4 Tahun Kemudian
Tamu undangan sudah mulai berdatangan. Ini adalah hari pertama sekaligus grand opening pameran yang berlangsung di Central Gallery of Jakarta. Pameran kolektif ini diselenggarakan selama satu bulan ke depan, menampilkan karya-karya dari beberapa seniman lokal dan internasional dengan tema:
Whispers of Color: Exploring the Spectrum of Emotion
Di salah satu sudut galeri, Runa sedang mengawasi sebuah sesi khusus untuk anak-anak sebagai bagian dari rangkaian pameran Whispers of Color. Program interaktif ini melibatkan beberapa peserta umur 3 hingga 10 tahun di mana mereka akan diajak untuk berkeliling pameran dan berinteraksi dengan instalasi yang ada. Setelahnya mereka akan diajak oleh para koordinator untuk mengeksplorasi warna dengan berbagai peralatan seperti colors wheel, cat air, plastic sheets, dan lain-lain. Mereka terlihat antusias dan suara-suara nyaring memenuhi ruangan.
Runa memperhatikan dari jauh sambil tersenyum. Hatinya merekah karena akhirnya ia bisa berada di titik ini. This is where she belongs.
Setelah 1,5 tahun menyelesaikan studi postgraduate-nya, Runa lanjut bekerja sebagai kurator di sebuah galeri di kota Birmingham selama 2,5 tahun. Pengalaman yang ia dapatkan selama belajar dan bekerja di sana sangatlah berharga, hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia sesuai cita-citanya sejak awal, yaitu berkontribusi dalam pengembangan edukasi seni kontemporer di tanah air.
Dan di galeri ini ia mendapatkan posisi sebagai Exhibition and Program Manager setelah direkrut oleh Arjuna Tyasmoro atau yang biasa ia panggil Pak Juna, yang merupakan Director di galeri ini. Meskipun sudah berkepala 5, pria tersebut berpenampilan cukup modern, dengan kacamata bulat, rambut yang sebagian putih, dan senang mengenakan celana lebar serta blazer hitam. Jauh dari penampilan bapak-bapak korporat yang biasa berpakaian klimis dengan jas atau kemeja.
"Runa," Pak Juna mendekatinya, "great work. Thank you udah mengurus dan mempersiapkan semuanya sejak 1 bulan yang lalu. Kalau nggak ada kamu, saya nggak tahu bisa percaya sama siapa."
"It's my pleasure, Pak. Saya sendiri senang sekali bisa membuat acara seperti ini."
"Semoga kamu nggak kecapean ya, Runa. Untuk sebulan ke depan kita masih akan kedatangan banyak pengunjung, terutama di akhir pekan."
"Iya, Pak," balas Runa hingga Pak Juna pun beranjak pergi dan meninggalkannya sendiri. Kembali ia memerhatikan sekeliling ruangan yang masih dipenuhi oleh para tamu. Beberapa tahun yang lalu ia hanyalah pengunjung dari satu museum ke museum lainnya seperti mereka. Siapa sangka, saat ini ia bisa menjadi bagian di balik layar sebuah ekshibisi besar.
Runa juga tidak salah pilih tempat kerja. Galeri seni ini adalah salah satu galeri terbesar dan terbaru di Jakarta. Letaknya juga sangat strategis di tengah kota, sehigga bisa diakses dengan mudah oleh pengunjung, baik dengan MRT, TransJakarta, KRL, dan lain sebagainya.
Ponselnya bergetar, tanda sebuah pesan masuk.
Kak Rio
Dek, gimana acaranya? Sori Kakak belum bisa ke sana hari ini.
Di kantor lagi hectic parah.
Besok atau lusa ya Kakak ke sana sama Tante.Runa
Santai, Kak. Pamerannya masih ada sampai bulan depan kok.
Jangan lupa istirahat juga ya.
Kalau tumbang ntar siapa lagi yang bisa jadi kacungnya Tarama? ;(Kak Rio
Iya.
Cerewet.Runa pun tersenyum membacanya. Sampai saat ini Kak Rio dan Tante Soraya masih menjadi salah satu suporter terbesarnya, meskipun jalan yang dipilihnya sangat berliku. Kalau tidak ada mereka, dia pasti tidak akan berada di tempat ini sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Runa
ChickLitSeorang Runa Hariadi seharusnya menjalani hidup dengan begitu mudah dan serba mewah. Namun sesuai dengan sifatnya yang lembut tapi rebel, ia justru mengambil jalan hidup yang lebih sulit. Runa memilih untuk bekerja di sebuah perusahaan fast-moving c...