23. Ditahan

6.1K 603 53
                                    

Part kemarin gak tembus 100+ haha
Tapi, makasi banget udah spam komen
Yuk ramain komentar lagi hihi 

HAPPY READING

23. DITAHAN

Leon baru saja pulang, ia berbalik begitu selesai mengunci pintu rumah. Hari sudah gelap, ia mendapati Loveetta tertidur dengan pulas di atas meja ruang tengah dengan buku-buku di meja. 

Leon melempar jaket ke sembarang arah. Ia berjalan mendekati Loveetta, kemudian menekuk lutut di sebelah. Ia terkekeh sambil menggeleng. Ia memperhatikan wajah Loveetta dalam diam, cantik. Andai saja Loveetta bukan adiknya, Leon yakin sudah jatuh cinta. Leon terlalu gengsi menunjukkan rasa sayang. Namun diam-diam ia selalu memberikan perhatian. 

Leon menyelipkan lengan di balik leher, juga lutut Loveetta perlahan membawanya ke kamar. Ia tidak ingin mengusik Loveetta hingga terbangun. Ia benar-benar melangkah dengan perlahan. Leon membuka pintu kamar, mendorongnya dengan sebelah kaki. Ia kemudian merebahkan Loveetta ke ranjang. Membenarkan bantal tidur dan selimut, agar Loveetta nyaman saat tidur.

Sebelum melangkah keluar dari kamar, terbesit sebuah ide jahil Leon. Ia menuju kamarnya, tidak lama kemudian kembali. Leon sedikit membungkuk pada Loveetta, tangannya terulur pada wajah adiknya. Leon mencoret wajah Loveetta dengan spidol. Menggambar bulatan hitam di ujung hidung, kumis di pipi Loveetta, dan garis menyerupai kerutan di kening. Leon menahan tawa hingga keluar, baru pecah begitu masuk ke kamar. Ia penasaran dengan reaksi Loveetta.

Beberapa menit kemudian, Loveetta menggeliat kecil lalu membuka mata. Ia terdiam sambil berpikir sejenak. Tadi ia ketiduran saat mengerjakan tugas, di tengah itu, ia mendadak memikirkan Zayn, terlepas dari jahat atau tidaknya Zayn. Loveetta memang tampaknya jatuh cinta benaran. Lalu, bukannya ia tadi di luar? Kenapa ia bisa di sini? Tidak mungkin bila ia tidur berjalan.

Loveetta turun dari ranjang, ia ingin mengetahui keberadaan Leon. Apa Leon sudah pulang? Baru saja melewati cermin, ia mundur beberapa langkah, ia ternganga ketika melihat wajahnya. Ia memegangi wajahnya dengan shock. Ulah siapa lagi jika bukan Leon?

"BANG LEON!!!!!"

***

Zayn menopang dagu di atas meja, tatapannya lurus tanpa arah fokus. Sejak kemarin, wajah Loveetta tidak berhenti memenuhi pikirannya. Ia akui ada gejolak aneh, setiap kali memandang mata itu. Zayn senang bisa jatuh cinta lagi, tapi sementara itu, ada rasa trauma di masa lalu. Ia tidak ingin dikhianati cinta, menyakitkan. Ditambah Kanya cinta pertama Zayn. Luka hati Zayn masih membekas. 

Zayn beragumen dengan hati dan pikiran. Hatinya mengatakan Loveetta mampu menghiasi harinya, namun pikiran Zayn justru menduga sesuatu yang membuatnya ragu, bagaimana jika Loveetta mengkhianati Zayn juga? 

Ah! Apa yang sedang Zayn pikirkan? Bagaimana ia memikirkan soal cinta, sementara masalah Zayn belum selesai? Zayn mengusap wajahnya dengan gusar, berupaya menyadarkan diri, bahwa saat ini tidak tepat, mengenai hati, urusan belakangan. Zayn mendengus frustasi.

Rega yang berada di sebelah menoleh. "Lo kenapa Zayn?" Ia mengernyit tajam melihat Zayn.

Zayn menoleh. "Gue bener-bener ketemu Jasmin kemarin."

Rega melotot. "Serius?"

"Tapi, gue kehilangan jejak." 

Rega mengaduh kesal. "Gue yakin Zayn, kasus Jasmin, Gege dan Kanya sama!"

"Jadi maksud lo, mereka gak hilang beneran?"

"Buktinya Jasmin masih di sekitar."

Zayn mengangguk, ia satu pikiran dengan Rega. Makanya, Zayn perlu bicara dengan Jasmin, untuk mengungkap kasus ini. 

REVAZKAR (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang