33. Motif

5.8K 565 39
                                    

Please banget tinggalin jejak vote komen, thankyou

HAPPY READING

33. MOTIF

"APA YANG LO LAKUKAN KE ADEK GUE, BERENGSEK?!" 

Zayn memaku, ungkapan Arlan bak batu besar yang menghantam kuat kepalanya. Rasa sakit pada tubuh dan wajahnya seketika lenyap, ia justru hanya terfokus pada gadis itu. 

Zayn masih hampir tidak percaya, dengan apa yang ia lihat dan dengar. Keadaan Kanya cukup kacau, rambut yang seperti jarang disisir, mata sayup, tatapannya juga seperti tidak bergairah. Bahkan Kanya tidak merespon apapun. 

Kanya kini membalas tatapan Zayn. Manik indah yang sudah lama tidak Zayn lihat, kini tampak begitu rapuh. Air mata Zayn tumpah begitu saja, hatinya sakit melihat Kanya seperti itu. Apa yang terjadi pada Kanya? Berbagai pertanyaan menghinggapi pikiran Zayn. Tangannya bergerak hendak menyentuh Kanya, dengan ragu. 

Namun justru Kanya tampak menghindar, ia terlihat seperti ketakutan. 

Arlan yang melihat itu tidak tinggal diam. Air mata Arlan sudah merembes sejak tadi, dicampur dengan amarah yang menggebu-gebu. Ia menarik Zayn menjauh dengan kasar. 

"JANGAN PERNAH LO SENTUH KANYA!" 

'BUGH!'

Emosi Arlan belum sepenuhnya terlampiaskan. Ia sudah menyimpan ini sejak lama, ia tidak puas menghajar Zayn. Karena Zayn pantas mendapatkan lebih dari itu. 

Zayn hanya meringis sambil memegangi rahangnya, terasa hampir retak dengan kekuatan Arlan yang tidak disangka. 

Kenapa Zayn tidak pernah tau Arlan adalah Kakak Kanya? Mungkin lebih tepatnya, Kanya yang tertutup sekali. Namun ia ingat benar, pada hari itu, Kanya pernah ingin memperkenalkan Kakaknya, namun mendadak Kanya mengatakan Kakaknya tidak bisa datang saat mereka sudah janjian di sebuah tempat. 

Arlan juga tidak pernah menceritakan soal Kanya. Ya, Arlan dan Kanya sama-sama bersifat tertutup. Jarang memberitahu tentang pribadinya. Mereka juga tidak pernah ke rumah Arlan sebelumnya, padahal pertemanan mereka hampir 3 tahun. 

Zayn menggeleng. "Gue gak tau apa-apa, Lan." Ia memandang Arlan dengan yakin, namun tentu Arlan tidak percaya dengan ucapannya. Karena Arlan punya bukti, bahwa Zayn bersalah. 

"SIALAN LO ZAYN!" Emosi Arlan benar-benar memuncak. Zayn benar-benar pengecut! Bisa-bisanya ia masih mengelak atas kesalahannya?

Sepertinya Arlan perlu memberikan pelajaran lebih dari ini. Ia menarik bagian kerah baju Zayn hingga berdiri. Ia menyeret Zayn keluar dari ruangan itu. Para pembantu di rumah Arlan melihat kejadian ini, namun mereka tidak ingin ikut campur. 

Arlan membawa Zayn ke halaman rumah. Ia menghempaskan Zayn yang hampir saja tumpang, jika tidak menjaga keseimbangannya. 

"Apa yang gue lakukan ke Zoline, gak ada apa-apanya ketimbang apa yang lo lakukan ke adek gue!!" hardik Arlan. Urat--urat di lehernya menonjol saking emosinya.

Zayn benar-benar panik dituduh seperti itu, ia juga bingung kenapa Arlan menuduhnya. Ia semakin bingung, apa yang terjadi pada Kanya. Tidak mungkin apa yang ia pikirkan benar.

"Jelasin ke gue, Kanya kenapa?" tanya Zayn pelan. 

"MENURUT LO?!" 

Zayn menggeleng, tidak mungkin dugaannya benar. 

Arlan melangkah maju, mengikis jarak mereka yang tadi semeter. 

"Lo masih gak mau tanggung jawab?" sengit Arlan.

REVAZKAR (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang