Dialog Pagi Hari

7.9K 1.1K 99
                                        

Tadaaa! Karena masih kangen sama pasangan ini jadi bisa nyelesain satu bab cuma dalam sehari. 🥹
Please like and comment ya! Kalau rame aku usahain update cepet lagi buat bab berikutnya :)) Happy reading!

.

SATYA

Molaf duduk di depan meja gue pagi ini, setelah kami mengobrol panjang tentang persiapan launching Nuansa minggu depan. "By the way, muka lo kenapa kayak nggak tidur semalaman gitu sih?"

"Gue emang belum tidur," jawab gue sambil membaca email di komputer dan memegang mouse.

"Kenapa? Soal kerjaan?"

Gue pun menoleh ke arahnya lalu mengucek mata gue dengan kedua pergelangan tangan.

"Runa, Mol..."

Molaf menegakkan badan dengan cepat. Kentara sekali ia cukup kaget gue menyebutkan nama Runa.

"Runa-nya kita??"

Runa-nya gue! "Ya Runa mana lagi sih?"

"Wait... emang lo ada apa dengan Runa?" Molaf bertanya dengan dahi berkerut. "Gue tahu lo suka sama dia. Tapi emangnya kalian udah deket?"

Gue pun menggeleng, lalu mengangguk. "Dia cewek gue, Mol..."

Mulutnya menganga lebar. Gue cuma berharap dia nggak punya bakat serangan jantung karena gue nggak mau dia sampai mati konyol di kantor ini. Kalau di rumahnya sendiri sih nggak apa-apa.

"SERIUS LO?!"

Gue pun menghembuskan napas dengan kasar.

Molaf bertepuk tangan perlahan. "Akhirnya... Tuan Muda Satya pecah telor juga. Gue terharu, Sat. Bertahun-tahun gue kenal lo baru kali ini gue denger sendiri lo nyebut 'cewek gue'. Cewek-cewek lain yang deket sama lo dari SMA dulu nggak pernah lo anggep."

"Apa sih." Seperti biasa Molaf selalu berlebihan. Seakan-akan gue baru saja bikin prestasi menang olimpiade atau jadi Nobel laureate.

Tiba-tiba Molaf melihat kanan-kiri lalu mendekatkan wajahnya ke arah gue. "Eh, dia itu yang dari klan Tarama kan?" tanyanya bisik-bisik. "Lo sengaja biar suatu saat Adipa bisa merger sama Tarama apa gimana?"

Ck, gue pun berdecak sambil menunjukkan muka kesal. Demi Tuhan sedikitpun gue nggak pernah punya pikiran mengenai bisnis ketika mendekati Runa. Gue nggak punya ambisi apa-apa untuk perusahaan ini. Yang gue tahu gue sayang sama dia.

"Atau mungkin lo mau menghancurkan Tarama diam-diam dengan cara, you know, 'make your enemy closer' kinda thing-"

"Mol!" potong gue tegas sambil menggebrak meja. Gue tahu temen gue yang satu ini terkadang punya imajinasi yang luar biasa berlebihan.

"Sori, sori. Gue bercanda, Sat," ucapnya sambil cengengesan. "Jadi muka lo kenapa kusut banget? Lagi berantem kalian?"

Gue pun mengehela napas lagi untuk kesekian kalinya hari ini.

"Lo ingat dua malam lalu kita ketemuan sama Alan kan?" tanya gue.

Molaf tidak mengangguk tapi dia sedang mendengarkan gue dengan khidmat.

"Seharusnya Runa nemuin gue di situ. Tapi ternyata dia nggak jadi datang. Gue WA nggak dibalas, dan gue coba telepon terus tapi hapenya malah mati..."

Rahasia RunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang