24. Rencana Masa Depan

2.9K 306 37
                                    


(Buat yang bingung. ini part kenapa langsung loncat ke Part 24. Karena Part 23. diunpublish dan bakal diunpub setelah lebaran)

"Are you crying?" Tanya William sambil mencoba membalikkan tubuh Rachel kearahnya. Namun gadis itu memilih menenggelamkan kepalanya pada dada bidang William. Tubuh keduanya hanya mengenakan selimut. William merasakan sedikit basah akibat sisa air mata Rachel.

"Aku main kasar ya?" William mencoba mengingat, rasanya ia sudah berusaha sebisa mungkin berlaku lembut sejak tadi. Pemuda itu tampak lega saat Rachel menggelengkan kepalanya.

"Jadi kenapa Chel? Kamu nyesel?" Namun pertanyaan William kembali dijawab oleh gelengan.

"So why? my baby nangis? hmm?" William mengecup keningnya. Rachel masih tak mau melihatnya.

"Ga tau. bingung.. cuma pengen nangis aja, rasanya campur aduk."

"Kamu takut? atau kamu insecure?" Kali ini Rachel terdiam.

"Chel jangan banyak pikiran okay. You already perfect for me. Aku ga peduli keadaan kamu gimana. Aku sayang banget sama kamu, i love u so much."

"Kenapa? kenapa kamu bisa sayang sama aku? i don't deserve it. Aku ngerasa jangan-jangan kamu cuma kasian sama Aku."

"Sshh.. Jangan bilang gitu. You always worth it. Kamu cantik, kamu baik. Kamu sama sekali ga perlu dikasihani. Kamu perempuan hebat dan mandiri. Perempuan paling kuat, paling tegar yang pernah aku kenal."

"I love you so much William."

" I love you too babe.. Sekarang tidur ya sayang. Kamu pasti capek tadi karena aku."

Rachel semakin membenamkan mukanya malu. Tubuhnya seketika memanas, bagaimana bisa Willy mengatakannya sesantai itu. Sementara Rachel sangat-sangat malu. Ini seks pertama mereka, tapi bahkan Willy tak segan meminta izin pada Rachel untuk melakukannya berulang kali.

Alasan kenapa Rachel tadi menangis adalah ia teringat sesuatu yang menyakitkan. Ia memeluk William dan meyakinkan dirinya bahwa ia aman bersama William. Meskipun ini berbeda, mereka melakukannya suka sama suka tanpa paksaan dan tanpa kekerasan. Namun tetap saja ia merasa insecure atas keadaan dirinya. Ia merasa gadis tak utuh sepertinya tak cukup pantas untuk William. Banyak gadis lain yang jauh lebih sempurna darinya.

Tapi sosok William selalu berhasil menumbuhkan rasa percaya dirinya sedikit demi sedikit. Ini semua terlalu indah, sampai Rachel takut, gimana kalo ternyata ini cuma mimpi dan besok ketika dia bangun, William tidak ada lagi disampingnya.

Setelah sesaat terdiam, Rachel merasakan bagian tubuh William yang menegang dan menyentuh selangkangannya.

"Chel, jadinya aku yang ga bisa tidur." William berkata dengan suara seraknya.

Sementara Rachel bingung harus menjawab apa, William lantas  menempelkan miliknya pada milik Rachel. ia menepukkan miliknya pada milik Rachel kemudian menggesek-gesekkannya pada permukaan luar dan menyentuh gspot Rachel berulang kali.

"Aaahh... Ummhh.. " erangan merdu Rachel kembali terdengar, apalagi saat William kembali menghisap gunung kembarnya bergantian.

"Babe.. aku bisa gila ini. You are so sweet, so fvcking good." Ucap William sambil tangannya meraih dompet untuk mencari persediaan kondom yang masih tersisa.

•••••

Sial, William lupa kalau pagi ini ia ditugaskan untuk memimpin rapat. Nyaman tidur didalam pelukan Rachel membuatnya lupa diri. Ia juga lupa untuk memberi tahu Rachel untuk  membangunkannya pagi-pagi. Alhasil dengan terburu-buru ia ngebut menyetir mobilnya dari Apartemen Rachel kerumahnya guna berganti baju dan mengambil beberapa dokumen penting. Ia mandi sekedarnya dan tampak sibuk mengenakan dasinya, William melirik arlojinya yang menunjukkam pukul 08.30. Sementara rapat dimulai pukul 09.00 pagi. Papanya tidak akan senang dengan hal ini.

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang