Ada peluh pada wajahnya setelah seharian berkeliling di salah satu pabrik Adipa yang terletak di kawasan Jababeka. Sebetulnya Satya merasa antusias karena ini pertama kalinya ia berkunjung ke pabrik ini. Namun di baliknya ada pula risau yang berusaha ia sembunyikan sepanjang hari. Penuturan Rio hari kemarin masih terus berulang di benaknya. Runa dan Alan sudah saling mengenal sejak lama... Benarkah?
"Pak Satya, senang akhirnya bertemu dengan Anda." Salah seorang manajer produksi menyalami Satya sambil tersenyum lebar. "Pak Gani sering cerita soal Anda. Dulu kata beliau suatu saat pasti Pak Satya akan ke sini untuk berkunjung."
"Senang juga bertemu dengan Bapak. Papa saya juga sering cerita mengenai kinerja pabrik ini dan para karyawan di sini," balasnya sambil tersenyum ramah dan lanjut berbasa-basi sebentar dengan Bapak tersebut, sebelum akhirnya pamit pulang.
Di perjalanan ke kantor, ia mendapat pesan dari Alan. Kebetulan sekali, batinnya.
Alan
Nanti malam ke mana?Satya
Belum ada rencana.Alan
Nggak sama Runa?Ada perasaan tidak suka yang dirasakan Satya ketika mendengar Alan menyebutkan nama Runa.
Satya
Lo free malam ini?Alan
Yes.Satya
Ketemuan ya. Ntar gue kabarin di mana.Sekitar pukul 7 malam, keduanya sudah bertemu di sebuah rooftop bar sebuah hotel di daerah Jakarta Pusat. Tanpa banyak berbasa-basi, begitu selesai menyampaikan pesanan kepada pramusaji, Satya pun langsung melemparkan satu pertanyaan pembuka untuk Alan.
"Gue dengar dari seseorang, lo udah kenal sama Runa dari dulu?"
Namun Alan tidak langsung bereaksi. Ekspresinya belum bisa terbaca jelas.
"Udah berapa lama kalian saling kenal?" Satya masih berusaha terlihat tenang dan berbicara dengan nada datar.
Alan menghela napas panjang. "Jadi lo ngajak gue ketemuan buat ngobrolin ini?"
"Iya. Tolong jawab, Lan."
"Sekitar 5 tahun."
"Dan kalian juga sempat blind date beberapa waktu lalu?"
"Runa yang ngasih tahu soal ini?" Alan malah balik bertanya. Terlihat jelas ia juga mulai tidak nyaman.
"Bukan. Nggak penting gue tahu dari siapa. Yang gue pengin tahu kenapa kalian berdua menyembunyikan hal ini dari gue?"
Tanpa disadari Satya mulai mencengkeram tangannya sendiri. Rasa gelisah, cemas, dan takut tiba-tiba menghampiri.
"Sori, Sat. Gue cuma nggak mau mengganggu hubungan kalian. Apalagi baru kali ini gue ngelihat lo bisa sedekat ini sama perempuan."
Satya masih gusar, belum puas dengan penjelasan dari Alan. "Memangnya ada apa di antara kalian berdua?"
Alan seperti sedang membaca pikiran Satya. Mungkin ia ingin berhati-hati dalam berbicara. "Lo belum nanya soal ini ke Runa?"
"Belum. Gue pengin dengar cerita dari lo langsung. Bagaimanapun gue kenal lo jauh sebelum gue kenal Runa."
"Kalau... gue bilang gue sama dia cuma kenalan biasa, gimana?"
Satya mendengus kecil. Walaupun ia berharap itu benar, tapi ia tidak sebodoh itu untuk bisa percaya. Kalau memang antara Alan dan Runa hanya kenalan biasa, kenapa harus ditutup-tutupi?
"Lan, tolong kasih tahu gue yang sejujurnya. Kesabaran gue mulai menipis."
"Gue sama Runa pernah dekat. Dulu."
Satya terdiam sejenak, mencoba untuk mencerna perkataan Alan barusan.
"Define 'deket' yang lo maksud..." Satya meminta penjelasan lebih lanjut.
"Pernah jalan bareng beberapa kali. That's it." Alan berusaha untuk bersikap tenang, namun Satya justru semakin gelisah. Kesabarannya semakin menipis.
"Berarti kalian nggak pernah di tahap serius? Nggak sampai pacaran?" cercanya lagi.
"Nggak. Well, we had so much fun together, but then I got bored and moved on."
Brengsek, gerutu Satya dalam hati.
"Jangan marah, Sat. Gue cuma mau jujur. Lo minta penjelasan, yaudah gue jelasin."
"Beneran cuma itu? Nggak lebih?"
Seketika Alan mulai memainkan ekspresi. Ia menyengir kecil dan menyipitkan matanya. Seraut wajah yang bisa membuat siapapun lawan bicara akan merasa tidak nyaman.
"Kalau memang lebih dari itu, memangnya lo mau denger?"
Tentu saja Satya tidak mampu menjawab dan tanpa sadar rahangnya mengeras.
"Gue cuma mau bilang satu hal, Sat. Mungkin Runa nggak sepolos dan sebaik yang lo kenal selama ini..."
Pramusaji datang membawakan pesanan mereka berdua. Alan langsung menyambar minumannya dan menghabiskannya dalam beberapa teguk saja. Ia lalu bangkit dan menepuk bahu Satya tanpa berkata apa-apa lagi, lalu beranjak pergi meninggalkan sahabatnya tersebut dalam keadaan layuh dan larut dalam kehampaan.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/291704407-288-k997672.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Runa
ChickLitSeorang Runa Hariadi seharusnya menjalani hidup dengan begitu mudah dan serba mewah. Namun sesuai dengan sifatnya yang lembut tapi rebel, ia justru mengambil jalan hidup yang lebih sulit. Runa memilih untuk bekerja di sebuah perusahaan fast-moving c...