, dengan kasar William kembali mencium bibir merah yang sudah membengkak itu.

Tangannya sudah menggerayangi area di sekitar pinggul Rachel.

Rachel seakan kehilangan akal, ia melampiaskan itu semua dengan meremat rambut belakang William.

"Mmhh ..." benda basah yang sejak tadi membuatnya gila perlahan-lahan turun dan memanjakan kembali bagian belakang lehernya.

Satu tanda merah berhasil di buat, lalu dengan lembut William menjilati area yang ia gigit tersebut, sambil membisikkan kata "I love you Rachelyn..."

Rachel langsung tersadar, ia dengan cepat mendorong bahu William.

Mata mereka beradu pandang, terlihat jelas wajah William dengan mata sayu yang memerah memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Kamu kenapa?" tanya Rachel lirih, Mata William masih memandang gadisnya itu begitu lekat, seakan tidak rela bila ia melewatkan satu detik pun kesempatan untuk menatap Rachel. Ada kekhawatiran yang tidak dapat ia jelaskan kepada kekasihnya.

Otak William kini berisi kekalutan yang disebabkan keinginannya untuk menguasai Rachel seutuhnya, dan ketakutannya membuat ia mencengkeram Rachel terlalu kuat.

Bagian ujung dari milik William
yang sudah menegang beberapa kali bersentuhan dengan paha bagian atas milik Rachel, membuat gadis itu gelisah namun tak berani mengungkapkannya. Rachel bingung harus bagaimana dan harus berbuat apa. Rasa gugup melanda, mungkin debaran jantungnya kini bisa William dengar dengan jelas.

William perlahan membuka kancing kemeja jeans milik Rachel satu persatu sambil terus menciumi leher jenjang sang gadis. Tangan Rachel yang tadinya berada di belakang kepala William kini berpindah ke lehernya. Ada rasa panas menggelenyar merambati sekujur tubuhnya.

Perlahan William membopong Rachel, membaringkan sang gadis pujaan hatinya itu di peraduan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan William membopong Rachel, membaringkan sang gadis pujaan hatinya itu di peraduan.

tbc...

Kira-kira bakalan ngewe ga nih mereka berdua??

yang nunggu momen jaerose sabar dikit lagi 🤭

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang