Can I? 36. Takdir Anak Malang

68 28 12
                                    

Budayakan membaca sampai selesai.

.

By. Kanti

-----Happy Reading-----

.

Lari menyesuaikan langkah para suster dan dokter Ayu mendorong brankar membawa Isna ke ruang IGD. Hingga langkahnya berhenti karena Ayu harus menunggu di luar. Perasaan tidak enak Ayu rasakan hingga membuat pikirannya tidak tenang.

Apa yang baru saja ia lakukan? Apa Isna seperti itu karenanya? Ini beban banget buat Ayu.

Ayu tidak berhenti meneteskan air matanya. Tidak bisa. Sangat sulit. Bahkan mencoba memaksa dirinya untuk tenang tetap tidak bisa. Sampai beberapa menit kemudian dokter keluar membawa raut wajah yang makin membuat Ayu tidak tenang.

''Saya minta maaf karena saya tidak bisa menyelamatkan ibu kamu.''

Langsung, saat itu juga jantung Ayu rasanya mau copot dari tempatnya. Pintu terbuka, Ayu masuk melihat Isna yang memejamkan kedua matanya dengan bibir pucat. Detik itu juga tangis Ayu pecah. Ia tidak bisa menerima apa yang ia lihat saat ini juga.

Ini salahnya.

Ini salahnya.

''Ibu! Ibu kenapa tinggalin Ayu bu?!'' dengan tangisnya yang pecah Ayu mana mungkin bisa menerima semua ini.

''Ibu bangun bu! Ayu minta maaf bu!''

Teriakan dengan tangisan Ayu tidak bisa dicegah oleh dokter. Biarkan Ayu seperti itu menangis melihat kepergian Isna untuk selamanya.

***

Pakaian serba hitam Ayu kenakan. Beberapa menit setelah Ayu menangis atas kepergian Isna di pemakaman, Ayu pulang ke rumahnya. Hening dan sepi tanpa dan hanya ada suara jarum jam. Di dapur Ayu mencari sesuatu untuk di bawanya ke kamar. Ayu memasangnya seperti yang ia lihat di film-film. Hingga jadi.

Ayu menaruh kursi di bawah tali yang sudah diikat seperti tali laso. Tidak ada harapan untuk Ayu hidup lagi. Orang yang dia sayang sudah pergi jadi Ayu harus menyusul Isna sampai ia bertemu kembali. Namun sesuatu bergetar di atas meja. Ayu mengambil ponsel melihat Shani mengirim pesan padanya.

Lo dimana? Kenapa nggak masuk?

Langsung Ayu membalasnya bukan dengan tulisan. Melainkan Ayu memotret tali laso yang sudah ia buat lalu di kirim ke Shani.

Sontak kedua mata Shani membulat tidak percaya dengan foto yang Ayu kirim padanya. Gila. Ayu, lo kalau mau main tali boleh tapi jangan kelewatan!

Shani menelpon Ayu dan tak lama Ayu mengangkatnya.

''Ayu jawab gua jujur, itu tali bukan buat lo bunuh diri kan?'' khawatirnya yang Shani pikirkan benar. Mana mungkin tali yang dibuat Ayu Cuma sekadar buat mainan aja. Nggak lucu.

Isak tangis Ayu terdengar di dalam telpon. ''Gua udah nggak ada harapan hidup lagi Shan. Ibu udah meninggal gara-gara gua dan gua udah nggak punya siapa-siapa lagi di rumah. Gua udah pasrah sama kehidupan gua. Gua lebih baik mati dari pada gua hidup sengsara.'' kepasrahan Ayu terdengar jelas dari cara dia bicara.

Kepala Shani gelengkan tidak berharap kalau Ayu akan melakukannya. ''Engga Yu, tolong lo pakai otak lo! Jangan karena ibu lo udah nggak ada terus nggak ada orang lain yang sayang sama lo! Ada gua Yu, gua teman lo. Gua sayang dan peduli sama lo. Tolong jangan lakukan itu Yu, gua mohon, please!''

''Makasih udah sayang dan peduli sama gua. Tapi sayang Shan, meskipun lo sayang dan peduli sama gua tapi lo nggak ngerasain yang gua rasain Shan. Sakit. Gua menderita. Hidup gua udah ancur dan nggak bisa dibalikin ke semula lagi. Maaf Shan, kalau gua pernah ada salah sama lo. Gua pamit ya?''

Can I? ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang