Can I? 11. I am Wrong?

125 55 12
                                    

Budayakan membaca sampai selesai.

.

By Kanti

-----Happy Reading-----

.

Motor Reno berhenti di depan rumah Gina. Tanpa menunggu ikan asin jadi manis, setelah helm di lepas dari kepala, Reno turun dari motor dan langsung melangkah untuk memencet bel rumah Gina. Namun ketika Reno hendak memencet bel rumah Gina, seseorang memanggilnya dari belakang.

Reno menoleh ke belakang mendapati Gina yang mendekatinya sambil tersenyum kecil. ''Reno? Lo ngapain di sini?'' tanya Gina menatap Reno yang menatapnya kebingungan.

''Lo kenapa nggak masuk sekolah?'' Gina terdiam. Seketika senyuman di bibirnya pudar. ''Lo masih sakit?'' Gina diam lagi. ''Gin, lo nggak bolos kan?'' Reno berharap tidak. ''Gina jawab gua, lo nggak bolos, kan?'' sekali lagi Reno bertanya.

Gina diam sebentar sebelum menjawab. Sulit untuk mengatakan yang sebenarnya. Gina juga tidak berhak marah jika Reno bertanya seperti itu. Pasal nya Gina masih memakai seragam sekolah.

''Gua..'' berat rasanya Gina harus berbohong. ''..gua bolos.''

Langsung Reno merasa kecewa dengan jawaban Gina. ''Kenapa lo bolos?''

''Lo nggak berhak tau.'' Kata Gina.

''Kenapa gua nggak berhak tau?''

''Karena lo emang nggak berhak tau. Ren, nggak semua hal tentang gua harus lo tau termasuk masalah gua. Gua mau bolos kek, gua mau kabur kek, lo nggak ada hak buat larang gua. Lo Cuma sahabat gua nggak lebih. Bahkan Mba Titin yang udah gua anggap sebagai keluarga gua sendiri pun nggak semuanya tau tentang gua. Jadi tolong jangan jadiin gua beban di hidup lo. Jangan terlalu peduli sama gua karena lo nggak tau ke depannya akan seperti apa Reno.'' ada rasa takut ketika Gina mengatakan kalimat yang panjang ini. Gina takut Reno akan sungguh menjauh darinya.

''Lebih baik sekarang lo pulang karena gua lagi pengin sendiri.'' Lanjutnya lalu melangkah membiarkan Reno yang diam menatap kaget Gina yang bersikap tak seperti biasanya.

Tidak tau dari mana sikap Gina yang ini berasal. Reno tidak menyukainya. Lo sebenarnya kenapa sih, Gina? Kenapa lo nggak mau kasih tau gua?

Pintu yang tertutup rapat juga secara tidak langsung mengusir Reno untuk cepat enyah dari sini. Pasrah. Reno memilih untuk pulang dan memilih untuk berpikir di rumah dengan kondisi ini.

Di dalam kamarnya Gina duduk di belakang pintu sambil meneteskan air matanya. Sakit rasanya harus mengatakan kalimat yang membuat Reno kecewa dengan nya. Gina benar-benar terpaksa mengatakan itu. Gina tidak mau Reno tau tentang penyakitnya.

''Maafin gua Reno hiks..maafin gua..''

***

Taburan bedak di tap-tap di wajah cantik Gina. Ia juga tidak lupa memakai tabir surya untuk melindungi kulitnya. Gina meyakinkan dirinya hari ini kalau dia baik-baik saja. Tidak perlu ada yang ditakutkan.

''Mba Gina.'' Mba Titin memanggil menghentikan kedua kaki Gina melangkah.

''Ada apa mba?''

''Anu itu semalam Mas Reno telpon Mba Titin. Kata Mas Reno, Mba Gina nggak angkat telponnya padahal hape Mba Gina aktif. Benar mba?'' awalnya Mba Titin tidak mau bertanya karena Mba Titin tidak berhak tau masalah mereka. Tapi gimana ya, rasa penasaran Mba Titin lebih tinggi dari pada tinggi badannya.

Gina diam sebentar lalu tersenyum kecil. ''Hape Gina lagi di charge terus juga di silent jadi Gina nggak tau. Semalam Gina juga tidur cepat jadi nggak sempat main hape.'' Alasan Gina. Pada kenyataannya Gina memang sengaja tidak menjawab panggilan dari Reno.

Mba Titin mengangguk percaya. ''Ooo gitu ta. Kirain Mba Titin, Mba Gina sama Mas Reno lagi ada masalah. Mba, jangan berantem sama Mas Reno ya? Mas Reno baik loh anaknya, kalau Mba Gina berantem sama Mas Reno takutnya Mas Reno malah jadi menjauh terus hubungan Mba Gina sama Mas Reno jadi renggang.''

''Apaan sih, Mba? Nggak lah, Gina nggak ada tuh berantem-berantem sama Reno.'' Sahut Gina. ''Udah ah, Gina berangkat ya?'' kata Gina lalu meninggalkan Mba Titin di ruang tamu dengan sebatang sapu ijuk yang dipegang di tangan kanan nya.

''Iya mba, hati-hati!''

***

Tidak ada yang berubah dari suasana sekolah di pagi hari. Gina pikir dengan ketidakhadirannya selama dua hari akan terjadi perubahan suasana pagi di sekolah. Mungkin seperti pohon jambu di taman sebelah yang tiba-tiba berbuah atau bunga-bunga di taman yang tiba-tiba layu.

Sorot mata Gina tertuju pada seseorang yang sedang berdiri di depan madding sekolah. Orang itu sedang memotret sesuatu di madding. Gina menghampirinya memanggil gadis yang ia kenal.

''Shani.'' Gadis itu menoleh kearah Gina dengan sedikit senyuman. ''Lo ngapain di sini?'' tanya Gina. Seperti ada sesuatu yang mendorong Gina untuk menyapa Shani. Padahal bisa aja Gina terus jalan tanpa menyapa gadis itu. 

''Gua mau foto pengumunan di madding tentang acara ulang tahun sekolah bulan depan.'' Jawab Shani diberi anggukan dari Gina. ''Gua dengar dari Jourdy katanya lo nggak masuk dua hari. Jourdy juga bilang katanya lo bolos di hari kedua. Jourdy tau dari Reno. Gua pikir cewek kayak lo nggak berani bolos. Bahkan sampai bikin Reno galau dan nggak fokus di sekolah.'' Ocehnya penasaran. Kalau pun Gina tidak menjawab tidak masalah karena Shani juga tidak terlalu peduli.

Wait. Baru saja Shani mention Reno.

Melihat ekspresi Gina yang berubah seketika membuat Shani sedikit terkekeh. ''Sayang Gin, kenapa nggak sekalian bolos seminggu biar di skors? Tanggung banget.'' Ledeknya. Gina diam hanya menahan malu tapi tidak bisa menjawab sepatah kata.

Shani mengubah posisi berdirinya masih menatap Gina yang masih diam. ''Lo ada masalah apa sampai lo berani bolos?'' tanya Shani karena penasaran.

''Lo nggak berhak tau.''

''Wait. Gua nggak berhak tau?'' Shani menunjuk dirinya sendiri. ''Iya sih, tapi teringat kata Jourdy gua jadi kepikiran sama Reno. Dia pasti kecewa banget sama lo.''

Shani mention nama Reno di depan Gina. Cuma mention saja sudah membuat Gina cemburu. 

Bagaimana ini? Apa Gina harus sedih? Marah? Merasa cemburu? Atau Gina harus tertawa mendengarnya? 

Tidak ada yang bisa Gina ucapkan untuk membalas ucapan Shani yang sedikit membuatnya kesal. Dilema merasuki jiwanya.

Kaki Shani melangkah dan berhenti di sebelah Gina tepat. ''Gua tau penyakit lo.'' Lirih Shani tanpa menoleh kearah Gina. Dan melanjutkan lagi langkahnya yang tertunda.

Gina menolehkan wajahnya kepada Shani shock.

Bagaimana bisa?

.

.

.

- Can I? -

#next12

Hai guys!

Gimana nih, sama Can I? chapter 11 ?

Ini adalah second story author, so kalian JANGAN LUPA untuk VOTE, KOMEN dan DUKUNG ya?

Kalau ADA TYPO langsung KOMEN aja ya?

Thank you, see you!!!

Can I? ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang