Can I? 39. Bye Pak Johan!

71 30 10
                                    

Budayakan membaca sampai selesai.

.

By. Kanti

-----Happy Reading-----

.

Masih sampai sekarang perasaan Shani dibuat kagum oleh Reno. Bukan. Ini bukan sekedar baper. Pasti bukan. Itu yang Shani takutkan. Apalagi mengingat Gina sangat menyukai Reno apa pantas tiba-tiba Shani merebutnya dari Gina? Dia bukan pelakor. Ya meskipun Reno dan Gina tidak pacaran tetap saja Shani pasti akan menganggap dirinya sebagai pelakor.

Helaian napas Shani terdengar pasrah. Kepala nya ditidurkan di atas kedua tangan yang ditekuk di atas meja.

***

''Yakin kalau Bu Ita dan kepala sekolah bakal percaya sama ucapan lo?'' bahkan Jourdy pun ragu.

Dari mejanya Fino menyahuti, ''Ren, gua tau lo nggak sabar lihat Pak Johan di penjara tapi kita kan, nggak ada bukti buat laporin Pak Johan ke penjara.'' bahkan dia pun sama seperti Jourdy yang ragu.

Reno menghela di depan segelas es teh nya. ''Seenggaknya Bu Ita dan kepala sekolah tau. Ini udah lama loh, udah berhari-hari. Jadi mau sampai kapan kita diam tanpa bergerak? Jourdy, Fino dan lo Amel. Kalau Bu Ita dan kepala sekolah tau masalah ini gua yakin pasti mereka bantu kita. Mereka nggak akan diam ngebiarin kita yang ribet ngurusin Pak Johan.'' Menurut pendapat Reno begitu. Mana ada sih, guru yang tidak peduli dengan muridnya sendiri? Kalau ada itu bukan guru namanya.

''Kalau Pak Johan ancam kita gimana?" itu yang Amel pikirkan. Ngeri banget. Dia khawatir hidupnya tidak tenang. Cukup Amel dibuat tidak tenang oleh uang bulanan yang belum ditransfer dari orang tuanya.

''Kalau lo takut, lo bisa berlindung sama gua Mel. Meskipun kita ribut terus tapi gua peduli sama lo karena kita ini teman.'' Ucapan Reno cukup membuat Amel terharu dan sedikit tenang meskipun masih banyak stok rasa khawatir.

***

Hari ini langit mendung di temani oleh gerimis yang baru membasahi kota ini. Udara berubah jadi dingin ditambah pendingin ruangan yang menyala membuat ruangan ini makin sejuk.

Ya, Reno dan teman-temannya sudah duduk berhadapan dengan kepala sekolah dan Bu Ita yang duduk di sofa yang berbeda. Mereka sudah menceritakan semuanya yang mereka tau kepada beliau bahkan beliau pun sampai kaget dan tidak percaya.

Dan sekarang, Pak Johan pun turut hadir duduk bersebelahan dengan Bu Ita. Mereka semua berhasil membuat Pak Johan hadir di dalam ruangan ini menjadi seorang terdakwa.

''Benar yang mereka katakan?'' tegas Pak Edo memandang Pak Johan serius.

Diam menatap benci anak-anak itu terutama Reno. Pasti ini ide Reno. Johan tidak bisa dibeginikan. Di permalukan di depan kepala sekolah dan guru BK. Harga diri auto turun.

''Pak Johan, jawab saya. Apa benar yang mereka katakan kalau Pak Johan melakukan pelecehan seksual terhadap murid Anda sendiri?'' ulang Pak Edo makin tegas karena belum dijawab oleh Johan.

''Maaf sebelumnya Pak. Mereka tidak punya bukti kalau saya melakukan pelecehan seksual. Jadi saya rasa saya tidak perlu mengakuinya.'' Ucap Pak Johan menolak semua tuduhan itu.

Itu fakta bukan tuduhan.

Di sebelah Jourdy, Reno menyahuti karena geregetan. ''Pak Johan, kita memang tidak punya bukti tapi semua yang Pak Johan lakukan itu sudah kita ketahui. Pak Johan sudah ke-gap melakukan pelecehan seksual kepada Ayu dan bahkan Ayu meninggal bunuh diri karena Pak Johan yang mendesak dia untuk melakukan hal senonoh yang sangat tidak pantas dilakukan. Bahkan Pak Johan sudah menghamili seorang wanita kemudian ditinggalkan begitu saja. Apa perlu saya panggil Kak Maya ke sini untuk jadi saksi atas kelakuan Pak Johan? Apa perlu saya gali lagi kuburan Ayu menyuruhnya bangkit untuk menjadi saksi di sini?''

Mantap Reno! Balasan mu membuat Johan diam tidak bisa berkutik. Dia kalah debat denganmu Reno. Hebat. Kalau kata Jarjit, marvelous marvelous.

Johan termenung sambil memicingkan matanya kepada Reno. Dasar anak kurang ajar. Johan tidak tau di mana Reno lahir dan siapa ibunya. Sungguh anak itu selalu berhasil membuat emosi Johan naik bahkan sampai terbang tinggi.

''Pak Johan kenapa diam? Pak Johan takut?'' Amel menambahkan ketinggian emosi Jihan. Mungkin pikirnya benar, kalau Johan takut.

''Pak Johan, saya harap Pak Johan mengakui perbuatan Pak Johan di sini secara baik-baik.'' Kata Bu Ita memberi usulan. Jika satu sekolah tau maka itu akan membuat harga diri Johan jatuhnya luar biasa. Dari seratus bisa sampai nol. Ya meskipun pada ujungnya satu sekolah akan tau.

Sial.

Sial.

Sial.

Itu yang Johan dapatkan.

Johan membuang kasar napasnya lalu menatap Reno benci. ''Ya, saya mengaku kalau saya melakukan pelecehan seksual dan korbannya adalah murid saya sendiri yaitu Ayu. Dan korban saya yang lain adalah pacar saya yang sekarang hamil.''

Puas semua?

Kemudian menatap Bu Ita dan Pak Edo gentian. ''Pak Edo, Bu Ita. Sudah cukup pengakuan dari saya?'' tanyanya karena melihat ekspresi Bu Ita dan Pak Edo, mereka begitu syok dan Johan yakin pasti mereka akan menanyakan pertanyaan lagi yang mengharuskan dia menjawabnya.

''Pak Johan tau kalau itu perbuatan salah?''

Johan menjawab pertanyaan Pak Edo. ''Saya tau pak. Maka dari itu saya siap untuk dikeluarkan dari sekolah ini.''

''Bukan Cuma di keluarkan.'' Sahut Reno cepat. ''Saya ingin Pak Johan di penjara dan menebus kesalahannya di penjara.''

Reno! Kamu lagi!

''Benar Pak, saya setuju dengan Reno. Pak Johan harus dipenjara karena kalau tidak takutnya Pak Johan akan melakukan hal yang sama di luar sana.'' Ujar Fino yang sudah lama diam.

Pak Edo mengangguk setuju, ''Ya, saya setuju dengan kalian. Pak Johan harus menebus kesalahannya di penjara supaya tidak menimbulkan kejadian yang sama.''

Rasa puas yang dirakan Reno dan teman-temannya pun muncul. Dengan mudahnya Johan mengakui kesalahannya. Tapi rasa puas yang mereka rasakan tidak penuh karena mereka tau dan ingat kalau Johan pasti akan membalasnya. Johan tidak mau kalah main dari mereka.

***

Ramai nya sekolah bukan karena kegiatan sekolah melainkan ada beberapa polisi yang datang untuk membawa Johan ke penjara. Semua murid melihatnya menjadikan Johan sebagai seorang terdakwa yang juga jadi pusat perhatian. Bahkan ada beberapa murid yang merekam nya sampai dibuat status.

Shani berada di kerumunan itu melihatnya jelas dengan kedua mata kepalanya. Bagaimana bisa? Ia menghampiri Jourdy yang berdiri di samping ruang BK masih bersama teman-temannya.

''Jourdy, kok bisa?'' bingung Shani. Padahal tadi pagi Shani masih melihat Pak Johan dengan gembiranya mengeluarkan segenap kata-kata menyebalkan kepada Reno. Dan sekarang? Oh My God.

''Bisalah. Gua, Reno, Fino sama Amel laporin Pak Johan ke kepala sekolah dan tadi dia di introgasi.'' Jawab Jourdy.

Senyum Shani mengembang senang. Akhir yang ditunggu. ''Tapi Jour, kita nggak punya bukti kenapa Pak Johan bisa..''

''Udah Shan, jangan banyak tanya. Yang penting Pak Johan di penjara.'' Kata Jourdy menaikan nada suaranya.

Benar, yang penting Johan di penjara jadi Shani tidak perlu melihat penampakan Johan di dunia sekolahnya. 

.

.

.

- Can I? -

#next40

Hai guys!

Gimana nih, sama Can I? chapter 39?

Ini adalah second story author, so kalian JANGAN LUPA untuk VOTE, KOMEN dan DUKUNG ya?

Kalau ADA TYPO langsung KOMEN aja ya?

Thank you, see you!!!

Can I? ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang