Can I? 9. Dua Keluarga Satu Atap

151 68 25
                                    

Budayakan membaca sampai selesai.

.

By. Kanti

-----Happy Reading-----

.

Sebetulnya Shani amat bete berada di sini. Ketidaknyamanan pun menemani. Beberapa kali menolak pada akhirnya Shani hadir juga di tempat ini. Shani tau apa yang akan terjadi nanti apalagi ketika melihat Reno yang melihatnya hadir di sini. Itu menambah ketidaknyamanan. Di tambah lagi karena Shani tidak ada niatan datang kemari, dia hanya memakai sandal jepit dan baju kodok dengan kaos lengan pendek. Bahkan wajahnya hanya di poles bedak dan lipbalm di bibirnya.

''Saya sangat berterimakasih karena Pak Jordan sudah mau datang ke rumah saya. Saya juga minta maaf karena kondisi rumah saya yang seperti ini. Mungkin terlihat sederhana tapi saya bersyukur karena saya bisa tinggal dengan nyaman di sini.'' Itulah ucapan rasa berterimakasih Irwan kepada Jordan.

''Tidak masalah Pak Irwan. Saya juga merasa rumah ini memang terlihat nyaman untuk ditinggali.'' Balas Jordan, ia tidak keberatan. Sama sekali tidak. 

Irwan sedikit tertawa. ''Oh iya Pak Jordan saya juga mau berterimakasih karena Pak Jordan sangat baik kepada anak saya Reno. Pak Jordan sering memberi bingkisan kepada Reno padahal Reno tidak pernah memberi Pak Jordan bingkisan apapun. Saya merasa tidak enak Pak Jordan. Saya jadi merasa punya utang budi sama Pak Jordan. Apalagi Reno sama Jourdy berteman dekat.'' Dari hati yang terdalam Irwan mengeluarkan unek-uneknya yang sudah ia kumpulkan.

''Pak Irwan, saya sebagai orang tuanya Jourdy sangat berterimakasih karena Reno sudah membuat Jourdy berubah. Reno membuat Jourdy makin rajin belajar dan yang pasti Reno juga membawa sesuatu yang baik untuk Jourdy. Saya memberikan Reno bingkisan itu hanya untuk ucapan terimakasih jadi Pak Irwan jangan merasa punya utang budi sama saya. Saya jadi tidak enak sama Pak Irwan.'' Begitu kata Jordan. Ia tidak pernah terpikirkan untuk membuat Irwan punya utang budi padanya. Semua yang di lakukan full ikhlas dari dalam hatinya.

Irwan tidak tau lagi selain kata terimakasih dan bersyukur apa yang akan ia katakan. Tuhan tidak pernah salah mempertemukan Irwan dengan Jordan lewat anaknya.

''Ya sudah Pak Jordan saya anggap saya tidak punya utang budi sama Pak Jordan. Kalau begitu silakan makanan dan minumannya di nikmati karena ini juga sudah malam takut nanti pulang nya kemalaman.'' Ucap Irwan lalu mempersilakan makanan dan minuman yang sudah disiapkan di atas meja ruang tamu. Hanya ruang tamu yang kapasitas muatannya besar. Jadi mereka harus menikmati makan malam ini di ruang tamu saja.

''Baik Pak Irwan terimakasih.'' Ucap Jordan.

''Ayo semuanya makan.'' Suruh Irwan. ''Reno ayo kamu makan juga.'' Suruh Irwan kepada Reno yang duduk di kursi kayu sendirian.

''Iya pa.''

Di bawah langit malam tanpa bintang yang bertebaran indah da jarum jam yang terus berjalan. Melihat mereka rasanya sangat menyenangkan. Ibarat dua keluarga mempelai laki-laki dan perempuan yang sedang berkumpul di satu ruangan.

Di tengah-tengah makan, Irwan terpikirkan satu hal. ''Adiknya Jourdy namanya siapa? Om lupa.'' Biasa, factor u.

Shani mengurungkan niatnya untuk memasukan makanan ke dalam mulut. ''Shani om.''

''Shani. Cantik ya, anaknya.'' Puji Irwan seketika membuat Shani jadi tersipu malu. Bahkan Jordan saja sampai tersenyum mendengarnya.

''Makasih Om.''

Hm, saatnya untuk beraksi. Reno meletakan sendoknya diatas piring tapi masih dipegang oleh tangannya. ''Pa, bapak puji Shani cantik, itu cantik dalam nya atau cantik luarnya pa?'' sontak pertanyaan Reno menarik tawa dari Jourdy dan Fino. Untung saja tidak sampai tersedak.

Dalam hati Shani ingin menyumpal Reno dengan popok bayi. Berani banget anak itu membuatnya malu.

''Eh Ren, pertanyaan lo jangan aneh-aneh deh!'' Fino komen.

''Iya Ren, adik gua tuh!'' komen Jourdy.

Jordan tertawa kecil mendengar komentar Fino dan Jourdy.

''Cantik itu kan, ada dua. Cantik dalam dan cantik luar. Nggak salah kan, gua tanya?'' Sahut Reno tidak merasa ada kesalahan dalam bertanya.

Irwan menggeleng dan menghela napas. ''Reno, Reno. Pertanyaan kamu memang tidak salah tapi ini bukan tempat yang tepat buat kasih pertanyaan itu. Lagian menurut bapak Shani itu anaknya cantik luar dalam, bapak bisa lihat dari sorot matanya.'' Jelas Irwan jujur. Ia bisa merasakan ada aura kebaikan di dalam diri Shani. Apalagi kalau Shani adalah anak dari Jordan dan adik dari Jourdy. Keluarga mereka adalah keluarga baik.

Reno tersenyum seperti orang meledek. ''Iya Pa, Shani emang cantik kok.''

Apa coba maksudnya Reno? Dia mencoba ingin membuat Shani malu atau gimana sih? Shani tidak butuh pujian dari Reno. 

***

''Iya bye.''

Tut..tut..tut..

Panggilan berakhir. Shani hendak kembali masuk ke dalam namun ia menemukan Reno yang tiba-tiba muncul dari belakang.

''Telponan sama siapa?'' tanya Reno penasaran.

''Yang pasti orang itu nggak nyebelin kayak lo.'' Jawab Shani.

Tawa Reno yang menyebalkan terdengar. ''Shani, Shani, gua udah puji lo cantik aja masih di bilang nyebelin? Gua harus apa biar lo nggak sebal sama gua hm? Apa gua harus kasih lo cincin? Kasih lo boneka? Kasih lo ikat rambut, atau..'' Reno maju selangkah dan mendekati wajahnya ke samping telinga. ''..gua harus cium lo dulu biar lo nggak sebal sama gua?'' lalu menatapnya dari samping.

Kedua bola mata Shani menatap wajah Reno yang begitu dekat. Sial. Kenapa jantung nya malah berdetak cepat?

''Aduh!''

Tanpa perasaan Shani langsung mendorong Reno dan hampir membuatnya terjatuh.

''Wah, gawat. Gua punya dosa besar apa sih sampai ketemu cewek barbar kayak lo? Gua tanya benar-benar malah di siksa!''

''Siapa juga yang nyiksa lo?'' balas Shani. Ia tidak merasa kalau ia sedang menyiksa Reno. Sok tau banget anak itu.

''Lah ini apa?'' Reno ngotot tidak terima.

Shani tidak mau kalah diam. ''Itu lo nya aja yang dekat-dekat sama gua jadi lo jangan salahin gua dong kalau lo gua dorong!''

''Hmm, lo baper ya dekat-dekat sama gua?'' kedua alis Reno naik bersamaan. Raut wajahnya menggambarkan ekspresi meledek lagi.

''Dih, jangan sok tau! Gua nggak ada yang namanya baper sama lo. Sekalipun lo baik sama gua, nggak akan gua baper sama lo.'' Cukup jelas Shani menjelaskan. Harus nya Reno bisa mengerti.

''Terus kenapa lo tiba-tiba ikut dinner di rumah gua? Kata nya lo nggak mau.'' Itu yang masih ada di pikiran Reno. Jelas-jelas Shani sudah beberapakali menolaknya tapi kenapa tiba-tiba dia bisa ada di sini? 

''Jangan ge-er, gua dipaksa!'' bantah Shani menjawab rasa penasaran Reno. 

Melihat drama indah di bawah langit malam cukup memuaskan hati Jourdy dan Fino. Mereka terbawa suasana sampai tak sadar kalau tangan mereka saling berpegangan sambil mereka berdiri di depan pintu rumah Reno.

''Adik lo Jour.''

''Teman kita Fin.''

.

.

.

- Can I? -

#next10

Hai guys!

Gimana nih, sama Can I? chapter 9?

Ini adalah second story author, so kalian JANGAN LUPA untuk VOTE, KOMEN dan DUKUNG ya?

Kalau ADA TYPO langsung KOMEN aja ya?

Thank you, see you!!!

Can I? ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang