Awal Dari Akhir

2.8K 430 66
                                    

Yuhuuu, please comment and vote ya. Thank you! 😊

~

Satya berjalan dengan langkah tegap dan wajah kaku begitu keluar dari dalam mobil yang ia parkirkan di area B1. Hari ini adalah hari pertamanya masuk kantor setelah kurang lebih seminggu berada di Belanda. Beberapa hari belakangan ini memang bukan hari terbaiknya, mungkin juga salah satu masa terburuk dalam hidupnya. Perasaannya sudah terluka begitu dalam dan pikirannya hampir saja kacau balau seandainya tidak berusaha ia tahan dan sembunyikan demi pekerjaan. Maka dari itu, tak sabar baginya untuk menemui gadis itu hari ini meski mereka sudah tidak lagi berkomunikasi sejak saat itu.

Berhubung ia tidak datang terlalu pagi seperti biasanya, lantai 21 itu sudah terlihat cukup sibuk. Tujuan pertamanya adalah ruang kerjanya yang sudah tidak dipergunakan selama seminggu ini. Ia pun menaruh tasnya di atas meja dan menghidupkan komputernya yang sudah lama tidak tersentuh hanya untuk clock in.

Satya melirik jam tangannya. Saat ini pukul 8.35 pagi. Runa pasti sudah datang, pikirnya dalam hati. Ia pun bangkit dari kursinya dan berjalan menuju sebuah titik yang sudah sangat ia hapal letaknya. Namun begitu ia sampai di titik itu, tidak terlihat ada siapapun di sana. Di meja itu, di kubikel itu.

Kosong.

"Aghni, Runa di mana?" tanya Satya lugas, tanpa basa-basi.

Aghni yang sedang sibuk membalas email pun menoleh dan cukup terkejut dengan kehadiran Satya. Lalu keningnya berkerut.

"Runa... Udah nggak di sini lagi kan?" balas Aghni dengan ragu. Bukannya menjawab dengan jelas, ia malah bertanya balik.

Satya tampak bingung. "Maksudnya? Lagi ke bawah?"

Sekarang malah gantian Aghni yang semakin bingung. "Loh, bukan. Udah nggak kerja di sini lagi. Udah mengundurkan diri kan, Sat?" Aghni pun mulai berpikir apakah Satya benar-benar tidak tahu mengenai fakta ini. Tapi masa sih? Masa sebagai atasan, ia tidak tahu, atau masa Runa tidak pamit dulu? pikir Aghni dengan polosnya.

Sedetik... Dua detik... Lima detik... Satya sepenuhnya blank setelah mendengar jawaban Aghni.

Sampai ia pun membalas dengan suara yang sedikit melemah, "Sejak kapan, Ni?"

"Beberapa hari yang lalu, Satya. Kalau nggak salah hari Rabu."

Untuk sesaat Satya membeku di tempatnya. Ribuan pikiran rumit hinggap di kepala. Kembali ia memperhatikan meja Runa dan menyadari bahwa meja itu memang terlihat lebih kosong dari biasanya. Tidak ada lagi barang-barang pribadi Runa seperti buku catatan berwarna hijau muda, tempat pensil, dan beberapa post-it warna-warni yang biasa tertempel di dinding kubikel itu.

"Perginya memang tiba-tiba banget. Kami semua juga kaget, " tambah Aghni. "Lo emang nggak dikasih tahu, Sat? Yang gue dengar prosesnya langsung sama VP."

"Pak Rusdi?"

Aghni mengangguk.

Tanpa pikir panjang, Satya melangkah ke lantai 15 untuk menemui sebuah nama yang baru saja ia sebutkan.

"Papanya Runa yang meminta langsung ke saya. Hari itu juga kita harus keluarkan dia kalau tidak mau ada masalah di perusahaan ini," jelas Pak Rusdi begitu Satya mengajaknya berbicara mengenai Runa.

Tanpa ia sadari, Satya mengepalkan tangannya begitu mengetahui apa yang terjadi.

"Bapak kenapa tidak memberitahu saya dulu? Dia karyawan saya, Pak."

"Kamu kan lagi punya agenda penting selama di Amsterdam. Menemani Pak Menteri kesana-kemari, bertemu investor, menghadiri konferensi, dan lain-lain. Buat apa saya mengganggu kamu soal karyawan biasa seperti dia? Kalau kamu mau cari gantinya, tinggal hubungi HRD untuk mencari dulu di internal kita. Siapa tahu ada yang bisa di-"

Rahasia RunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang