19. Villa William

3.3K 333 27
                                    

"We did it." Ucap Jesse di telepon. Ia menghubungi Nayuta dini hari karena ia tahu Nayuta akan mengangkat telepon darinya anytime.

"Pake obat itu?" Tanya Nayuta lagi

"Iya. Thanks to You Nayuta"

"Apa Vano ga marah?"

"Dia ga tau, Dia teler karena alkohol. Dia gak bakal tahu Nayuta."

"Good terus kenapa mesti laporan sama Aku. Berasa kita ini partner in crime dan kamu ngejebak suami sendiri." Tentu saja Nayuta hanya bercanda namun Jesse menanggapinya serius.

"Benarkah? Apa aku keliatan menjebak Jevano?"

"No. That's not what i mean. Kamu isteri sahnya Jesse. Apa yang salah dengan berhubungan intim bersama suami sendiri. Yang salah itu jika kamu having sex sama Aku." Nayuta memang blak-blakan. Tapi candaannya terbukti mengurangi ketegangan Jesse.

"Ngomong sama kamu selalu bikin aku tenang Yut. Udah ya Aku mau tidur, sekali lagi thanks for everything."

"Jess.. hei Jess.."

"Apa?"

"Hmm.. Nothing. Cuma berharap kamu bisa bahagia. Because you deserve. Kamu berhak bahagia my dear."

"......"

"Halo.. Yut..?" Lalu sambungan telpon itupun diputuskan secara sepihak oleh Nayuta.

Jesse menatap Suaminya yang tengah terlelap. Ia berbaring dan memeluk suaminya, Menyusulnya ke alam mimpi.

Suara kokok ayam di pagi hari mengingatkan Vano bahwa ini bukanlah Jakarta. Kepalanya terasa pusing dan berat matanya mengerjap-ngerjap silau karena cahaya mentari yang perlahan melewati celah dari gorden yang tak tertutup rapat.

Vano menyadari sesuatu bahwa ia kini tengah memeluk Jesse. Jesse yang berada disampingnya tampak tertidur lelap. Vano menyibakkan selimutnya dengan cepat. Ia menyadari bahwa kini ia tak mengenakan apapun begitu pula dengan Jesse yang tubuhnya tak tertutupi sehelai benangpun.

Vano memijat pelipisnya mencoba mengingat-ingat sesuatu karena alkohol semalam telah mengambil alih kesadarannya. Samar-samar ia mengingat percintaan panas antara dirinya dan Jesse semalam.

Sepuluh bulan mereka menikah akhirnya Jevano menggauli isterinya juga. Jika ditanya perasaannya kini emtahlah. Semua terasa campur aduk.
Perlahan tubuh Jesse menggeliat pertanda akan segera bangun. Jesse membalik tubuhnya dan mereka kini sekarang berhadapan. Jesse membuka matanya dan bahagia saat menyadari orang pertama yang dilihatnya adalah suami tercintanya.

"Good morning." Sapa Jesse. sebelum kembali memeluk Jevano dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang lelaki itu. Jevano lantas mengecup kening Jesse seperti yang biasa ia lakukan setiap pagi.
••••

Waktu sarapan tiba, sama sekali tak terlihat sosok Rachel ataupun William. Jesse menelpon keduanya namun tak ada satupun yang mengangkat. Jesse kemudian berinisiatif untuk membangunkan Rachel. Jevano berdebar. Entahlah ia mendadak gugup sendiri, Tak lama Jesse keluar bersama Rachel yang sudah mencuci muka dan menggosok gigi, namun masih enggan mandi karena dinginnya pagi. Selang beberapa menit William keluar pula dari kamarnya tampak lebih segar dibanding Rachel.

Ah ternyata mereka tidur di kamar yang berbeda.

Jevano lantas menatap Jesse yang tampak sumringah dan bahagia. Kemudian teringat pula bagaimana takutnya Rachel kala disentuh olehnya. Ia mendadak murung tak menikmati sarapannya pagi ini.

Mungkin ini adalah petunjuk bahwa ia benar-benar harus melupakan Rachel dan belajar untuk mencintai Jesse seorang. Baiklah mulai sekarang Seorang Jevano akan menerima takdirnya. Rachel mungkin lebih bahagia jika bersama William. Dia pria yang baik dan mapan pula. Jevano seharusnya tak merasa khawatir.

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang