12. Sesi Konsultasi Jevano

3.2K 382 49
                                    

dr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dr. Junio Dokter spesialis kedokteran jiwa (Psikiater)

"Dengan wajah awet muda Lo ini, orang bakalan percaya kalo lo ngaku masih anak sekolah atau mahasiswa." Sapa Nayuta saat mengantarkan Jevano menemui Junio.

Setelah berbincang dan mempersilahkan mereka duduk. dr. Junio tampak menimbang-nimbang mencoba menarik kesimpulan atas penuturan Jevano.

Junio sudah mengetahui perihal kondisi sulit tidur dan mimpi buruk yang dialami oleh Jevano beberapa tahun terakhir akibat ulahnya sendiri. Namun Junio baru mengetahui perihal kehadiran Rachel, pertemuan kembali Rachel dengan Jevano dan masalah disfungsi ereksi pada Jevano yang baru disadari setelah menikah.

Selama ini Jevano  pikir dia tidak memilki hasrat untuk berhubungan seksual akibat kelelahan bekerja dan sibuk. Tapi bahkan disaat menjalani cuti pernikahan dia tetap tidak bisa melakukan hubungan seksual.

"Jadi konsumsi viagra dan nonton film biru masih ga bisa bikin Lo ereksi. Padahal dokter menyatakan alat kelamin tidak bermasalah?" Tanya Junio.

"Benar." Jawab Jevano datar.

"Berdasarkan hasil tes juga ga ada yang salah. Baik dari gaya hidup, faktor fisik, hormon ataupun neurogonik. Berarti Gue tarik satu kesimpulan penyakit Lo ini dilatari oleh faktor psikologis. Trauma masa lalu Lo belum sembuh total." Ucap Junio.

"Apa ada cara buat sembuh?" Tanya Jevano.

"Sebelumnya, bisakah Yuta menunggu diluar sementara? Kita harus berbicara empat mata."

"No Problem. Take your time jangan buru-buru." Ujar Yuta sebelum meninggalkan ruang praktek Junio.

"Jujur sama Gue? Satu kalipun ga pernah ereksi?" Tanya Junio curiga. Kebungkaman Jevano justru membuat semuanya semakin terasa janggal.

"Vano. Gue ga bakal bisa bantu kalo Lo sendiri ga mau open."

"Fine, sebelum pernikahan Gue ereksi beberapa kali." Jevano mengalah.

"How? Gimana dan dalam situasi apa?" Tanya Junio tampak tak terkejut. Dia memang sudah menduga sebelumnya.

"Pertama kali ketika Rachel pingsan. Dan gue ga sengaja liat pahanya. Ada hasrat liar yang dateng tiba-tiba waktu itu But I swear i did nothing. Abis itu gue ambil selimut nutup pahanya supaya gak kebablasan. "

"Trus."

"Gue cuma cium dia."

"Di pipi?"

"di bibir."

"Kecup doang atau saling lumat?"

"Apanya yang saling lumat, dia pingsan."

"Oh cuma kecup doang." Ucap Junio sambil manggut-manggut.

"Emm.. Gak bisa dibilang kecup juga sih." Ucap Vano.

"Lah jadi?"

"Gue mampir di bibir atas dan bawahnya."

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang