Can I? 40. Pria Menyedihkan

68 28 4
                                    

Budayakan membaca sampai selesai.

.

By. Kanti

-----Happy Reading-----

.

''Seorang guru di salah satu sekolah menengah atas swasta terbaik di Jakarta ditangkap atas kasus pelecehan seksual. Satu korban nya adalah muridnya sendiri dan saat ini dia sudah meninggal dunia karena bunuh diri sedangkan korban yang lainnya hamil...''

''Ada-ada aja manusia jaman sekarang. Pelecehan seksual kok dijadiin kegiatan.'' Heran Irwan sambil memegang remot tv. Selain pelaku pelecehan seksual, ada yang membuat Irwan salah fokus.

''Loh, itu di sekolah Reno?'' pikir Irwan. Ia memajukan wajahnya menatap teliti seragam sekolah yang digunakan murid-murid di kerumunan itu sama dengan seragam sekolah Reno.

Tepat sekali. Reno datang dari kamarnya kemudian duduk di samping Irwan yang masih fokus dengan tontonannya. ''Pak, lagi nonton apa?'' tanya Reno basa-basi.

''Ren, ini di sekolah kamu?''

Sebelum menjawab Reno melihat ke layar televisi yang menayangkan hasil rekaman salah satu murid sekolah yang berhasil masuk berita. ''Iya pak. Itu di sekolah Reno. Pelaku nya guru olahraga Reno dan dia adalah wali kelas nya Shani.'' Jawabnya sambil menjelaskan sedikit.

''Terus Shani nggak apa-apa kan?'' Irwan jadi panik.

Reno tersenyum kecil. Lalu duduk di sebelah Irwan. ''Nggak apa-apa pak. Aman.''

Irwan membuang napasnya lega. ''Syukur deh kalau nggak apa-apa.'' Irwan tenang. ''Oh iya Reno, kamu jangan lupa jagain Shani juga sama seperti kamu jagain Gina. Shani itu kan, adiknya Jourdy dan Jourdy itu teman kamu jadi kamu wajib jagain dia. Ya?'' suruh Irwan diselipi dengan harapannya.

''Iya pak.'' Reno mau.

''Mmm pak, mulai besok Reno ijin pulang agak telat ya? Reno ada kelas tambahan, soalnya sebentar lagi kan, Reno mau kelas dua belas.'' Untung aja Reno ingat.

''Ya sudah tapi jangan lupa makan, jangan lupa hati-hati karena tangan kamu belum kembali normal.''

Reno terkekeh. ''Iya pak. Reno hati-hati kok.''

***

Kebohongan yang Reno lakukan tadi semoga saja tidak ketahuan oleh Irwan. Bagaimana bisa Reno berani berbohong mengatakan kalau dia ada kelas tambahan? Padahal jelas-jelas besok Reno harus pergi ke suatu tempat di mana dia bisa mendapatkan uang untuk tambahan biaya pengobatan Gina.

Seperti sebuah kertas yang Reno pegang yang bertuliskan lowongan pekerjaan part time. Reno menemuka kerta ini terhambur dijalanan makannya Reno bisa membawanya pulang.

Apapun akan Reno lakukan asal Gina bisa berobat dan sembuh dari sakitnya.

***

Sel di buka. Johan keluar di awasi oleh penjaga yang ada di kantor polisi. Sambil memakai baju tahanan, Johan duduk dihadapan seorang wanita sedng menyilangkan kedua tangannya didepan dada sambil memandangnya datar. Johan membuang napasnya panjang lalu berkata, ''Kamu tau kan, waktu kamu tidak lama untuk ketemu sama aku?'' kata Johan, dia ingat sewaktu salah satu penjaga mengatakan waktu yang diberikan untuk mengobrol hanya lima belas menit.

''Iya.''

''Aku juga nggak mau basa-basi jadi langsung ke intinya aja.'' Pinta Johan, Maya malah diam tidak berbicara. ''Apa kamu sedih melihat keadaan aku sekarang? Memakai baju tahanan dan tinggal di penjara seperti yang kamu dan anak-anak ingusan itu inginkan. Benar begitu?''

Tatapan Maya dalam menatap Johan, ada perasaan iba yang tumbuh dalam hati Maya saat ini. ''Ya, kamu memang menyedihkan. Bahkan kamu lebih terlihat lebih menyedihkan daripada kondisiku saat ini.'' Maya memajukan wajahnya sedikit masih menatap Johan serius. ''Tapi ingat Johan, ini baru pemanasan. Aku tidak akan membiarkan kamu membalas dendam karena kondisi kamu saat ini.'' kepala Maya gelengkan kemudian kembali ke posisi awal menjauhkan wajahnya dari Johan menyender ke belakang.

Johan mendecih meragukan Maya.

''Aku tau semua kenalan kamu. Seeemuuuaaanya. Tanpa satupun yang tertinggal.'' Ucap Maya dengan ekspresi wajah dan gerak tubuhnya yang melengkapi. ''Jadi jangan harap semua orang yang kamu kenal dan kenal dengan kamu bakal bantuin kamu buat keluar dari penjara apalagi untuk bantu kamu buat balas dendam.'' Kepala Maya gelengkan lagi. ''No. Itu nggak akan pernah terjadi. Jangan harap kalau Tuhan ada dipihak orang bengsek seperti kamu Johan. Tuhan nggak akan biarin orang brengsek seperti kamu menang diatas orang-orang baik. Nikmati hidup kamu di penjara. Dan ingat, kalau hukuman itu hanya berlaku untuk orang seperti kamu. Permisi.'' Tas di ambil dari atas meja lalu enyah dari hadapa Johan. Ia rasa cukup untuk mengatakan itu semua padanya.

Sebelum pergi dari kantor polisi, Maya menghampiri salah satu polisi untuk mengurus sesuatu. Maya duduk di depan polisi dengan pikiran yang matang. Ia memberikan beberapa foto pria yang ia tunjukan kepada polisi itu.

''Ini adalah foto orang-orang yang harus bapak curigai. Saya takut mereka akan membantu Johan keluar dari penjara dan kembali berbuat kesalahan yang sama atau bahkan lebih parah lagi. Saya mau Johan tersiksa di sini. Saya juga mau orang-orang ini,'' sambil menunjuk foto itu. ''..mendapat ancaman dari pihak polisi dan saya juga mau orang-orang ini di penjara sama seperti Johan jika mereka sampai berani membantu Johan. Saya mohon, bapak mau membantu saya. Ada banyak orang tidak bersalah pak, yang harus berhadapan dengan Johan. Saya tidak mau mereka kenapa-napa.'' Permohonan yang cukup serius dipenuhi oleh harapan yang penuh. Bahkan debu yang beterbangan pun setuju dengan permohonan Maya tersebut. Oh tambah, langit yang cerah pun ada dipihaknya.

Hm, bendera putih sepertinya akan berkibar di pihak Johan.

''Baik saya akan lakukan permintaan Anda.'' Kata bapak polisinya. Mana mungkin beliau menolak.

''Terimakasih ya, pak?''

''Sama-sama.''

***

Sambil duduk di dalam taksi, memori Maya ketika bersama Johan dulu muncul. Betapa bahagianya mereka waktu itu. Betapa bersyukurnya waktu Maya bertemu Johan, pria yang selalu ada untuknya sebelum kejadian malam itu.

''Maya.'' Panggil Johan duduk disebelah Maya yang bersender padanya.

''Hm?''

''Aku sayang sama kamu.'' Ucap Johan lirih tapi masih bisa didengar.

Dengan bahagianya Maya tersenyum dan membalas, ''Aku juga sayang sama kamu. I love you more.'' Dan senyumannya pun melebar.

''No. I love you more.'' Komen Johan.

''Aku yang I love you more.'' Maya protes.

Mereka tertawa bersama.

''Terserah kamu yang penting kita sama-sama saling menyayangi. Until forever.''

''Ya, until forever.'' Balas Maya.

Dan tanpa sadar saat memori itu muncul, air mata Maya menetes dan jatuh ke pipinya. Bukan karena rindu tapi karena Maya sedih dan kecewa. Ia prihatin mengingat dirinya sendiri saat itu. Betapa bahagianya Maya saat itu.

Ingin sekali Maya menarik ucapannya dan menolak mengatakan I love you more. Itu terlalu too much. Bahkan membawa kenangan yang buruk. 

.

.

.

- Can I? -

#next41

Hai guys!

Gimana nih, sama Can I? chapter 40?

Ini adalah second story author, so kalian JANGAN LUPA untuk VOTE, KOMEN dan DUKUNG ya?

Kalau ADA TYPO langsung KOMEN aja ya?

Thank you, see you!!!

Can I? ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang