44

637 116 5
                                    

Happy reading guys^^

"Aku bener-bener suka sama kamu, El."

Bruk

Ella manjatuhkan badannya ke ranjang kasur, menatap atap kamar yang berwarna putih.

"Gila! Ternyata dia beneran suka sama gue, gue kudu ottoke???" Rengek Ella dan menendang nendang kasurnya.

"Pak Jake suka sama gue dari kapan ya... Terus, kenapa dia bisa suka sama gue? Deket aja enggak, gue menarik juga enggak, lebih menarik si anak baru itu. Tapi hubungan pak Jake sama si anak baru itu apa ya? Kayaknya mereka deket banget." Monolog Ella, gadis itu menoleh ke arah ponselnya yang berada tepat disebelah kepalanya.

Drttt drtt

Ponselnya bergetar, Ella langsung mengangkat telefon tersebut tanpa melihat siapa yang menelfon.

"Halo?"

"Halo la!"

"Loh? Niki, kenapa Lo telfon gue?"

"Buka pager rumah Lo anjir! Gue dari tadi udah mencet bel kagak dibuka-buka!!" Alis Ella menekuk dan berjalan ke arah jendela kamarnya, ternyata ada Niki yang sedang berdiri di depan pagar rumahnya.

"Lo ngapain kesini?"

"Lo lupa? Tugas biologi, kerja kelompok. Jangan bilang Lo belum bikin gambarnya?" Ella mengulum bibirnya kedalam. Astaga, dia lupa mengerjakan tugas itu.

"I-iya belum." Balas Ella dengan terkekeh, gadis itu langsung turun ke bawah tanpa memutuskan sambungan telefonnya.

"Hadehhh..."

"Jangan ngambek apa, kayak cewek aja." Ucap Ella menatap Niki yang meliriknya sinis, "Ntar gue kerjain, santai aja ngapa!" Niki mematikan sambungan telefonnya dan menaruh ponselnya kedalam kantong celana.

"Untung dikumpulinnya lusa, kalau misalnya besok gue gak mau ngerjain." Ucap Niki sinis dan memasukkan motornya ke halaman rumah Ella.

"Iya iya, maaf elah, gue kan lupa." Balas Ella dan menutup pagar rumahnya.

"Lo udah beli kertas kartonnya?" Tanya Niki, Ella menggeleng sambil menyengir, Niki menghela nafasnya kasar, "Yang males sekarang jadi elo ya..."

"Elu sih males mulu, jadinya gue ketularan kan!" Balas Ella tidak mau disalahkan, Niki melemparkan totebag yang langsung Ella tangkap. Gadis itu mendesis dan langsung membuka totebag tersebut.

"Untungnya gue udah beli, sekalian persediaan kalo Lo ngamuk." Ucap Niki dan masuk ke rumah keluarga Park, Ella membuka totebag tersebut dan tersenyum simpul setelah melihat isinya.

"UWAAA JAJANAN!!! MAKASIH NIKI!!!" Ucap Ella girang dan berjalan melompat-lompat kedalam rumahnya, Niki yang mendengar suara Ella dari ruang tamu hanya tersenyum tipis.

"Gue bikin gambarnya dulu ya?" Tanya Ella yang masuk ke rumah dengan menggendong totebag di pelukannya.

"Gak ada niatan bikinin buat gue minum gitu?" Ella menggeleng dan duduk di lantai didekat kaki Niki yang duduk di sofa.

"Gak!" Balas Ella dan membuka totebag dan menaruh Snack dan beberapa perlengkapan di atas meja.

"Lo kalo mau minum ambil sendiri, bikin sendiri." Balas Ella dan membuka tas Niki yang berada disamping pemiliknya.

"Sabar gue jadi temen lo, La." Balas Niki membuat Ella terkekeh, "Lo gak pulang dulu tadi?" Tanya Ella yang baru menyadari Niki yang masih memakai seragam sekolah.

"Kagak, gue beli belanjaan dulu baru kesini." Jawab Niki dan membuka ponselnya, apa lagi jika tidak ingin bermain game, "Lo gak ganti baju?" Tanya Niki, Ella mengangguk menjawabnya "Baru sampe." Balas Ella, Niki menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Dari mana aja Lo baru nyampe rumah?"

"Gue jalan kaki, kak Sunghoon harus ke sekolahan lain." Balas Ella dan memulai mengerjakan tugasnya.

"Pak Sunghoon? Tadi gue liat pak Sunghoon sama pak Jake pergi buru-buru. Eh iya, kan gue suruh Lo naik bus tadi!" Ella menggeleng tidak tahu, "Gue ketinggalan bus. Lagian elu sih, make ada acara!" Ucap Ella sebal melirik Niki sinis, memang tadi pulang sekolah gadis itu harus berjalan kaki karena Niki tidak bisa mengantarnya karena ada urusan dan Sunghoon karena harus ke sekolah lain atau karena pergi dengan Jake, entahlah.

"Ya kan mendadak, bukan salah gue dong..." Balas Niki membalas tatapan sinis Ella, mereka beradu tatapan dan langsung berakhir saat intro game online dari hp Niki berbunyi.

"Lo tadi ada urusan apa? Kok mendadak begitu?" Niki tersenyum tipis dan menggeleng, "Gak ada apa apa sih, kakak gue nyuruh langsung pulang aja." Ella mengangguk mengerti dan tersenyum miring.

"Tadi katanya gak pulang, tapi kok sekarang bilang kakak Lo nyuruh pulang? Ada yang Lo sembunyiin ya?" Niki menggeleng cepat, sial dia tidak jago untuk berbohong.

"I-itu..."

"Santai aja kali Nik, gak usah tegang gitu, gue tau privasi kok." Potong Ella terkekeh pelan melihat raut panik Niki, Ella menghadap tugasnya kembali, kini dia benar-benar memulai mengerjakan tugasnya, sedangkan disisi lain Niki menghela nafasnya lega.































"Jadi... Gimana dok kondisi saya sekarang ini?" Dokter di depannya menghela nafas gusar dan menatap pasien pria muda di depannya dengan tatapan kasihan.

"Maaf nak, kondisi kamu... Tidak membaik untuk sekarang ini, saya sarankan agar kamu lebih lanjut melakukan perawatan diluar negeri." Dokter tersebut mengambil secarik kertas dari laci mejanya dan memberikannya kepada sang pasien yang duduk dihadapannya.

"Ini rincian perawatan di negara Singapura, kamu akan mendapat perawatan lebih intens disana, namun kamu harus mempunyai surat izin dari kedua orang tua kamu." Pasien didepannya membaca dengan seksama secarik kertas yang diberikan oleh sang dokter.

"Saya harap kamu dapat dirawat disana agar kamu dapat sembuh dengan cepat, Nak." Sang pasien muda itu mengangguk dan berdiri dari duduknya.

"Baik dok, saya permisi." Setelah mengatakan itu sang pasien langsung keluar ruangan yang langsung disambut oleh sang sahabatnya.

"Gimana kata dokternya?" Yang ditanya langsung menggeleng lesu.

"Gak membaik." Sang sahabat langsung mengelus bahu pria yang keluar dari ruangan dokter itu, berusaha menyalurkan kekuatan semangat kepada pria itu.

"Gue harus keluar negeri buat pengobatan lebih intens disana." Pria itu menatap sahabatnya dengan tatapan sedih, "Gue harus gimana?"

"Yang sabar, gue tau Lo pasti kuat."

"Tapi nanti-"

"Ella pasti bakal ngertiin Lo kok, percaya sama gue."

[✓]Handsome Teacher || JakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang