Lampu Kuning

7.3K 975 56
                                    

Holaaa, ketemu lagi! Belum weekend ya padahal. Berkat doa dari kalian ini 🤣

.

SATYA

Beberapa jam sebelumnya...

Sekitar pukul 11 pagi gue memutuskan untuk pergi ke kantor setelah menjaga Runa semalaman. Kebetulan nyokapnya juga sudah datang dan gue perlu melakukan banyak pekerjaan yang belum diselesaikan.

Tanpa perlu diperhatikan dengan seksama pun, setiap orang pasti bisa melihat kalau gue kurang istirahat. Di rumah sakit tadi gue sempat tidur selama dua jam di kamar tempat Runa dirawat. Alhasil badan gue udah kelihatan seperti zombie saat ini.

Yang paling nahas adalah ketika sorenya gue ketemu Papa dan Mama di lobi kantor yang sedang sepi.

"Mama ngapain di sini?"

"Mama sama Papa mau pergi dinner sama teman nanti malam. Mama sekalian jemput Papa."

"Oh..."

"Nak... Kok muka kamu kelihatan capek sekali? Kamu ada tidur nggak sih?" Mama terlihat sangat khawatir.

"Satya, kalau capek, kamu bisa tidur di ruangan Papa," tawar Papa. Kebetulan di ruangan beliau memang ada sofa panjang yang cukup empuk buat ditiduri.

Gue pun menggeleng. "Tanggung, Pa."

"Kamu kenapa? Perasaan biasanya nggak sekuyu ini. Lagi banyak banget kerjaannya, Nak?" Mama masih memandangi gue dengan kasihan, lalu melirik Papa, seakan-akan menyalahkan Papa karena memberikan load pekerjaan yang begitu berat.

"Nggak, Ma..."

"Jadi?"

"Runa masuk rumah sakit." Gue pun memilih untuk berterus terang. Toh, Mama sudah kenal dengan Runa.

Mama pun kaget. "Ya ampun, kenapa?"

"Serangan asma semalam. Satya yang bawa dia ke rumah sakit. Tapi sekarang udah membaik."

"Oh, syukurlah. Jadi kamu belum istirahat sampai sekarang?"

"Entar malam deh. Satya bisa tidur di rumah sakit."

"Tidur di rumah, jangan di rumah sakit. Gimana mau tidur yang pulas kalau gitu," kata Papa menyela dengan wajah datar. Namun Mama menyikut lengan Papa dengan cepat.

"Runa di rumah sakit mana? Mama boleh jenguk nggak?"

"Boleh. Satya mau balik ke sana sebentar lagi."

Lalu Mama kembali melirik Papa di sebelah. "Mas ikut kan?"

Namun Papa terlihat bingung. Ia berbisik ke Mama, "Runa siapa sih?"

Mama menjawab tanpa kata-kata dengan tatapan yang seakan mengatakan, ya menurut Mas aja siapa kira-kira?

Kemudian Papa pun menoleh ke arah gue. "Kamu kenal sama si Runa di mana? Papa belum pernah dengar soal dia. Mama juga belum pernah cerita." Papa melirik Mama sekilas dengan ekspresi senewen.

"Di kantor, Pa," jawab gue terus terang.

Papa terlihat kaget. "Maksudnya kantor kita?!"

Gue mengangguk. Berusaha terlihat tenang. Padahal mulai gugup.

"Dia di bagian Marketing Nuansa."

Papa pun menghela napas berat. "Papa bukannya ngelarang kamu dekat sama perempuan. Tapi kalau kamu sama bawahan sendiri, apa nggak jadi omongan orang di perusahaan ini? Kesannya nggak enak. Cari yang lain, ah."

Rahasia RunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang