Can I? 16. Gina's Feel

108 49 7
                                    

Budayakan membaca sampai selesai.

.

By. Kanti

-----Happy Reading-----

.

BRAK!

Meja guru di gebrak oleh Jourdy mengagetkan teman-temannya di kelas. ''Enam hari lagi sisa waktu kita sebelum ulang tahun sekolah. Gua nggak mau kelas kita dapat nilai jelek karena nggak ada yang mau gantiin peran Gina. Ya gua nggak tau alasannya karena kebanyakan dialog atau apa. Yang pasti gua nggak mau kelas kita dapat nilai jelek karena nggak nyumbang pensi.'' Jourdy sadar betapa terkenalnya kelas ini karena kerecehannya jadi jangan nambah-nambah label menjadi kelas terjelek dong.

Di lihat dari sorot mata Jourdy memang serius. Anak itu cukup kesal dengan teman-temannya yang kurang kompak. Bahkan Reno sebagai ketua kelas pun dibuat bingung juga. Ia sudah berlatih akting sampai terus di protes Amel karena masih kaku dan harus membagi waktu belajarnya dengan Latihan pensi yang berujung seperti ini.

''Gua ada ide.'' Ucap Reno yang berdiri menyender tembok di depan meja guru. Ia melangkah berdiri di depan papan tulis.

''Kalau kita ganti pensi aja gimana? Band contohnya'' ide yang tidak buruk.

Fino menyahuti dari mejanya. ''Tapi Ren, band juga butuh Latihan.''

''Gua tau. Gua tau kita harus Latihan. Tapi menurut gua band itu lebih simpel dan nggak ribet. Kelas kita punya vokalis si Jourdy, kelas kita punya punya drummer si Juki, kelas kita punya lo Fin, lo bisa main keyboard kan?'' Fino mengangguk.

''Bisa.''

''Nah, ada gua juga. Gua bisa main gitar. Dari pada kita ribet ngurusin siapa yang mau gantiin peran Gina lebih baik kita ganti pensi yaitu band. Iya, alasan kelas kita pilih teater karena udah banyak yang nyumbang band. Tapi coba deh, lihat sekarang. Band itu pilihan yang tepat dan kita nggak butuh Latihan keras menghafal dan segala macam. Kita bawa enjoy satukan semua irama dan bikin penonton terhibur.'' Penjelasan Reno seharusnya bisa menghipnotis teman-temannya untuk setuju. Band bukanlah pilihan yang buruk meskipun banyak yang menyumbang band. Yang penting penonton terhibur itu sudah cukup.

Menatap semua teman-temannya Reno maju selangkah lalu mengangkat tangan kanannya. ''Yang setuju sama ide gua angkat tangan.''

Awalnya ada satu dua anak yang angkat tangan. Lama kelamaan perlahan banyak tangan yang diangkat karena setuju dengan ide Reno. Mereka tidak mau kesulitan lagi gara-gara kekesalan Jourdy tadi. Ini juga demi kelas mereka.

''Bagus. Semua setuju.''

''Ren,'' Amel memanggil Reno masih dengan tangan kanannya yang diangkat. ''Gua punya ide tambahan.'' Katanya lalu menurunkan tangan kanannya.

''Apa?''

''Gua punya ide supaya band kita terlihat beda dari yang lain. Jadi...''

***

Di lain tempat tepatnya di rumah sakit. Gina merasa jenuh berada di rumah sakit. Hanya ada selang infus, peralatan rumah sakit, sofa kecil dan sebalnya tidak ada yang menemaninya di sini. Tadi malam Mba Titin ada kenapa sekarang sudah menghilang? Oh, mungkin dia pulang.

Pelan-pelan Gina menurunkan kakinya. Dengan langkah yang pelan Gina keluar dari ruangannya entah kemana dengan selang infus yang masih menempel sambil membawa tiang infusnya. Yang penting Gina tidak jenuh lagi. Banyak orang juga yang berjalan kesana-kemari dan juga beberapa suster yang sibuk membantu dokter mengurus pasien.

Kaki nya berhenti melangkah. Gina melihat wanita yang dikenalnya yang baru saja keluar dari sebuah ruangan untuk memeriksa kandungan. Wanita itu yang hendak pergi melihat keberadaan Gina dan mengurungkan niatnya untuk pulang dan memilih mengobrol dengan Gina. Di kursi panjang dekat situ.

''Gimana keadaan kamu sekarang? Sudah mulai membaik?'' Maya bertanya karena ia sudah melihat Gina tersenyum padanya.

''Mm, better sih Kak, dari kemarin.'' Jawab Gina meski ragu.

''Bagus deh, kalau lebih baik dari kemarin.'' Maya senang mendengarnya. ''Oh iya, kemarin aku lihat kamu di bawa ke sini sama teman kamu pake seragam sekolah. Aku lihat logo sekolahnya. Dari Universe High School?'' tebak Maya seharusnya benar.

''Iya, Universe High School.''

Seharusnya ketika mendengar nama sekolah yang bagus itu Maya senang. Maya tidak perlu terlihat murung seperti mengingat sesuatu yang menyedihkan.

Napas nya dibuang panjang. Berusaha untuk tersenyum dan terlihat kuat. ''Aku bukannya mau menilai sekolah kamu jelek. Engga sama sekali. Sekolah kamu bagus aku suka. Aku Cuma mau kasih kamu saran aja supaya kamu hati-hati. Nggak ada yang tau apakah sekolah yang bagus bisa membawa nama muridnya jadi bagus juga. Aku nggak mau apa yang aku bayangkan terjadi kepada salah satu murid di UHS. Aku nggak berharap itu terjadi.''

''Maksud Kak Maya soal Pak Johan?'' langsung tanpa jeda yang lama Gina menyahuti ucapan Maya. Mendadak sorot mata Maya berubah menatap Gina. Gadis itu bagaimana bisa ia menyebut nama Johan di depannya?

Kening Maya sedikit mengerut. ''Kamu tau apa soal Pak Johan?''

Gina tersenyum kecil, ''Nggak banyak kak. Yang aku tau kalau Pak Johan masih berumur 25 tahun dengan status single dan Pak Johan adalah orang yang udah bikin Kak Maya seperti ini. Ya awalnya aku nggak percaya tapi aku nggak sengaja dengar obrolan Pak Johan sama dokter dan dari situ aku berpikir kalau Pak Johan adalah orang yang bikin Kak Maya seperti ini.'' lalu memegang tangan Maya sambil menatapnya. ''Tenang Kak Maya, aku bakal bantu Kak Maya supaya bikin Pak Johan mau bertanggung jawab. Aku juga nggak mau Pak Johan merusak citra sekolah aku yang udah terkenal bagus di luar sana. Apalagi Pak Johan banyak fans nya kan, kasihan kalau fans nya kecewa.'' Tambah Gina diselipi curhatan yang membuat Maya tertawa kecil.

''Kamu bisa aja. Makasih ya..''

''Gina. Nama aku Gina.''

''Makasih Gina. Aku juga berharap kamu sembuh karena aku lihat ekspresi teman-teman kamu waktu tau kamu sakit. Mereka sedih banget apalagi cowok yang waktu itu nggak sengaja berpapasan sama aku. Dia sampe dikejar dua temannya nggak tau ke mana.''

''Siapa?'' Gina penasaran.

''Kalau nggak salah dengar namanya Reno. Dia kelihatan sedih banget.'' Maya tidak salah dengar. Telinga nya masih normal. ''Kamu kenapa senyum-senyum gitu? Dia pacar kamu?'' Maya heran dengan Gina yang tiba-tiba tersenyum.

Gina menggeleng. ''Bukan. Cuma teman. Tapi aku sayang banget sama dia.''

Cukup lucu mendengar Gina sayang dengan cowok bernama Reno. Percaya sih, kalau Gina bisa sampai sayang sama cowok itu.

''Kenapa nggak jadian?''

Pertanyaan Maya memang tidak bisa membuat air mata Gina keluar lalu menetes begitu saja. Namun perasaan Gina yang tidak enak. ''Takut kak. Aku nggak tau perasaan dia ke aku hanya sebatas teman atau lebih.'' Karena Gina kenal dan sangat mengenal Reno seperti apa sampai Gina sendiri tidak tau sebenarnya perasaan Reno ke dirinya itu apa. Seandainya Gina bisa membaca pikiran orang sudah lama Gina membaca pikiran Reno dan tidak terjadi kegalauan seperti in.

.

.

.

- Can I? -

#next17

Hai guys!

Gimana nih, sama Can I? chapter 16 ?

Ini adalah second story author, so kalian JANGAN LUPA untuk VOTE, KOMEN dan DUKUNG ya?

Kalau ADA TYPO langsung KOMEN aja ya?

Thank you, see you!!!

Can I? ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang