Malam Penghargaan

8.7K 1.3K 29
                                    

RUNA

Jum'at malam pun tiba. Aku sudah sampai di rumah Tante Soraya jam 5 sore. Untung saja pekerjaan di kantor bisa ditinggal dan tidak ada yang overdue.

"Aduh, anak gadis Tante! Kok kamu kurusan sih?" sambut Tante Soraya begitu melihatku. Terakhir kali kami bertemu memang sudah cukup lama, yaitu sekitar dua bulan yang lalu. Ia adalah kakak kandung Ayahku. Mereka sebetulnya tiga bersaudara. Satu lagi adalah Om Arya, anak tertua yang kebetulan tidak begitu dekat denganku.

Tante Soraya memperhatikan wajahku dengan seksama. "Kapan terakhir kali Runa treatment? Coba lihat, itu kulitnya kusam gitu. Nggak dehidrasi kan? Banyak-banyak minum ya!" ucapnya dengan penuh perhatian.

"Nggak kok. Lagi kurang tidur aja, Tante."

Tante Soraya pun membawaku ke dalam sebuah ruangan tempatnya menyimpan segala baju, tas dan sepatu yang tidak muat di dalam walk-in closet kamarnya.

"Ini Tante udah siapin dress buat kamu pakai nanti malam." Tante Soraya mengambil sebuah gaun berwarna terracotta berlengan pendek dengan punggung yang sedikit terbuka. "Ini keluaran desainer baru yang lagi naik daun. Ramda Faraya. Suka, nggak?"

Aku pun mengambil gaun tersebut dari tangan Tante Soraya dan memperhatikannya dengan seksama. Ada butiran payet cantik di bagian leher yang membuat gaun ini tidak hanya manis, tapi juga terkesan elegan. "Bagus banget, Tante," ucapku sambil tersenyum sopan.

"Iya, kan! Tante tahu selera Runa." Tante Soraya tersenyum lebar, merasa puas dengan pilihannya.

"Oh, ada satu lagi yang kayaknya juga cocok sama Runa..." Tante Soraya menyisir deretan pakaian yang tergantung di lemari kemudian tangannya berhenti di sebuah gaun berwarna biru gelap yang terbungkus plastik binatu. Ia pun mengambil gaun tersebut dan menunjukkannya kepadaku. "Yang ini Tante belum pernah pakai. Gimana? Cantik juga, kan?"

Aku pun memperhatikan gaun maxi berbahan tile penuh payet dengan aksen pita hitam di bahu tersebut. Rasa-rasanya aku cukup familiar dengan style gaun ini. "Biyan?"

Tante Soraya mengangguk. "Beberapa bulan yang lalu Tante iseng-iseng beli di Plaza Senayan. Tapi sampai sekarang belum dipakai."

"Hmm... Kayaknya ini terlalu 'berat' buat Runa. Yang sebelumnya aja, Tante. Lebih sederhana." Jujur aku tidak ingin memakai gaun yang terkesan terlalu mewah. Aku tidak ingin menarik perhatian siapa pun. Tujuanku malam ini hanya untuk memenuhi permintaan Tante Soraya menamaninya ke acara.

"Ya udah. Yang Ramda juga bagus. Warnanya cocok sama kulit Runa juga. Sebelum ganti baju, make up sama hair do dulu ya." Tante Soraya menunjuk ke arah meja rias di mana seorang make up artist dan hair stylist langganan Tante Soraya sudah menungguku. Dengan sigap aku pun mulai duduk manis di depan cermin dan membiarkan mereka mengubah penampilanku.

Satu setengah jam telah berlalu. Aku sudah siap dirias dan ganti baju. Aku pun keluar dari ruangan untuk menemui Tante Soraya. Begitu melihatku, Tante Soraya tersenyum puas dengan mata berbinar-binar. Tante Soraya pun menyodorkanku clutch Bottega Veneta berwarna champagne yang menurutnya cocok dengan gaun yang aku kenakan.

Tidak lupa ia juga menyuruhku ke meja riasnya untuk memilih satu dari sekian banyak parfum yang ia punya. 'Banyak' yang aku maksud di sini bukan cuma lima atau sepuluh botol, tapi mungkin ada kali lima puluhan botol. Mulai dari yang klasik seperti Chanel No. 5, sampai yang lebih baru seperti Le Labo Santal 33 dan Baccarat Rouge 540. Belum lagi jika dijumlahkan dengan botol-botol parfum yang sudah kosong dan masih disimpannya. Aku yakin suatu saat Tante Soraya bisa membuat memorabilia atau museum parfum sendiri. She is truly a perfume addict.

Rahasia RunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang