54

607 105 16
                                    

Happy reading guys^^

Niki hari ini datang lebih awal, pria itu berjalan menuju kelas 11 MIPA 3, seperti dugaannya, gadis itu memang benar sudah ada disana.

Niki mengeluarkan sebotol yogurt yang sengaja ia beli untuk gadis itu, Niki melangkahkan kakinya menuju gadis yang duduk dimeja paling belakang sendirian.

"Hei!!" Sapa Niki dan menaruh botol yogurt di atas meja gadis itu, gadis itu hanya menoleh dan menaikkan sebelah alisnya satu.

"Ini, sebagai ucapan makasih gue karena udah ngebantuin nangkep si pelaku." Ucap Niki dengan senyum tipis, gadis itu hanya menggeleng kecil dan menyodorkan botol yogurt itu kepada Niki.

"Gue gak ngebantuin Lo." Ucap gadis itu datar.

"Tapi Lo ngasih tau ciri-ciri pelakunya." Balas Niki, gadis itu hanya menaikkan kedua bahunya acuh.

"Btw... Kenapa Lo bisa tau kalo Ella itu bakal kecelakaan? Lo cenayang ya?" Gadis itu mengangguk cepat membuat Niki menutup mulutnya tidak percaya.

"Serius Lo?! Anjay keren!!" Gadis itu hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Niki.

"Eummm Lo... Bisa tau gak Ella kapan sadar? Dia bakal baik-baik aja kan? Dia bakal sadarkan? Gue, gue khawatir sama dia." Ucap Niki lirih, gadis itu hanya menghela nafasnya pelan,

"Kalau soal itu... Gue gak tau." Jawab gadis itu singkat, Niki menganggukkan kepalanya lesu.

"Tapi... Lo..." Niki menggantung kalimatnya, "Lo tau gak? Kapan gue punya pacar? Gue bosen nih gak punya gandengan, korban friendzone gue." Gadis itu memutar bola matanya malas.

"Gue lebih gak tau tentang itu!" Balas gadis itu kesal, Niki mendelik kesal dan bangkit dari duduknya.

"Btw, gue gak tau nama Lo. Nama Lo siapa? Gue Niki dari kelas 11 MIPA 5." Niki mengulurkan tangannya, gadis itu hanya memerhatikan lengan Niki dan mendongakkan kepalanya.

"Garis tangan Lo bagus, Lo punya masa depan yang bagus." Niki langsung menarik tangannya dan menatap garis tangannya bingung.

"Beneran? Wahhh keren banget dong, makasih ya ramalannya... Yoona." Sulit untuk melihat namanya karena tertutupi oleh rambut gadis itu yang tergerai, gadis itu melihat ke arah dadanya yang terdapat nametag miliknya yang terpasang rapih disana.

"Tapi kayaknya Lo harus dipanggil mbak peramal deh!!" Ucap Niki sedikit girang, Yoona mendesis dan melirik sekitaran kelasnya yang masih sepi.

"Lo jangan bilang ke yang lain kalo gue ini cenayang." Ucap Yoona, Niki menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Loh? Kenapa?"

"Ntar semuanya kayak elo, minta diramal, nyusahin tau gak!" Niki mencibir dan menoyor kepala Yoona kebelakang pelan.

"Punya bakat tuh jangan dipendam, gue gak bakal bilang siapa-siapa asalkan Lo... Harus kasih tau masa depan gue kayak gimana!!" Kini giliran Yoona yang mencibir pelan, "Udah ah, gue mau ke kelas dulu, bye bye mbak peramal!!" Niki pergi berlari keluar kelas, Yoona hanya menggeleng kecil dan menghela nafasnya gusar.

"Temen Lo... Dia harus milih keputusan yang tepat dialam sana."



















---

"Baik, sekian saja pembelajaran ini. Bapak harap kalian mengerti dengan materi yang tadi disampaikan. Silahkan kalian bersiap untuk pelajaran selanjutnya. Terima kasih..." Jake menutup buku paket miliknya dan menenteng beberapa buku menuju kelas selanjutnya.

"Selamat siang anak-anak!!" Sapa pemuda itu ketika memasuki kelas, membuat semua murid panik dan kembali ke bangkunya masing-masing.

"Siang pak!!" Balas kelas serempak, Jake mendudukkan dirinya di bangku guru dan membuka buku absen.

"Baik, bapak absen dulu ya... Ayden!!"

"Hadir pak!!" Ayden mengangkat tangan kanannya membalas.

"Oke, Dahyun?"

"Hadir pak!!" Dahyun mengangkat tangannya.

"JJ?"

"HADIR BAPAK?!!" Sahut JJ dengan suara keras yang dibalas dengan sorakan anak kelas.

"Berisik banget Lo, JJ!" Niki menendang kursi bawah JJ dari belakang, JJ hanya mendelik malas dan memajukan kursinya agar tidak bisa ditendang lagi oleh Niki.

"Udah udah, jangan ribut!!" Ucap Jake menengahi.

"Park Ella?" Tidak ada sahutan, sekelas pun terdiam dan memandangi kursi kosong disebelah Niki. Jake menghela nafasnya dan menulis huruf s di sebelah nama Ella.

"Bapak lanjutkan ya... Niki?"

"Hadir pak." Balas Niki lemas mengangkat kedua tangannya.

"Pak? Ella gimana kabarnya?" Tanya Zoa membuat Jake berhenti mengabsen kelas.

"Ella, masih belum sadar." Ucap Jake lirih, "Tapi Ella pasti bakal sadar kok, kamu tenang aja dia pasti bakal balik kok." Ucap Jake mencoba menenangkan teman-teman Ella, Jake juga khawatir tapi ia tutupi dengan senyumannya sekarang.




















Jake melangkahkan kakinya keluar dari kelas Ella, sebenernya ia juga tidak sanggup jika harus mengajar sekarang, terlebih lagi dikelas Ella, bangku yang biasanya diduduki itu sekarang kosong, pemiliknya sekarang sedang berbaring di rumah sakit.

Drttt drrtt

"Halo mah? Mama hari ini masih ngejagain Ella?" Tanya Jake mengingat mamanya kemarin malam datang dan berniat merawat Ella.

"Halo Jake? Kamu dimana? Kondisi Ella kritis, dia harus dioperasi sekarang."



















Jake berlari terburu-buru dikoridor, hingga beberapa kali juga ia menabrak orang-orang disana. Saat tiba didepan ruang operasi, Sunghoon, Nyonya Shim dan Jay pun ada, mereka langsung menoleh ke arah Jake yang datang dengan mata yang berair, Jake langsung menghampiri mamanya yang terduduk.

"Mah?"

"Ella, tadi kondisinya baik-baik aja, tapi tiba-tiba Ella kritis dan dokter langsung nyaranin supaya Ella di operasi karena ada luka fatal yang belum sembuh dan itu yang bikin Ella gak sadar selama ini." Jelas nyonya shim dengan tersedu-sedu, Jake langsung terduduk dilantai, tangisannya kembali keluar, entah sudah berapa kali pria itu menangis hanya karena gadis itu.

Sunghoon duduk disebelah Jake dan menepuk bahu pria bermarga shim itu pelan, keadaan Sunghoon pun sama, air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya, Jay yang melihat itu langsung menghampiri kedua sahabatnya dan menyalurkan kata-kata semangat untuk mereka.

"Ella kuat, gue pastiin itu. Ella pasti sembuh!" Mereka saling merapalkan doa kepada Tuhan agar operasi itu dapat berjalan lancar dan Ella bisa kembali pulih seperti sedia kala.

"Permisi, siapa disini yang merupakan keluarga pasien Ella?" Seorang Dokter keluar dari ruangan Operasi membuat mereka langsung buru-buru mendekati dokter itu.

"Saya, dok!" Ucap Sunghoon cepat.

"Kondisi pasien semakin kritis, rumah sakit kehabisan stok darah golongan yang sama seperti pasien. Jika ditangani dengan lambat, bisa dipastikan pasien Ella tidak bisa terselamatkan."

[✓]Handsome Teacher || JakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang