26. Is it okay?

3.2K 307 49
                                    


William masih memikirkan pertengkaran dengan ayahnya hampir 2 minggu yang lalu saat ayahnya menyampaikan perihal perjodohan itu dan William dengan keras kepala menolaknya.

Setelah mengancam William dengan berkata bahwa ia tidak akan memberikan harta warisan dan kekayaannya kepada William. Ayahnya juga berusaha membujuk. Bahwa jika ia menyetujui pertunangan ini, William bisa melanjutkan mimpinya sebagai Dokter. Dia bisa bekerja di Rumah Sakit pamannya, karena Ayahnya beranggapan Tania bisa mengurus perusahaan dengan baik. Namun William tidak peduli, ia tidak harus bekerja di RS milik pamannya atau dibuatkan RS sendiri. Dia hanya ingin hidup bahagia bersama perempuan pilihannya. Apa sesulit itu?

Lamunan William terusik oleh pesan singkat dari Rachel. Namun saat membacanya, William panik bukan main.

Babe R (5)

i met your fiance

Tunangan kamu cantik

i'm pretty sure dia juga pintar dan sepadan sama kamu.

so please from now jangan temui aku lagi

hubungan kita selesai sampai disini.

Babe kamu dimana?
Aku ketempat kamu sekarang
Banyak yang mau aku omongin
Aku bukan ga mau cerita tapi aku lagi berusaha mencari solusi atas hubungan kita
babe
bae
baby please angkat telponnya
sayang
Aku kesana

William menyambar kunci mobilnya. Ini belum jam pulang kantor, jadi ia berpesan pada sekretarisnya untuk menunda semua pekerjaanya sampai besok. Rachel tidak membalas pesannya, gadis itu juga tidak mau mengangkat telepon darinya. William tidak sanggup membayangkan keadaan gadis itu sekarang. Apa sekarang ia sedang menangis sendirian?

••••

"Orang kepercayaan Gue bilang akhir-akhir ini kekasihnya sering menginap di rumah Rachel atau pulang dalam keadaan larut." Ucap Jevano kepada Junio.

"Tunggu, jangan bilang Lo masih memata-matai dia?" Tanya Junio heran.

"Nope. hanya meminta orang kepercayaan menjaga dan mengawasinya dari jauh."

"Hmm.. menarik, ada kemungkinan Rachel berangsur pulih dan sembuh." Junio mengatakan sesuatu yang tak dipahami Vano.

"Maksudnya?"

"Meski hampir 6 tahun. Tapi jika Lo aja mengalami kesulitan besar saat hendak berhubungan seks, bahkan setelah menikah. Bayangkan trauma semacam apa yang dialami Rachel. Dia korban."

"ah efek PTSD."

"Bisa jadi lebih buruk dari itu, dia bukan pasien gue sih. Jadi sulit menyimpulkan. Tapi.. apalagi yang dilakukan sepasang kekasih menginap bersama-sama atau menghabiskan malam berduaan?" Ucap Junio.

"Seks?" Jevano tampak tak yakin dengan ucapannya sendiri.

"Exactly."

Dan karena percakapan singkat itulah, akhirnya Jevano disini. Dia menunggu di parkiran Apartemen Rachel. Memarkir mobil yang lama tak ia gunakan tepat didepan mobil William. Jevano terasa seperti orang bodoh yang rela menunggu berjam-jam entah untuk apa. Kenapa dia ingin tahu apa yang William dan Rachel lakukan? Kenapa ia penasaran? Sejak Jesse hamil, ini bahkan pertama kalinya Jevano berbohong mengatakan ingin lembur padahal dia disini.

Lama menunggu, Jevano tak sadar tertidur di dalam mobil. Untung saja kaca di setiap mobilnya ia buka sedikit, hingga ia tak kekurangan asupan oksigen. Jevano mengucek matanya. Mobil William masih terparkir rapi dihadapan mobilnya, tak bergerak masih ditenpat yang sama. Waktu sudah menunjukkan jam 3 pagi.

Jevano baru saja akan menyalakan mesin kendaraannya hendak pulang, namun lift apartemen yang bergerak turun ke arah tempat parkir menyita perhatiannya. Dan benar saja, Ada William yang turun bersama Rachel. William masih mengenakan setelan formal kemeja dan celana bahan yang rapi, berjalan bersisian menggenggam erat tangan Rachel, sementara sang gadis mengenakan dress santai selutut dan mengenakan jas kebesaran untuk menghalau dinginmya malam. Jevano tebak jas tersebut pastilah kepunyaan William.

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang