RUNA
Setelah jam makan siang selesai, aku pun menghadiri rapat besar mengenai development produk Adipa Group terbaru yang akan launching sebentar lagi, yaitu Nuansa.
Rapat ini bertempat di sebuah ruangan yang cukup luas, yang mengingatkanku dengan ruangan lecture ketika kuliah dulu. Rapat ini juga dihadiri oleh Presdir, VP, hingga Head of Beverages Division, Nia Siregar, yang akan memimpin presentasi.
Nuansa.
Jika kemarin aku sempat bertanya-tanya produk apakah Nuansa itu, maka hari ini aku sudah mendapat jawabannya.
"Nuansa sebagai produk teh celup premium akan mengisi the hole in the market. Produk teh yang bisa memenuhi..."
Holyshit. Penjelasan Bu Nia Siregar di depan semakin terdengar kabur di telingaku.
Sejenak aku menahan napas lalu menghembuskannya dengan pelan. Kenapa ... KENAPA dari sekian banyak jenis consumer goods yang diproduksi perusahaan ini, aku harus bergabung di divisi Nuansa, yang merupakan produk tea bag atau teh celup? Kenapa bukan produk sampo, atau susu, atau pewangi pakaian, atau mi instan, atau racun tikus sekalian. Kenapa harus teh celup?!
Kegugupanku ini bukannya tidak beralasan. Perusahaan keluargaku, Tarama International, paling dikenal dan besar dengan produk teh celupnya. Nama 'International' yang mengikuti nama Tarama juga bukan sekadar embel-embel supaya terdengar keren. Produk teh kami, Aroma, tidak hanya populer di tanah air, tapi juga dijual untuk pasar internasional, tersedia di paling tidak 50 negara, sehingga membuat Aroma adalah merek teh terbesar kelima di dunia setelah Lipton, Twinings, Dilmah dan lain-lain.
Hal ini membuat Indonesia bersaing cukup kuat dengan India, Sri Lanka, dan Tiongkok sebagai negara penghasil teh. Selain itu, Tarama International juga berhasil berkembang dengan jenis produk lain seperti biskuit, minuman soda, dan dairy, meskipun menggunakan berbagai merek dan anak perusahaan yang berbeda.
"Jadi apa yang bisa membedakan produk ini dengan, katakanlah, produk Aroma yang sudah ada di pasaran?" Seorang karyawan pria berumur 40-an yang belum aku ketahui namanya mengajukan pertanyaan ketika floor discussion sudah dibuka.
Nah, kan! Bahkan tidak butuh waktu lama untuk brand Aroma disebut-sebut sebagai salah satu kompetitor.
"Image kita akan berbeda dari yang lain termasuk Aroma atau merek-merek teh lokal. Tapi mengenai masalah brand image itu akan kita bahas nanti," respon asisten Bu Nia.
"Honestly speaking," Bu Nia mengambil alih floor, "Aroma bukan teh premium atau artisan, walaupun mereka sudah dikenal dan bermain di pasar internasional. Nuansa akan menjadi single player di Indonesia, paling tidak untuk sekarang ini. We're talking about TWG here, but on the shelves in the supermarket, not in a boutique."
"Jadi sejenis teh premium tapi cukup terjangkau?"
"'Terjangkau' masih relatif ya. Tidak murah, tapi juga tidak mahal buat kelas menengah. Dan yang pasti widely accessible."
"Bagaimana caranya kita bisa menjaga branding yang premium dan eksklusif kalau produknya malah ada di mana-mana?"
Diskusi dan perdebatan pun terus berlanjut mengenai produk yang akan dirilis bulan depan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Runa
Chick-LitSeorang Runa Hariadi seharusnya menjalani hidup dengan begitu mudah dan serba mewah. Namun sesuai dengan sifatnya yang lembut tapi rebel, ia justru mengambil jalan hidup yang lebih sulit. Runa memilih untuk bekerja di sebuah perusahaan fast-moving c...