Mingyu tengah melamun dikantornya sekarang. Semenjak kejadian itu, Mingyu jadi banyak diam dan melamun. Sebuah perasaan mengganjal hatinya.
Hari itu, hari dimana dia melihat tetesan air mata Wonwoo yang terasa begitu perih dihatinya. Mingyu kembali terbayang oleh tangisan Myungho kala itu.
Apa Mingyu sudah keterlaluan? Tak seharusnya Mingyu melibatkan Wonwoo dalam dendamnya.
Dia kembali teringat ucapan Myungho, adiknya benar, Mingyu terlalu kejam. Bagaimana bisa Mingyu membunuh seorang Ayah dihadapan putrinya. Mungkin dendam Mingyu pada Kyuhyun terbayarkan, tapi bagaimana dengan kondisi Wonwoo?
Bukan hanya kondisi fisiknya, tapi bagaimana dengan kondisi mental Wonwoo. Seharusnya Mingyu berpikir secara matang sebelum berbuat. Dia pernah berada diposisi Wonwoo, dan itu rasanya sangat menyiksa. Tapi dengan bodohnya justru Mingyu menempatkan Wonwoo pada posisinya dulu.
Apa yang harus Mingyu lakukan sekarang? Datang pada Wonwoo dan bersujud meminta maaf? Tidak, ego dan gengsi Mingyu terlalu tinggi untuk itu.
Pria itu lantas berdiri, entah apa yang membuatnya segera beranjak setelah menerima pesan dari anak buahnya.
Mobil Ferari merah Mingyu melaju membelah jalanan kota Seoul menuju rumah penyimpanan abu. Langkah kakinya membawa dia menuju seorang gadis yang tengah berdiri sambil memandangi abu sang Ayah.
Hati Mingyu terasa dicubit dengan keras, hatinya terasa perih melihat air mata menetes dari kelopak mata rubah itu.
Wonwoo, dia sedang berdiri menatap foto sang Ayah disamping guci abunya. Rasanya baru kemarin Wonwoo sering berdebat dengannya saling menyindir dan memaki. Namun sekarang, Wonwoo hanya bisa memandangi fotonya tanpa bisa mendebat lagi ucapannya.
Wonwoo dan Kyuhyun memang memiliki hubungan yang kurang baik sebagai Ayah dan Anak, apalagi Kyuhyun yang merawat Wonwoo hanya untuk memanfaatkannya. Namun tetap saja, dilubuk hati Wonwoo, Kyuhyun tetaplah Ayahnya. Darah pria itu mengalir dalam dirinya bahkan sifat Kyuhyun mewaris pada dirinya.
Wonwoo jelas kehilangan, Kyuhyun adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Wonwoo tak pernah tahu kemana ibunya pergi sejak dia duduk dibangku JHS. Wonwoo tak pernah lagi melihat sang ibu sejak itu. Sehingga mau tak mau dia hanya bisa mengandalkan Kyuhyun untuk hidupnya.
"Daddy, even though we often fight and I curse a lot, but you should know that I love you. You are my only family, now what should I do? I live alone now." gumam Wonwoo lirih, air matanya kembali mengalir.
"What can your little bitch do now? I don't know what to do, Dad."
Lagi, hati Mingyu terenyuh mendengar gumaman Wonwoo. Oh astaga, apa yang telah kau perbuat, Kim? Kau tak jauh beda dengan Kyuhyun, kau bahkan tega membuat seorang anak hidup sebatang kara sekarang.
Yang Mingyu tahu selama ini Wonwoo adalah gadis angkuh dan pandai berucap, tapi sekarang gadis angkuh tak lagi terlihat angkuh. Dia justru terlihat begitu menyedihkan. Wonwoo yang selalu tampil elegan dan seksi, kini yang Mingyu lihat hanyalah tampilan berantakan yang jauh berbeda dengan Wonwoo yang dia kenal.
Sebesar itukah efek yang Mingyu berikan pada Wonwoo? Bukan, tapi luka. Sedalam itukah luka yang Mingyu berikan?
Wonwoo segera menghapus air matanya begitu dia berbalik dan mendapati Mingyu disana. Dengan senyuman tipisnya Wonwoo berjalan melewati Mingyu begitu saja, bak dua orang yang tak saling mengenal.
"Won."
Langkah kaki wanita itu terhenti, menunggu ucapan Mingyu selanjutnya.
"Kau tetap jadi milikku, pulanglah ke Penthouse dan bersikaplah seperti biasa. Kontrak kita masih berjalan, kau ingatkan konsekuensinya jika kau melanggar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Flower
RomanceSiapa yang tak kenal dengan Serenity? Sebuah nama grup dari 6 CEO tampan, kaya tentunya, dan berkarisma. Mereka adalah pemimpin big 6 perusahaan terbesar di Korea Selatan. Namun jangan berharap bisa jadi sugar baby/pasangan hidup untuk mereka. Seba...