Jesse masih teringat pembicaraan saat arisan dengan para kaum sosialita. Hatinya kerap kali sakit saat ditanya kapan punya anak? Padahal pernikahannnya terbilang baru tapi karena semua tahu bahwa kelahiran cucu generasi penerus J&J Group. Jadi semua orang selalu membicarakannya dan Jesse betul-betul muak. Jesse jadi semakin nekat ingin menggunakan obat perangsang pada Jevano. Namun melihat kesibukan yang luar biasa padat dari suaminya itu akhir-akhir ini. Jesse masih ragu akan rencananya.
Malam ini Rachel menginap dirumah Jesse dikarenakan Jevano yang berpergian ke luar kota selama beberapa hari. Rachel menceritakan peristiwa dimana William mengutarakan perasaannya. Jesse sangat kesal saat mengetahui Rachel menolaknya. Padahal Jesse jelas-jelas tahu bahwa Rachel juga menaruh rasa pada pemuda itu.
"Nanti kalau dia diambil gadis lain baru kamu nyesel." Ucap Jesse menakuti Rachel.
Rachel menggigit bibirnya gelisah. Jesse menyarankan pada Rachel agar berani jujur mengungkapkan perasaannya pada William. Jesse menasehati agar Jesse mencoba menjalin suatu hubungan karena bagaimanapun suatu saat Rachel harus menikah dan berkeluarga. Dia tak mungkin selamanya sendirian. Mencoba menjalin hubungan asmara dengan lelaki yang baik itu bukan kesalahan. Ucapan Jesse terngiang-ngiang ditelinganya.
•••••
Tidak seperti biasanya Malam hari ini William datang ke Cafe bersama seorang wanita cantik. Mereka duduk berdua dia meja paling pojok dekat jendela. Rachel mencoba mencuri pandang siapa sosok wanita yang dibawa oleh William yang tampak sangat sumringah hari ini. Ah kenapa Rachel merasa kecewa? Bukankan ia sendiri yang pernah menolak William. Pemuda setampan dia mana mungkin mau menunggunya. Pasti ada banyak wanita mendekatinya dan tidak salah jika William memacari salah satunya.
Rachel belum bisa mengenali wanita itu karena duduk membelakanginya. Lagipula Cafe malam ini sedang ramai pengunjung.
Satu pesan singkat sempat dibaca oleh Rachel, William mengatakan ingin mengenalkan seseorang spesial kepadanya. Pasti Wanita itu, pikir Rachel yamg mulai menata mentalnya.
"Chel.. Kenalin. Ini Mama aku, Mama Tiffany. Dia baru dateng setelah kemarin lama tinggal di Amerika jengukin Opa." Ucap William dengan raut bahagia.
Saat melihat wanita itu berbalik, Rachel menjatuhkan nampan berisi coffee cup yang untungnya telah kosong ke lantai.
"Kamu?" Ucap Tiffany.
"Ibu Malaikat?" Ucap Rachel sambil manahan tangis.
"Ibu masih inget aku?" Tanya Rachel lagi.
"Mana mungkin lupa. Karena sibuk Tante baru bisa nyariin kamu kerumah yang waktu itu sebulan dari kejadian tempo hari. Tapi yang punya rumah bilang kalian pindah." Ucap Tiffany.
"Iya karena itu rumah kontrakan. Papa beliin kak Jess rumah baru jadi kami pindah." Ucap Rachel.
Tiffany memeluk Rachel dan menanyakan apakah ia baik-baik saja. Bukannya menjawab malah Rachel benar-benar menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA
FanfictionGoresan trauma di masa silam. Tentang dia yang terluka, tentang dia yang jadi penyebab luka, tentang dia yang berusaha menyembuhkan luka dan tentang dia yang tak mengetahui ada luka. Warning 🔞⚠️ Harsh Words Mature Content