Setelah melalui masa-masa sulit, operasi Jason dinyatakan berhasil.
Pemulihan pasca operasi memerlukan waktu berminggu-minggu lamanya. Perawatan secara intensif di rumah sakit sudah dijalani, Jason sekarang sudah boleh dirawat jalan namun tetap memerlukan perhatian khusus.
Untuk itu Rachel diminta menginap di rumah keluarga besar Christandito. Rachel menempati kamar tamu tepat diseberang kamar Jason yang bersebelahan dengan kamar Jevano di lantai 2, sementara Ny.Irina dan suaminya menempati kamar di lantai bawah. Rumah ini memiliki tiga lantai, belum termasuk basement yang digunakan sebagai garasi mobil-mobil mewah milik Jevano. Rumah ini bahkan dilengkapi dengan lift, punya fasilitas gym dan kolam renang yang tidak kalah dari hotel berbintang. Para pembantu dirumah ini tinggal bersama di paviliun khusus di area belakang rumah.
Jason terdengar menangis dengan kencang malam ini, biasanya Ny. Irina akan cepat datang namun kali ini tampaknya mereka semua tertidur lelap. Rachel mencuci muka untuk menghilangkan kantuknya dan bergegas menuju kamar Jason yang memang sengaja tak pernah dikunci. Ia terkejut saat ternyata Vano sudah masuk dan menggendong Jason, namun bayi kecil itu masih menangis dengan keras. Rachel mengelus kepala Jason dengan lembut dan memberikan empeng bayi yang steril untuknya, Jason tampak sibuk mengigit seolah mengunyah.
"Maaf membangunkan tidurmu." Seru Vano dengan mukanya yang masih terlihat lelah dan mengantuk.
"Mungkin dia haus." Rachel bergegas membuatkan susu formula untuk Jason. Setelahnya dengan telaten ia mengambil Jason dari pelukan Vano dan memberinya sebotol susu. Bayi itu menghentikan tangisnya dan dengan lahap mencoba menghabiskan susunya.
Vano menatap Jason yang terlihat nyaman di pelukan Rachel. Andai Jesse masih ada, bayi mungil itu tentu akan berada di pelukan nyaman Ibunya sekarang. Namun bagaimanapun Vano bersyukur, Rachel merawat anaknya dengan penuh kasih sayang. Tak pernah sekalipun, Vano dengar Rachel mengeluh karena selalu direpotkan oleh Jason. Padahal mengurus bayi bukanlah hal yang mudah dan jelas Rachel juga tak punya pengalaman untuk itu.
"Apa benar nanti dia bisa tumbuh dengan sehat. Berlari dengan normal dan bisa berolahraga dengan teman-temannya?" Jevano bertanya pada Rachel karena terkadang ia merasa Jason terlihat begitu rapuh.
"Ia terlahir prematur, tidak sempat mencicipi ASI dari Ibunya. Dia juga memiliki riwayat masalah jantung dan harus dioperasi saat usianya belum genap satu tahun. Kadang Aku khawatir bagaimana kelak ia tumbuh nantinya."Lanjut Jevano sambil mengambil tempat duduk diseberang Rachel.
Rachel mengehela nafas dalam "Justru itu. Jason berjuang dari hari pertama ia dilahirkan dan bertahan sampai sekarang. Jason anak yang spesial, dia anak yang kuat. Dia juga banyak menerima cinta dari kakek dan neneknya juga dari Daddynya. Aku juga pasti akan selalu mengawasinya. Dia satu-satunya yang aku punya sekarang." Ucap Rachel terharu mengingat bagaimana mereka semua melalui masa-masa sulit bersama Jason.
"Aku dititipi harta yang begitu banyak, tapi rasanya gagal menjadi suami dan ayah yang baik. Dari awal Aku bahkan bukan manusia yang baik." Sesal Vano.
Rachel tertegun, ia tahu Jevano mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk perawatan Jason. Dia juga aktif menyumbangkan dana yang begitu besar pada mereka yang kurang mampu dan bahkan menjadi donatur tetap sejumlah panti asuhan di Jabodetabek. Namun nyatanya semua itu masih tak bisa membuat ia lega. Ia masih begitu terpukul dan merasa bersalah atas kematian Jesse dan atas sakit yang diderita oleh Jason. Mungkin juga atas perbuatannya kepada Rachel di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA
FanficGoresan trauma di masa silam. Tentang dia yang terluka, tentang dia yang jadi penyebab luka, tentang dia yang berusaha menyembuhkan luka dan tentang dia yang tak mengetahui ada luka. Warning 🔞⚠️ Harsh Words Mature Content