DF : Lift

6.5K 541 33
                                    

Seokmin hari ini sedang mengunjungi salah satu cabang rumah sakitnya di Seoul. Seokmin hanya berkeliling rumah sakit seperti biasanya tiap dia berkunjung. Dia melihat bagaimana kinerja tenaga medis maupun manajemen tiap cabang rumah sakitnya.

Seokmin selalu datang dengan sederhana layaknya pengunjung lainnya yang hendak mengunjungi sanak saudara mereka yang di rawat disana. Seokmin tak terlihat mencolok seperti pemilik rumah sakit itu, sebab dia lebih suka berkeliling sendirian dari pada ditemani asisten atau siapa pun.

Seokmin memasuki area rawat VVIP untuk mengunjungi pamannya yang kebetulan tengah di rawat juga disana. Seokmin masuk ke dalam lift bersamaan dengan seorang dokter wanita yang terlihat masih sangat muda.

Sepertinya dokter itu tidak mengenali Seokmin sebagai pemilik rumah sakit ini, sehingga dokter cantik itu pun terlihat biasa saja saat bersebelahan dengan Seokmin di lift yang sepi ini.

Lift yang menuju lantai 9 itu awalnya sepi karena hanya ada mereka berdua, tapi kemudian dokter cantik itu menerima sebuah telepon dan asyik mengoceh meyumpah serapahi pasien tuanya yang tak tahu diri.

"Aish, haruskah aku membedah dia dan mengambil jantungnya lalu menjualnya, eoh? Kenapa tua bangka itu sangat manja? Menyebalkan sekali." gadis itu mendumel setelah menutup ponselnya.

Setelah menutup teleponnya, gadis itu terus menerus mendumel, tapi entah kenapa justru Seokmin merasa terhibur. Biasanya dia akan mudah terganggu dengan dumelan wanita, tapi rasanya dia sekarang terhibur bahkan terkekeh gemas melihat tingkah dokter cantik disampingnya.

"Kemana tujuanmu?" tanya Seokmin yang tak bisa lagi menahan suaranya.

Dokter cantik itu menoleh ke arah Seokmin sambil nenunjuk dirinya sendiri. "Kau bertanya padaku?" tanya gadis itu dengan wajah polos.

Seokmin menautkan alisnya kemudian mengedarkan pandangannya kepenjuru lift. "Memangnya ada siapa lagi disini selain kau dan aku?"

Gadis itu mencebik sambil melipat tangannya di dadanya. "Barangkali kau berbicara dengan makhluk astral."

Seokmin terkekeh dalam diam, tapi dia segera mengubah ekspresinya kembali menjadi tenang. "Berarti makhluk astral itu adalah kau, karena aku berbicara denganmu."

"Apa?! Kau mengataiku makhluk astral? Oh astaga, tuan... aku tak tahu namamu, jangan semakin membuat moodku hancur ya." sahut gadis itu.

"Aku tak membuat moodmu hancur."

"Tapi tadi kau mengataiku makhluk astral." jawabnya.

"Aku tidak mengataimu .... Dr. Jung?" ucap Seokmin membaca nametag di jas dokter itu.

Gadis itu memelotot. "Kau tahu margaku? Kau juga tahu aku seorang dokter? Astaga apa kau penguntit?" tuduhnya.

Seokmin bukannya panik malah justru tertawa melihat tingkah ajaib gadis itu. "Kau memakai nametag di jas doktermu, gadis bodoh."

"Yak, tadi kau mengatai aku makhluk astral?! Dan sekarang kau menyebutku bodoh?! Dasar tidak sopan!" seru gadis itu.

"Aish, tidak bisakah hanya pak tua itu saja yang menyebalkan? Kenapa aku harus bertemu orang menyebalkan lainnya disini." dumel gadis itu.

Seokmin mengeryitkan keningnya, tapi dia tetap diam tak mengeluarkan suara.

"Kau tahu tuan tanpa nama, aku punya seorang pasien pria tua bangka yang menyebalkan, sangat-sangat menyebalkan. Dia selalu bersikap dingin padaku, tapi dia banyak sekali maunya. Dia selalu diam saat aku tanya keluhannya, bahkan ketika menjawa dia selalu menjawab dengan sinis. Oh astaga, untung saja dia tampan. Aku berharap dia segera sembuh dan tak pernah kembali lagi kesini." oceh gadis bermarga Jung itu.

Dangerous FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang