31. Tugas seorang Kakak

6.2K 585 44
                                    

Mau spoiler hihi, part selanjutnya akan PECAH BANGET😱🔥

Jadi kalau mau dinext, aku pakai target ah HAHA vote 50+ komen 100+

Gimana bisa ga? Bisa lah masa enggak!

HAPPY READING

31. TUGAS SEORANG KAKAK

Zoline bergerak perlahan di ranjang, mendekati nakas untuk mengambil segelas air. Tangannya terulur pada gelas, yang kini berhasil digapai. Lalu meneguk beberapa kali. Ia hendak meletakkan kembali gelasnya, naasnya ia hampir terjatuh, refleks tangan Zoline hendak berpegangan dengan nakas, namun gelas itu belum diletakkan dengan baik, alhasil terjatuh ke lantai dan pecah. Zoline mengaduh. 

Zoline berniat membereskannya sendiri. Berusaha dengan susah payah untuk bergerak, sambil menahan rasa sakit pada kaki. Perlahan ia menurunkan kaki dari ranjang. Kemudian menunduk hendak menggapai pecahan gelas.

Bertepatan dengan Zayn yang masuk, ia terkejut melihat Zoline. Buru-buru ia menghampiri Zoline lalu membantunya. 

"Zoline!" Zayn berjongkok di depan, kemudian mencegah niat Zoline memunguti beling. 

"Abang?" Zoline sedikit terkejut dengan kehadiran Zayn.

"Jangan, Dek. Biar Abang aja!" Zayn membantu Zoline menaikkan kaki. 

"Tapi Bang, Zoline yang jatuhin gelasnya." Zoline tidak rela Zayn menanggungnya.

"Gapapa, Abang aja. Nanti kamu luka." Zayn memasang wajah khawatir. Ia melihat telapak kaki Zoline, memastikan tidak menginjak beling kaca. Ia kemudian memunguti beling kaca di lantai, dengan hati-hati.

"Bang Zayn, Zoline bantu ya."

"Gak perlu, Dek," balasnya lembut.

"Bang Zayn."

"Hm?" Zayn mendongak beberapa saat.

"Maafin Zoline jadi nyusahin Abang." Zoline memberengut. 

Zayn menghentikan kegiatannya, kemudian menatap Zoline. Ia menggeleng. "Adek gak nyusahin Abang."

Zoline hanya terdiam, sambil memperhatikan Zayn yang melanjutkan kegiatannya. Setelah membersihkan pecahan gelas, Zayn beranjak dari kamar, tak lama kemudian, ia kembali. 

"Nanti Abang minta tolong sama Bibi, buat beresin genangan airnya ya. Kamu gak ada yang luka, kan?" Zayn memperhatikan setiap sisi tubuh Zoline, sekhawatir itu dengan adiknya. 

Zoline menggeleng. "Makasih, Bang Zayn."

"Gak perlu makasih sama Abang, ini emang udah tugas Abang."

"Bukannya jam segini kamu pengin tidur?" tanya Zayn, begitu melihat arah jarum jam. "Yuk, Abang bantuin ke kamar mandi." Zayn beranjak dari duduk. Membantu Zoline pindah ke kursi roda. 

"Bang, gapapa. Bibi bentar lagi juga ke sini, biar Bibi aja yang bantu." 

"Kamu kaya sama siapa aja sih, Dek? Udah, Abang aja yang bantu, yuk!" Zayn sedikit memaksa. 

Zoline menghela nafas berat. Ia jadi tidak enak hati, menyusahkan Zayn. 

Begitu selesai dari kamar mandi, Zoline kembali ke ranjang. "Abang ambilin air dulu ya, ganti yang tadi." Belum sempat Zoline menahan, Zayn sudah melesat keluar dari kamar.

Zoline memandang haru, ia sayang sekali pada Zayn. Kakaknya begitu perhatian.

Zayn kembali dengan segelas air. Ia meletakkannya di nakas. "Zoline butuh apa lagi?"

REVAZKAR (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang