Kerja Rodi

9.7K 1.3K 41
                                    

RUNA

Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang. Pagi ini Satya dan Molaf membuat rapat mendadak jam 10 pagi yang sebelumnya tidak ada di jadwal. Pasti ada yang tidak beres, pikirku.

Begitu mendapat undangan rapat, aku, Angga, dan Aghni langsung misuh-misuh. Kami bertiga memang sudah cukup dekat, tapi aku juga tidak ingin terlalu dekat dengan mereka di luar pekerjaan karena aku tidak ingin suatu saat mereka bisa tahu latar belakangku. Jadilah sampai saat ini aku menghindari untuk nongkrong di luar jam kantor dengan mereka. Menyedihkan memang. I almost have no life outside of work.

Akhirnya kami pun sama-sama masuk ke ruang rapat. Tidak berapa lama kemudian Satya masuk bersama Molaf, tepat jam 9.58. Tanpa basa-basi ia mulai berbicara dengan wajahnya yang tampak serius, sementara Molaf menyalakan proyektor.

"Seperti yang bisa kalian lihat di layar, Aroma akan mengeluarkan produk baru yang konsepnya mirip dengan Nuansa. Namanya Aroma Exquisite. Setelah berdiskusi panjang, saya dan Molaf memutuskan untuk mengubah konsep dan strategi kita ke depannya."

Terdengar helaan napas beberapa orang di ruangan ini. Mendengar merek Aroma pun langsung membuatku pucat. Aku mulai khawatir seandainya semua orang di sini tahu bagaimana hubunganku dengan Tarama International sebagai produsen Aroma, mungkin mereka akan membunuhku karena Aroma sudah memberikan masalah baru seperti ini. Mengubah konsep dan strategi sama saja dengan memulai semuanya dari nol. Di benakku sudah terbayang akan lembur dalam beberapa hari atau bahkan beberapa minggu ke depan demi mengubah segala hal yang sudah kami persiapkan sejauh ini.

"Saya tahu ini berat. Tapi Aroma bukan saingan yang bisa diremehkan. Brand mereka sudah dikenal luas sampai ke luar negeri dan nggak terlalu susah buat mereka melakukan penetrasi pasar. Saya sudah meng-hire konsultan untuk membantu kita mulai minggu depan. Saya dan Molaf pun akan membantu kalian sebisa mungkin. Silakan kasih tahu kami kalau kalian butuh bantuan atau resources apapun."

Dalam waktu dua jam kemudian, kami pun lanjut mendiskusikan segala materi yang perlu diubah dan diperbaiki, serta saling memberikan ide-ide segar yang bisa dimasukkan ke dalam konsep baru. Selain itu Satya juga menyusun tenggat waktu yang diperlukan agar pekerjaan kami mencapai target yang seharusnya.

***

Aku masih mengutuki perusahaan keluargaku sendiri karena sudah meluncurkan produk baru dengan konsep serupa seperti Nuansa sehingga aku harus kerja rodi seperti ini. Atau mungkin ini juga adalah karmaku sendiri yang malah bekerja untuk Adipa, bukannya Tarama.

Waktu menunjukkan pukul 8 malam dimana banyak orang lainnya sudah bersantai dengan keluarga di rumah atau bahkan sudah mulai rebahan di atas tempat tidur. Sementara itu aku masih harus berjibaku dengan pekerjaan di depan komputer. Angga dan Aghni pun sudah pulang dari jam 7 tadi karena mereka bisa melanjutkan pekerjaan di rumah. Sementara aku terpaksa tinggal di kantor karena internet di apartemenku sedang bermasalah.

Tiba-tiba ada tetesan darah jatuh ke atas meja. Aku pun meraba hidung dan benar saja, aku mimisan. Aku tidak ingat kapan terakhir kali mimisan, sepertinya malam ini aku memang sedang benar-benar stres.

Dengan cepat aku mengambil tisu di atas meja dan spontan menengadahkan kepala ke atas. Setelah satu lembar tisu tidak cukup lagi, aku pun mengambil lembaran tisu yang lain, sampai darahnya kering. Untung saja mimisan ini tidak terlalu lama terjadi sehingga aku tidak perlu merasa sampai harus ke toilet.

Mataku semakin berat rasanya. Aku pun memutuskan untuk mengistirahatkan kepalaku sejenak ke atas meja hingga tanpa sadar perlahan-lahan aku malah tertidur.

Begitu bangun, dengan pandangan kabur aku melihat sesosok pria yang sedang berdiri sambil melipat tangan. Tidak ada ekspresi berarti dari wajahnya tapi bisa kulihat ia tertarik untuk mengetahui keadaanku.

Rahasia RunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang