Can I? 8. Si Jourdy Rese

155 72 20
                                    

Budayakan membaca sampai selesai.

.

By. Kanti

-----Happy Reading-----

.

Musim di pribumi sedang sulit ditebak. Entah kapan musim hujan akan digantikan oleh musim kemarau yang pasti jangan ditunggu tapi dinikmati saja ya gaes ya? Mungkin bagi sebagian orang yang gemar menunggu, itu tidak akan menjadi sebuah masalah namun sebaliknya, bagi orang yang tidak gemar menunggu itu akan menjadi sebuah masalah dan akan peduli dan terus bertanya ''kapan?'' Yang pasti di Indonesia hampir setiap detik nya dihabiskan oleh musim panas.

True?

Tidak seperti biasa nya. Irwan melihat ada perbedaan di raut wajah Reno. ''Kamu kenapa?'' yang tadinya Irwan lagi tertawa gara-gara jokes bapak-bapak di facebook tiba-tiba diam gara-gara wajah murung Reno. Laki-laki itu jalan tidak diikuti semangat setelah turun dari motornya.

Duduk di kursi sebelah Irwan, Reno menatap lurus ke depan. Badan nya ia sandarkan ke belakang. ''Gina tadi nggak masuk sekolah. Sakit.'' Jawab Reno.

''Sakit apa?'' tanya Irwan.

''Kata nya sih Cuma kecapean aja pa.'' jawab Reno.

''Terus kamu udah beliin dia buah-buahan kan?'' Tanya Irwan memastikan.

''Udah Pa.''

''Beliin dia obat juga?''

''Gina udah cek ke dokter sama Mba Titin. Di kasih obat juga kok.''

Irwan menghela panjang. ''Kasihan Gina. Di saat sakit Cuma ada Mba Titin di rumahnya yang nemenin dan ngurus Gina.'' Ucapnya prihatin.

''Iya Pa. Reno juga kasihan sama Gina. Reno jadi kepikiran kalau someday Reno tiba-tiba ada urusan yang membuat Reno harus ninggalin Gina. Kira-kira Gina bakal sedih nggak ya? Apa Gina bakal makin kesepian? Hhh, seandainya manusia tau apa takdirnya pasti Reno bisa atur takdir Reno sendiri supaya selamanya Reno bisa nemenin Gina dan nggak akan ngebiarin Gina sakit.'' Dan seandainya manusia punya kantung doraemon yang bisa membantu hidupnya.

Irwan sedikit tertawa. ''Anak bapak segitu peduli nya sama Gina sampai galau kayak gini. Jalanin aja dulu yang terjadi sekarang. Lakukan yang terbaik. Jaga Gina seperti bapak jagain kamu dan seperti orang tua Gina jagain Gina.''

''Iya pa. Reno peduli banget sama Gina. Reno nggak akan ngebiarin Gina sedih apalagi sakit.'' Dan selamanya Reno akan seperti itu. 

''Sudah seharusnya kamu seperti itu.''

***

''Shan, lo beneran nggak ikut nih? Kita makan-makan loh.'' Jourdy sedang pamer kepada Shani sebelum berangkat ke rumah Reno. Berdiri sambil menaikan kaki nya di atas kursi yang diam di sebelah Shani.

Ganggu aja. Shani yang sedang fokus main game online jadi tidak fokus. ''Gua udah berapa kali bilang sama lo kalau gua nggak mau ikut.'' Tolak Shani untuk yang ke sekian kalinya.

''Yakin?''

''Yakin!'' ketus Shani menjawab.

''Kenapa?'' Jourdy ingin tau.

''Ya gua malas aja.'' jawab Shani masih fokus dengan game online-nya.

''Bukan karena lo malu ketemu sama Reno?'' tebaknya.

''Ngapain juga gua malu?'' sewot Shani.

''Gua pikir lo suka sama Reno.'' Ujarnya begitu.

Shani langsung berhenti bermain. Menatap Jourdy yang entah sedang meledeknya atau sedang serius. ''Gua nggak suka sama Reno. Yang benar aja lo? Cowok kayak dia bukan tipe gua kali. Tipe gua tuh yang kayak Arthur anak kelas sebelah yang merupakan ketua tim basket. Udah keren, ganteng, baby face, pokoknya dia paket lengkap. Reno aja kalah!'' Sesekali lah, Shani curhat sama Jourdy. 

''HAHAHA!'' tidak ada suara gemuruh tidak ada suara kucing berantem tidak ada suara kunti yang tertawa melengking. Tiba-tiba saja tawa Jourdy pecah. Shani heran sambil berpikir, ada apa dengan Jourdy? Aneh banget.

Mungkin dia kerasukan arwah leluhur.

''Sumpah ya Shan, lo mirip banget sama Reno. Cara lo bicara, cara lo jawab pertanyaan mirip sama yang Reno ucapin ke gua! Hahaha! Gua jadi mikir apa jangan-jangan kalian itu memang berjodoh hahaha!''

''Gila. Ngaco lo!''

''Hahaha! Sumpah gua nggak bohong. Kalau waktu itu gua rekam ucapan Reno gua bakal kasih tau ke lo. Ahh, tapi sayang gua nggak punya rekaman suaranya sih.'' Agak nyesal juga.

Shani mendesis kesal. Apa-apaan? Masa di samain sama Reno? Mau nya kan, sama Arthur yang ganteng. Nggak like deh.

Kedatangan Jordan bersamaan dengan tawa Jourdy yang berhenti. Pria itu tidak kalah tampan nya dengan Jourdy. Penampilan nya bagaikan rich daddy. Ibarat kalau disamain sama artis Korea mirip lah sama Song Joong Ki.

''Shani, ikut papa sama Jourdy makan di rumah Reno yuk?'' Ternyata kehadiran Jordan bukan Cuma karena akan berangkat ke rumah Reno tapi juga mengajak Shani untuk ikut. Terlihat tidak adil kalau Cuma Jourdy yang ikut.

''Nggak pa. Shani sibuk.'' Shani menolak ajakannya seperti menolak ajakan Jourdy.

''Sibuk ngapain?'' tanya Jordan pasalnya ia tidak melihat kesibukan yang dilakukan oleh Shani kecuali main game online yang tidak pernah di lewatkan.

''Tugas pa.'' jawab Shani. ''Sama game online hehe..'' lanjut Shani mendapat gelengan kepala dari Jordan.

''Ayo Shani ikut makan malam di rumah Reno. Kita nggak pernah loh makan bareng sama keluarganya. Nanti kamu di sana juga bisa ngerjain tugas bareng sama Reno sama Jourdy juga.'' Ujar Jordan dengan harapan. Karena memang benar fakta nya. Bahkan berkunjung ke rumah Reno pun, Jordan belum pernah. Kalau Jourdy jangan di tanya. Dia sudah seperti kurir paket yang hampir setiap minggu berkunjung ke rumah Reno.

''Nggak ah, Pa.'' tolak Shani lagi. Dalam hati Shani jengkel sih, di ajak ke rumah Reno.

Jordan tersenyum kecil menatap Shani. ''Shani nanti kalau kamu di rumah-''

''Ada mba kunti loh Shan. Bukan nya lo takut ya, sama mba kunti? Muka nya yang pucat di tambah dengan rambut panjangnya yang sama kayak lo. Senyuman dan tatapannya yang membuat jantung berdebar-debar.'' dengan nada bicara dan ekspresi wajahnya yang sempurna dan menggambarkan kalimat tersebut, Jourdy mencoba meledek Shani lagi. 

''JOURDY! RESE LO!!!''

Tawa Jourdy pecah. Puas banget rasanya. 

.

.

.

- Can I? -

#next9

Hai guys!

Gimana nih, sama Can I? chapter 8?

Ini adalah second story author, so kalian JANGAN LUPA untuk VOTE, KOMEN dan DUKUNG ya?

Kalau ADA TYPO langsung KOMEN aja ya?

Thank you, see you!!!

Can I? ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang