Can I? 26. Pria tanpa Nurani

89 30 0
                                    

Budayakan membaca sampai selesai.

.

By. Kanti

-----Happy Reading-----

.

Kedua mata Shani yang masih normal tampak sibuk mencari seseorang yang tidak ada kehadirannya di sini. Setelah pensi tadi anak itu menghilang entah kemana. Padahal Shani ingin mengajak nya berfoto bareng dengan anggota dance lainnya untuk kenang-kenangan.

''Guys, gua cari Ayu dulu ya?'' kata Shani disetujui oleh yang lain.

Dari belakang panggung Shani pun melangkah mencari sosok Ayu yang entah di mana. Dengan kecepatan normal Shani melangkah satu-persatu ruangan dari jendela Shani cek.

***

''Saya mohon pak, tolong lepasin saya. Biarkan saya hidup tenang pak. Saya sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan bapak yang seenaknya menjatuhkan harga diri saya. Saya ini masih remaja pak dan saya tidak pantas dipaksa untuk melakukan-'' Ayu tidak bisa mengucapkannya. Sulit bibirnya untuk mengatakan kalimat itu. Membayangkannya saja sudah membuatnya merasa jijik dengan dirinya sendiri.

Ayu yang berdiri di depan Pak Johan yang sedang bersender di meja guru dengan kedua tangannya yang dilipat di depan dada sama sekali tidak berani memandang wajah Pak Johan.

Pak Johan melihat Ayu yang ketakutan dengan harapan-harapan yang belum tentu bisa Pak Johan kabulkan. Ujung bibir Pak Johan tersenyum seakan-akan sedang meremehkan ucapan Ayu barusan. ''Saya tanya sama kamu, apa semua ini sepenuhnya salah saya?'' Ayu diam menatap Pak Johan yang masih tersenyum seperti tadi.

''Seharusnya kalau kamu tidak mau seperti ini sejak awal kamu menolak saya. Tapi pada kenyataannya kamu mau melakukan seks dengan saya di Gudang sekolah tanpa mengucapkan kata penolakan.'' Ucap Pak Johan mencoba mengingatkan Ayu pada kejadian itu.

Sial nya Ayu tidak ingat apakah memang benar Ayu tidak mengucapkan sepatah kata penolakan walau hanya satu huruf?

Napas Pak Johan terdengar dihembuskan. Kedua tangannya diturunkan menatap kearah yang lain kemudian kembali menatap Ayu yang sepertinya kecewa dengan dirinya sendiri.

''Ayu, Ayu, nampak nya kamu yang tergila-gila dengan saya. Tidak pernah menolak saya tapi pada akhirnya menyesal. Kamu itu sama seperti wanita-wanita lain yang mencoba seks dengan saya.''

''Apa bapak bilang? Wanita lain?'' Ayu tidak salah dengar. Tapi Ayu ingin memastikan.

''Jadi-''

''Ya, kalau saya hitung kamu adalah perempuan ke sekian yang melakukan seks dengan saya dan kamu adalah yang termuda diantara mereka. Dan dengan kagum nya kamu yang paling semangat melakukan itu sama saya.''

PLAK!

''Shit! Kamu berani menampar saya?" bentak Pak Johan setelah tamparan barusan. Tidak tangung-tanggung rasa pedasnya mewakili amarah Ayu.

Ayu memberanikan dirinya untuk melawan. ''Kalau bapak adalah guru saya, saya tidak berani melakukannya. Tapi sekarang di hadapan saya bapak adalah seorang pria brengsek yang tidak mempunyai hati Nurani yang pantas mendapatkan tamparan dari saya.'' Bahkan kedua mata Ayu yang tadinya terlihat seperti gadis penakut kini berubah menjadi berani.

''HAHAHAHA! Kamu sudah bisa melawan? Good. Good Ayu. Tapi jangan kamu pikir setelah tamparan kamu tadi kamu bisa lolos dari saya.'' Pak Johan menggeleng. ''Engga. Kamu pikir pertolongan dari saya terhadap ibu kamu gratis? Engga Ayu, bahkan kamu tau itu tidak gratis.''

''Sampai kapan saya harus membayarnya?''

''Sampai ibu kamu sembuh total.''

''Saya akan membayarnya dengan cara yang benar. Saya akan membayar dengan uang yang telah bapak beri kepada ibu saya selama pengobatan. Saya tidak mau lagi tubuh saya di sentuh oleh pria brengsek seperti bapak.''

''Terserah Ayu. Terserah kamu. Tapi jangan harap itu bisa terjadi karena saya tidak mengharapkan uang dari kamu.'' Pak Johan mendekati Ayu yang terus mundur berusaha memberi jarak dari Pak Johan. Tapi sayangnya Pak Johan berhasil menarik Ayu membuat jarak yang sangat dekat.

''Pak, saya mohon pak tolong hentikan.'' Mohon Ayu sambil berusaha melepaskan dirinya dari Pak Johan. Hanya saja kekuatan Pak Johan lebih besar sehingga Ayu kesulitan untuk membebaskan dirinya dari Pak Johan.

Pak Johan mendekatkan wajahnya ke wajah Ayu. Hampir saja bibirnya menyentuh bibir Ayu tapi terhalang sesuatu. Kedua mata Pak Johan melihat ada seseorang yang sedang berdiri di balik pintu kelas. Pak Johan melepaskan Ayu lalu jalan mendekat kearah pintu kelas.

''Sedang apa kamu di sini?''

Shani menoleh ketahuan oleh Pak Johan. Gawat. Ternyata sembunyi dibalik pintu tetap saja ketahuan. Shani tidak bisa berkutik. Raut wajahnya terlihat gelisah.

''Sudah berapa lama kamu berdiri di sini?''

''Baru pak.''

''Jangan mencoba berbohong sama saya. Sudah berapa lama kamu berdiri di sini?'' tanya Pak Johan lagi.

Shani tetap menjawab, ''Baru pak.''

Senyuman Pak Johan yang tampak menandakan kalau ia merasa Shani telah membohongi dirinya. ''Saya tidak percaya sama kamu.'' Kata Pak Johan. Ia menatap kesana-kemari mencari sesuatu yang mencurigakan tapi tidak ketemu.

Pak Johan menarik napasnya berusaha untuk sabar. Lalu menghempasnya perlahan. ''Oke. Kalau begitu mana hape kamu?'' sambil menjulurkan tangan kanannya Pak Johan meminta.

''Buat apa pak?'' tanya Shani tidak tau.

''Saya harus tau apakah kamu merekam pembicaraan saya dengan Ayu atau tidak.'' Kata Pak Johan curiga.

''Pak, mana mungkin saya merekam pembicaraan bapak dengan Ayu sedangkan saya aja tidak membawa hape ke sini.'' Jelas Shani. Ia jujur, hape nya ia tinggal di tas yang ia letakan di ruang rias tadi pagi.

Tangan kanan Pak Johan diturunkan. ''Oke, fine. Kali ini saya harus percaya sama kamu. Saya juga tidak mau membuat keributan di sini karena ini acara penting. Jadi lebih baik kamu tutup mulut atau kamu akan saya perlakukan sama seperti saya memperlakukan Ayu.''

Shani tidak bisa diperlakukan seperti itu. Shani bukan cewek murahan. ''Maaf pak, tapi bapak tidak bisa memperlakukan saya sama seperti Ayu.'' Ujar Shani.

''Kenapa?''

''Karena saya bukan Ayu. Saya juga bukan cewek murahan Pak.'' Jawab Shani cepat tanpa pikir lama.

''Maksud kamu Ayu cewek murahan?''

''Ayu bukan cewek murahan tapi bapak yang murahan. Ayu dipaksa sama bapak dan ketika Ayu mencoba untuk melarikan diri, bapak mengancamnya dengan alasan kalau bapak telah berjasa sudah menolong ibunya Ayu. Saya mengenal Ayu sebelum bapak pindah ke sekolah ini. Sekali lagi pak, Ayu bukan cewek murahan tapi bapak yang murahan.'' Lawan Shani tanpa peduli status Pak Johan di sekolah.

Anak ini sungguh berani dan membuat Pak Johan tertarik untuk terus melawannya. Hendak Pak Johan melangkah satu langkah ke Shani ada beberapa orang datang mencegahnya.

Mereka, Johan tau siapa mereka.

''Good. Apa ini rencana kamu untuk menjebak saya?"

Bahkan Shani sendiri tidak tau kalau mereka akan datang. Shani juga tidak tau apakah ini rencana mereka atau mereka datang tanpa sengaja. Yang pasti kehadiran mereka di sini lumayan di butuhkan untuk menyerang Pak Johan. 

.

.

.

- Can I? -

#next27

Hai guys!

Gimana nih, sama Can I? chapter 26?

Ini adalah second story author, so kalian JANGAN LUPA untuk VOTE, KOMEN dan DUKUNG ya?

Kalau ADA TYPO langsung KOMEN aja ya?

Thank you, see you!!!

Can I? ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang