"Kak... " Rachel memegang tangan Jesse.. "Kak.. ini salah paham." Ucapnya.
Jesse tampak mengeluarkan sesuatu dari balik tasnya. Ia mengeluarkan sertifikat tanah, bukti jual beli, kuitansi dan proposal MoU dari jevano untuk menyokong bisnis Rachel dibalik layar. Ia hamburkan surat-surat yang ia temukan di ruang kerja Jevano tersebut tepat dihadapan Rachel dan jevano.
"Suamiku adalah donatur berkedok mitra usaha dari bisnis cafe mu selama ini tanpa sepengetahuanku?? Apa kalian sering diam-diam bertemu dan bermain dibelakangku?? Apa ini sebabnya di awal pernikahan suamiku bahkan tidak mau menyentuh aku??" Suara Jesse dipenuhi emosi, kecewa, marah dan benci jadi satu.
"Dan kamu Jevano. Aku bisa kesini karena GPS yang aku pasang di mobil kamu. Kamu keluar dari rumah terburu-buru dan tanpa penjelasan apapun. Hanya untuk jemput Rachel?? Tanpa sepengetahuan aku kakaknya sekaligus isteri kamu. Ngapain? Kalian mau honeymoon? Kalian mau main gila? Sejak kapan Jevano?" Jesse tidak lagi memanggil Jevano dengan panggilan "mas Vano" Seperti biasanya.
"Jesse. Aku sama Rachel ga selingkuh!"
"Trus kenapa kamu ga bilang kamu jemput dia?? Kenapa ga jujur? Kenapa ga ajak aku? Kenapa diem-diem bantu bisnis Rachel tanpa sepengetahuan aku??!!"
Rachel bingung sementara Jevano panik.
Jevano menghampiri Jesse dan memeluknya.
"Jesse, percayalah ini ga seperti yang kamu pikir. Aku bisa jelasin." Jesse meronta berusaha melepaskan diri dari pelukan Vano. Namun Vano tak mau melepaskannya. Jesse memegangi perutnya membuat Vano mengalah agar tak menyakiti bayi mereka. Kesempatan itu digunakan oleh Jesse untuk mendorong Jevano hingga lelaki itu terhuyung, hampir jatih karena tak siap. Untungnya Pak Panca dengan sigap menahan tubuhnya.
Tak puas sampai situ, Jesse mengambil botol air mineral didalam tasnya dan disiramkan ke wajah Rachel dan membasahi anak rambut serta pakaiannya. Botol mineral yang masih terisi separuh itu ia lemparkan pula kearah suaminya yang dengan tangkas langsung dihalau Jevano dengan satu tangannya.
Masih kesal karena tak berhasil mengenai Jevano, Jess melemparkan tas tangan yang dibawanya tepat ke wajah Jevano. Rantai tas tersebut hampir saja mengenai mata Jevano. Isinya tumpah berserakan. Selain botol air mineral ada foto usg bayi mereka yang terjatuh di lantai. Ada botol vitamin untuk ibu hamil, dompet Jesse yang terbuka memperlihatkan foto pernikahan berukuran kecil yang tersimpan didalamnya, kunci mobil dan perangkat make up mahal milik Jesse. Jevano memungut semuanya dan memasukkan semua isinya kembali. Ia tampak lama memandangi foto pernikahan mereka sebelum disimpan, kemudian mengelus foto bayi mereka sebelum diletakkan ditempatnya. Vano menghela nafas berat. Ia juga bukan orang yang sabar, namun logikanya mengalahkan egonya. Vano tahu emosi Jesse sedag tidak stabil sekarang ini.
"Kamu bener-bener ga tau diri. Ga tau diuntung. Kalo orang tua aku gak mengadopsi dan membesarkan kamu. sekarang kamu sudah tidur di jalan dan jadi gelandangan Rachelyn
Atau mungkin kamu sudah mati. Semasa belum pensiun, orang tua aku ngasih kamu makan, bayarin kamu sekolah. Setelah dia pensiun, giliran Aku yang kerja buat kalian, aku rela jauh dari rumah merantau buat menafkahi kalian. Kamu ga bisa cari kerja, cuma bisa nadah. Orang tua aku juga ngasih kamu rumah yang sekarang kamu jual buat modal usaha kamu kan?? Tapi apa?? Air susu dibalas air tuba.""Jesse stop." Tahan Jevano.
"Apa kamu belain dia?? Kamu lebih sayang sama pelakor ini dibanding isteri sah dan anak kandung kamu sendiri??" Jesse setengah memekik.
"Pergi dari sini Rachel! Pergi dari kehidupan kami!! Mulai detik ini juga kamu dan aku ga ada hubungan. Aku ga pernah punya adik yang bernama Rachel. Aku ga akan pernah maafin perbuatan kamu. Aku ga sudi ngeliat muka kamu lagi, perempuan munafik, perempuan kotor! Ucap Jesse marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA
FanfictionGoresan trauma di masa silam. Tentang dia yang terluka, tentang dia yang jadi penyebab luka, tentang dia yang berusaha menyembuhkan luka dan tentang dia yang tak mengetahui ada luka. Warning 🔞⚠️ Harsh Words Mature Content