15

889 130 4
                                    

Happy reading!!!

"Udah kenyang?" Tanya Jake ke Ella ada disebelahnya. Ella mengangguk kecil dan menatap lurus pantai didepannya. Mereka duduk di bagian depan mobil milik Jake, angin yang dingin menusuk tubuh mereka walau sudah terbaluti jaket yang mereka kenakan.

"Cakep banget, aku belum pernah ke pantai malem malem." Celetuk Ella tiba tiba membuat Jake langsung melirik gadis itu.

"Biasanya mama langsung ngomel kalo kita main di pantai sampai sore." Ucap Ella lirih, mengingat memori masa kecilnya yang begitu menyenangkan terlebih hadirnya sosok ibu senantiasa berada disampingnya.

Ella menundukkan kepalanya, menatap pasir yang dipijaknya, mungkin dirinya tidak akan mendengar Omelan itu lagi sekarang mengingat sang mama sudah pergi ke tempat yang tenang disana.

"Hey, kalo Sunghoon tau adiknya lagi di pantai pasti dia bakal berlaku sama kayak mama kamu. Dan mungkin aja saya yang bakal kena omelan, hehehe." Balas Jake dengan terkekeh sedikit menghibur Ella.

"Kak..." Panggil Ella, Jake menengok ke arahnya sambil tersenyum.

"Kenapa?" Tanya pria itu, senyumnya tidak luntur, Ella sedikit merasa iba terhadap gurunya itu.

"Kakak tau kan, kalau masalah berat itu lebih baik di ceritain, kalo di Pendem gak enak loh." Ucap Ella yang dapat membaca apa yang dialami pria itu lewat matanya.

"Hm? Masalah? Gak ad-"

"Kemarin kakak boleh ngomong 'gak apa-apa, gak ada masalah' tapi sekarang, kakak gak bisa bohong." Potong Ella menatap lekat kata Jake "Semua manusia gak kuat kak, dan kata 'gak apa apa' itu digunain saat kita sepenuhnya gak ada masalah, bukan digunain saat kita ada masalah." Lanjut gadis itu lalu menatap semesta yang sangat indah disekelilingnya.

"Manusia terkadang bodoh ya? Mereka ngomong gak apa-apa, seolah-olah masalah cuman hal sepele yang bakal berlalu begitu aja. Padahal masalah gak bakal berlalu tanpa penyelesaian."

"Aku tau, gak semua masalah itu harus di ceritain ke orang sekitar, tapi kalo misalnya itu bener bener bikin kakak putus asa, lebih baik kakak cerita, daripada berujung pada jalan keluar yang salah." Jake melirik Ella menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti.

"I mean, Bunuh diri. Banyak kan masalah kayak gitu sekarang? Dan salah satu penyebab bunuh diri adalah permasalahan yang tak kunjung selesai." Jelas Ella, gadis itu terlalu banyak menonton berita yang topik hangatnya adalah kematian yang dilakukan oleh diri sendiri alias bunuh diri.

"Salah satu faktor utamanya adalah karena kurangnya keterbukaan dengan keadaan sekitar. Aku gak mau orang-orang disekitar aku ngalamin hal itu. Aku mau selalu jadi pendengar curhatan mereka, walaupun mereka gak berlaku sama ke aku." Balas Ella sedikit tersenyum getir, mengingat masa masa sekolah dasar hingga menengah pertama yang sangat kelam.

Pernah gak sih, kalian selalu siap sedia dan selalu jadi pendengar terdepan ketika orang itu mempunyai masalah, namun saat kita terpuruk justru dia malah membiarkan dan berperilaku bahwa hal yang kita alami sangat lebay dan tidak perlu dipermasalahkan? Itu yang Ella alami saat-saat itu.

"Kayaknya kamu cocok jadi psikolog." Ucap Jake setelah mendengar 'curhatan' Ella. Ella mengangkat bahunya dan terkekeh.

"Itu yang aku dapet dari kakak Sunghoon, kak sunghoon ngajarin aku hal kayak gitu. Jadinya aku lumayan ngerti permasalahan kayak gini. Dan karena kak sunghoon juga aku berani speak up dan bangkit dari masa-masa terpuruk aku." Jake menatap gadis disampingnya, masih banyak kejutan bagi Jake tersendiri tentang diri Ella yang sebenarnya. Gadis yang ia kira tipe yang bodo amatan malah sangat peduli dan pengertian, gadis yang ia kira sangat keras kepala namun sangat lembut hatinya, gadis yang selalu menampilkan senyum cerianya ternyata mempunyai masa-masa terpuruknya.

Sungguh dunia sangat misterius, bahkan takdirnya terdengar konyol sekali. Pria yang mempunyai IQ di atas rata rata dan yang mempunyai 2 gelar sarjana sebelum menginjak umur 21 tahun itu, bahkan tidak bisa menjelaskan bagaimana kejutan ini terus menerus datang. Namun mungkin salah satu penyebabnya adalah objek yang ada di sampingnya sekarang. Gadis berponi dan berambut dibawah bahu itu, salah satu muridnya yang selalu mendapat nilai di bawah rata-rata pada mata pelajaran yang ia ajarkan.

"Aku kira kakak selama ini fine-fine aja." Celetuk Ella sambil menutup matanya, merasakan bagaimana angin malam yang dingin menerpa, menandakan bahwa kesepian sangat mendalam dapat dirasakan lewat hembusan angin itu, bau khas pantai dan juga deburan ombak yang sangat menenangkan dapat membuat gadis merasakan bahwa hatinya kembali tenang.

"Tapi setelah kepergian neneknya kakak, aku bisa ngeliat sisi lain kak Jake." Sambung gadis itu dengan mata tertutup.

"Sisi lain diri saya? Apa itu?" Tanya Jake melihat wajah tenang Ella dengan beberapa anak rambut yang berterbangan.

"Kakak punya topeng yang sangat bagus. Tapi kakak tau kan? Beberapa topeng itu gak bisa nutupin area mata. Kakak bisa sembunyi apa yang kakak alami dengan topeng itu, tapi enggak dengan mata kakak. Mata kakak selalu memancarkan keterbalikan dari mimik wajah kakak."

_________________________________________
Naon sih?
Aku ngetik apaan sih? Gak jelas gini
Aku bingung sama diri sendiri

[✓]Handsome Teacher || JakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang