Can I? 27. Are You Crazy?

87 31 7
                                    

Budayakan membaca sampai selesai.

.

By. Kanti

-----Happy Reading-----

.

Hening. Tidak ada obrolan di antara mereka bertiga termasuk Reno dan Amel yang tadi habis ribut. Tapi ternyata itu tidak bertahan lama. Tidak ada keheningan yang lama di antara mereka.

''Eh, eh, lihat deh, itu Shani sama Pak Johan. Ngapain ya, mereka?'' Amel menunjuk kearah sebuah lorong yang tidak searah dengan mereka.

Kompak Reno dan Gina menoleh menatap kearah yang ditunjuk Amel. Tidak tau apakah pikiran Reno dan Gina sama atau tidak saat melihat Shani yang tampak berbincang dengan Pak Johan.

''Ren.'' Panggil Gina ketika Reno yang tiba-tiba saja tidak kompak jalan mendahului. Langsung Gina dan Amel mengikuti Reno yang melangkah sedikit cepat.

Kedatangan mereka diketahui oleh Pak Johan disusul Shani. Tidak ada rasa takut sama sekali, Reno mendekati Pak Johan berdiri di dekatnya dengan tatapan penuh rasa tidak suka. Awan gelap makin gelap tapi hujan belum kunjung datang dan Reno sudah sekesal ini.

Menghadapi Reno bukanlah suatu masalah yang besar. Pak Johan tersenyum layaknya tidak ada masalah apapun kepada Reno setelah menatap mereka bertiga gentian. ''Jadi ini para pahlawan yang akan menjebak saya dan melaporkan apa yang saya lakukan kepada Ayu teman kalian?'' lalu meringis meremehkan.

''Pak Johan sebaiknya berhenti sampai di sini atau kami akan bertindak membawa Pak Johan ke tempat di mana Pak Johan akan menembus kesalahannya Pak Johan.''

''Saya tidak takut sama ancaman kamu. Kenapa? Karena saya yakin kamu dan teman-teman kamu yang akan kesulitan jika kamu berhasil menjebak saya dan membawa saya ke tempat yang kamu maksud. Kamu paham maksud dari perkataan saya?''

''Saya paham. Tapi mendengar ucapan bapak membuat saya berpikir kalau Pak Johan itu pengecut. Kalau Pak Johan takut untuk di penjara atas kesalahan bapak, bapak seharusnya bisa menerima bukan malah balas dendam dengan menyulitkan saya dan teman-teman saya. Karena saya dan teman-teman saya tidak bersalah tapi bapak yang bersalah.''

''Nggak percuma sekolah ini punya murid yang cerdas seperti kamu.'' Pak Johan membuang napasnya panjang mengisi kembali kesabarannya yang hampir habis. ''Kalian semua tidak tau urusan saya dan Ayu jadi jangan sok ikut campur dengan membawa-bawa penjara. Ini semua bukan kesalahan saya sepenuhnya, kalian tanya saja sama Ayu, apa dia pernah menolak saya untuk melakukannya?'' Pak Johan menggeleng. Ayu yang di dalam kelas mendengar. ''Tidak pernah. Kalau Ayu tidak mau dia bisa lebih keras menolak saya bukan menyerahkan dirinya karena tidak bisa melawan saya. Saya guru dan kalian murid jadi saya mohon pandang saya sebagai guru dan nuruti apa perintah saya untuk tidak ikut campur. Terutama kamu Amel, ingat ucapan saya.'' Dengan tajam dan serius Pak Johan menatap Amel yang dari tadi diam.

Kedua tangan Reno sudah mengepal ingin memukul Pak Johan tapi itu bukan sikap Reno dalam menghadapi sebuah masalah. Ia membiarkan Pak Johan pergi membuat pria itu menang hari ini.

Di dalam kelas Ayu di hampiri oleh mereka. Tatapan mereka kompak menatap Ayu prihatin meskipun sebal juga dengan sikap Ayu yang lemah. Terutama Shani sebagai ketua kelas tidak bisa menjaga Ayu dengan baik.

''Maaf ya, gua nggak pernah cerita soal ini. Shan, gua-''

''Udah lah Yu, gua terlanjur kecewa sama lo. Lo nggak menghargai gua sebagai ketua kelas.'' potong Shani padahal Ayu belum selesai bicara. ''Sejak kapan?'' tanya Shani, Ayu tau maksud dari pertanyaannya.

''Satu bulan yang lalu.''

''Udah berapa kali?''

''Dua.''

Shani menghela panjang. ''Are you crazy?''

Ayu diam. Hati nya terpuruk. Di tambah saat ini dirinya seoalah-olah adalah tersangka yang sedang diintrogasi.

Kasihan. Sungguh kasihan.

Amel ingin menambahkan. ''Mm, sebenarnya gua waktu itu lihat lo Yu, lari dari Gudang ke toilet dan nggak lama gua juga Pak Johan dari Gudang juga. Itu yang pertama?'' dengan hati-hati Amel mengucapkan.

Tangan Gina menyenggol Amel pelan memberi isyarat kalau ternyata ucapan Amel salah. Amel sudah terlanjur bertanya dan ucapannya tidak bisa ditarik lagi.

Menunduk menatap lantai Ayu diam tidak menjawab pertanyaan dari Amel. Ayu tidak mau ingat ke hari itu. Ayu benci hari itu. Ayu ingin menghapus ingatannya di hari itu.

Pundak Ayu disentuh oleh Reno. ''Tenang aja Yu, ada kita. Kita adalah saksi atas lo yang jadi korban Pak Johan. Jadi kalau lo mau laporin kejahatan Pak Johan lo bisa panggil kita buat jadi saksi. Kita semua siap.'' Ayu melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Reno memang anak yang baik. Ayu merasa tersentuh dan senang ada orang berada di pihaknya. 

Bersyukurnya ada orang yang perhatian dan peduli dengan kondisi Ayu. Namun itu bukan berarti bisa membuat Ayu bahagia seperti dulu sebelum kejadian ini terjadi. Bagaimana bisa seseorang dengan mudah melupakan hal buruk yang pernah dialaminya dengan cepat? Bahkan semua butuh proses.

.

.

.

- Can I? -

#next28

Hai guys!

Gimana nih, sama Can I? chapter 27?

Ini adalah second story author, so kalian JANGAN LUPA untuk VOTE, KOMEN dan DUKUNG ya?

Kalau ADA TYPO langsung KOMEN aja ya?

Thank you, see you!!!

Can I? ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang