10. Curiga

8.3K 718 109
                                    

Komen emotikon ekspresi kamu REVAZKAR up

HAPPY READING

10. CURIGA

Zoline meneguk air di gelas yang ia pegang, di dapur. Namun tatapan Zoline kini tertuju pada Zayn yang tengah duduk di salah satu kursi meja makan sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. Zoline meletakkan gelas kotor di wastafel, ia memutuskan menghampiri Zayn terlebih dulu. 

Zoline berhenti di depan Zayn, lalu menarik kursi di seberang Zayn kemudian mendudukinya. "Abang gapapa?" tanya Zoline. Tentu saja Zayn sedang tidak baik-baik saja. Hanya saja Zoline sedang berusaha memberikan perhatian kecil. Ia yakin, Zayn sedang memikirkan masalah di sekolah tadi. 

Mendengar suara Zoline yang lembut, Zayn menarik tangannya lalu meletakkan di atas meja. Ia menatap lelah pada Zoline. Tapi sedetik kemudian Zayn tersenyum tipis. 

"Zoline percaya kok sama Abang. Bang Zayn tidak ada hubungannya dengan kasus hilangnya Kanya." Zoline menggengam lembut tangan Zayn. 

Zayn menatap tangannya yang digenggam Zoline, kemudian menarik senyumannya lagi. Ia membalas genggaman Zoline. "Thanks, Dek. Makanya Abang gak mau ada yang tau, Zoline adik Abang. Abang cuma mau kamu aman. 

Zoline mengangguk. "Kanya gak masuk sebelum Abang pindah. Tapi lebih tepatnya, Kanya gak masuk setelah Abang cerita kalau Abang putus sama Kanya." 

Zayn mendengarkan Zoline dengan penuh perhatian.

Zoline melanjutkan ucapannya. "Tapi Zoline bingung, Kanya gak mungkin gak masuk sekolah karena Abang kan? Lagian Abang sama Kanya putus gara-gara apa? Setau Zoline, hubungan kalian baik-baik aja."

"Terlalu menyakitkan untuk Abang cerita." Zayn mendesah. 

"Zoline gak deket sama Kanya, tapi Zoline tau, Kanya gadis baik dan lembut. Sepertinya gak mungkin Kanya nyakitin Abang." 

"Abang juga kira begitu, tapi di luar dugaan." Zayn terkekeh miris mengingat masa lalu yang masih mampu menyayat hatinya hingga sekarang. "Sudah, gak usah bahas lagi Zol. Abang capek, mau istirahat." Zayn beranjak dari kursi, kemudian mengacak lembut rambut Zoline sejenak, sebelum ia melangkahkan kaki menuju kamar. 

Zoline terdiam beberapa saat, ia sedang berpikir sesuatu, menduga seseorang yang dalam pikirannya terlibat dengan hilangnya Kanya. Tapi apa hubungan mereka? 

Zoline tidak tau harus sampai kapan menyembunyikan rahasia besar ini. Rahasia yang mungkin berkaitan dengan Kanya. Namun, ia tidak tau bagaimana harus mengutarakannya. Ia tidak ingin ada yang terancam.

***

Suasana kafe cukup menyenangkan dijadikan tempat mengerjakan tugas. Musik yang tidak terlalu keras, pengunjung yang cukup tertib membuat siapa saja akan nyaman berlama-lama di tempat ini. Termasuk Loveetta, Ella dan Jingga yang sudah berjam-jam setelah pulang sekolah, mengerjakan tugas di sini. 

Hari semakin sore, matahari hampir tenggelam di ufuk barat sepenuhnya. Ella dan Jingga memutuskan untuk pulang. Mereka pamit pada Loveetta yang tampaknya masih betah di kursi kafe.

"Lov, gue sama Jingga pulang dulu ya, udah sore." Ella dan Jingga beranjak dari duduknya. 

Loveetta yang sedang membaca buku pelajaran, mendongak memandang mereka. Ia sempat melempar pandangan ke luar jendela sejenak untuk melihat langit yang mulai fajar. Kemudian ia memandang Ella dan Jingga. "Iya, duluan aja, gue masih pengin di sini." Loveetta tersenyum manis. 

"Ya udah, lo jangan kemalaman," balas Ella.

"Hati-hati," sambung Jingga.

Loveetta mengangguk. "Kalian juga."

REVAZKAR (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang